Terlihat di sini, Randy yang begitu panik menghubungi ayahnya, dia berkeringat, dia berada di jalan asing dimana seseorang telah menyergapnya begitupun dengan kakaknya Nadira. Nadira tidak berhasil lolos sama seperti Randy yang pada akhirnya berhasil melarikan diri. Dia menghubungi ibunya namun ibunya juga tidak mengangkat panggilannya, dia tidak tahu harus menghubungi siapa. Hingga ponsel miliknya mati total dan tak dapat diaktifkan. Randy terlihat begitu panik, berjalan menyusuri jalan asing, hingga sebuah mobil kembali datang, mengejarnya. Randy berlari dan masuk ke dalam hutan yang tak dikenalinya, dia berusaha untuk terus berlari, hingga dia menyadari tidak ada lagi yang mengejarnya. Dia menangis, dan terus menangis karena rasa takutnya. *Nadira dengan mata terikat kain hitam diseret masuk ke dalam sebuah bangunan tua hingga ke dalam sebuah ruangan, dia dimasukkan ke tempat dimana seseorang juga berada di sana. "Masuklah anak manja! Dan lihat apa yang ayahmu lakukan di diruma
Terlihat Randy dan Nadira hanya berdua dan bersebrangan di kantin sekolahnya, tidak ada yang ingin berteman dengan mereka lagi, siapa yang ingin berteman dengan anak seorang pria yang digosipkan sebagai penyuka gadis di bawah umur? Orang tua yang saling berselingkuh? Bercerai? Nadira yang awalnya adalah gadis yang ceria yang mungkin bisa dibilang cukup sombong dikalangan teman-temannya kini tak ada yang ingin berteman dengannya. Bahkan dia sering diejek oleh teman yang pernah begitu dekat dengannya, namun kini semua seakan menjadi musuh Nadira. Begitu juga Randy, dia sebenarnya tak masalah jika teman-temannya menjauh dia, toh, Randy memang hanya dekat dengan Nadira saja, sejak awal memang dia terbilang pendiam di sekolahnya. Namun mendapatkan perlakuan buruk, dan sering sekali diejek dan digunjingkan itu membuat Randy sangat tidak nyaman. "Well, jika Papa mau, dia bisa beli sekolah ini," ucap Karina, sedikit berbisik pada Randy. "Mungkin, tapi kita sudah tidak punya Papa." Ucapan
"Temukan dia!" Salah seorang pria berbadan besar memerintahkan berapa yang lain. "Temukan sebelum Nigel datang kemari, jika kita tidak menemukannya hidup-hidup, maka kita juga tidak akan hidup!" Dia semakin membesarkan suaranya. Terlihat mereka, anak buah Nigel mulai panik dan mulai bergegas kembali mencari Randy yang ternyata berhasil kabur dari sergapan dari anak buah Nigel. Saat anak buah Nigel kalang kabut Tuan mereka akan marah karena kaburnya salah satu anak Martin, Ibrahim muncul dan berjalan dengan penuh wibawa, dia baru saja keluar dari sebuah ruangan yang memang disediakan untuknya di sana, dan di sana pula dia melakukan semuanya, dia adalah ahli komputer yang baik, dan dia sendiri yang sering meretas beberapa media untuk menjelek-jelekkan keluarga Dailuna. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada anak buah Nigel. "Anak laki-laki Martin berhasil lolos dari kami, Pak." Ibrahim kemudian mengernyitkan keningnya dan terlihat akan marah. "Temukan dia segera, jika kalian tidak menem
Seorang pria sedang memegangi kepalanya yang sakit, dia terbaring dalam semak pinggir jalan. Rasanya dia telah dipukuli di kepala dan saat terbangun, ternyata waktu sudah malam. Kini dia berada di sebuah tempat yang sering dia lalui saat akan menjemput majikannya. Dia adalah Pak Arif, supir pribadi Randy dan Nadira, pekerja milik Sarah. Kepalanya pusing, dia terbangun, dan kini berdiri tegak. Matanya menyipit, dan melihat mobil yang yang melaju ringan ke arahnya. Dia mengulurkan tangannya ke depan, tanda bahwa dia sedang membutuhkan tumpangan. Mobil itu berhenti dan memberikannya tumpangan. Hingga dia sampai di rumah Sarah dan memberitahu sebuah kabar buruk. "Aku tidak tahu Nyonya, seseorang menghentikan aku di jalan, dan aku kemudian menemukan diriku di semak-semak," jawab Arif menunduk di hadapan Sarah yang tengah panik. "Kau tidak berguna! Seharusnya kau tidak berhenti! Lihat apa yang terjadi sekarang!? Kedua anakku tidak dapat aku hubungi,itu semua karena kau!" Sarah terus saja
Saat ini, Martin dan Andira tengah asik berada dalam bathub yang sama. Tubuh Andira bersandar pada tubuh Martin, mereka merasakan air yang mandi dan busa-busa sabun yang begitu harum, tangan Martin dan Andira asik bermain gelombang sabun yang kecil. "Ini sangat menyenangkan," ucap Andira, dia memandang gelembung sabun yang melingkar di tangannya, juga tangan Martin yang berada di punggung tangan Andira. "Dan juga sangat menenangkan," balas Martin, dia menatap Andira yang bersandar pada dadanya. "Sangat, aku harap, kita memiliki usia yang sama, atau..., kita tinggal di dunia yang tidak memperdulikan usia muda maupun tua, untuk jatuh cinta," ucap Andira. Matanya masih fokus menatap gelembung sabun yang masih melingkar sempurna. "Well, Andira, cinta sama sekali tidak mempermasalahkan usia atau apapun, tapi orang-orang yang mempermasalahkannya," balas Martin. Dia kemudian meniup gelembung berukuran dengan tangan kecil Andira, agar gelembung itu terbang, tapi nyatanya pecah dan membuat
"Apa yang terjadi pada mereka?" tanya Martin, nada suaranya panik dan matanya sedikit membulat. "Mereka menghilang, dan sebentar lagi petugas kepolisian akan datang kemari, Sarah istri Anda melaporkan bahwa Anda lah yang telah menculik mereka." 'menculuk.' Kata yang keluar dari mulut Syarif membuat Martin kemudian paham bahwa saat ini, mereka terlalu jauh melakukannya pada Martin, melibatkan anak-anak Martin adalah hal yang sudah kelewatan dan saat ini, Sarah sudah melaporkannya ke polisi. "Aku yakin, Tuan, bahwa yang menculik anak-anak Anda adalah orang yang sama yang telah menculik adik Anda," ujar Syarif lagi, Martin terlihat lemas, dia terjatuh ke atas sofa dan nafasnya tidak terlalu baik. Syarif langsung membungkuk dan bertanya, "Anda baik-baik saja, Tuan?" Mata Martin menatap ke arah Syarif seakan berkata, pertanyaan macam apa itu? Tentu saja Martin sedang tidak baik-baik saja. Lalu seketika bel rumah kembali berbunyi dan Martin juga Syarif menoleh ke arah pintu. "Mungkin
Saat malam menyelimut, dan suasana dingin tak dapat dielakkan, Randy yang terjatuh dalam kegelapan hanya dapat menangis dan terisak, ponselnya juga tak dapat dia aktifkan, matanya mulai bengkak karena terus menangis ketakutan, dia memikirkan hal-hal aneh yang mungkin bisa menyakitinya dan sangat mengerikan, hantu-hantu atau makhluk goib, hewan-hewan buas yang mengerikan, atau penjahat yang akan kembali dan menyakitinya. Dia memikirkan ayah dan ibunya, memikirkan saudari perempuannya, apa yang mungkin penjahat itu lakukan pada Nadira. Apakah menyandra mereka dan menyiksanya atau melakukan hal yang lebih menakutkan dari hal yang dipikirkan Randy. Dia berada di atas rumput bersandarkan batang pohon, berharap bahwa memang tempat bersandarnya adalah batang pohon. Randy memeluk tubuhnya yang kecil, hingga terlelap dan jatuh pingsan. * "Bagaimana mereka bisa menemukanmu?" tanya Hatice, dia mengelus lembut rambut dan pipi yang menangis itu. Nadira terus meneteskan air mata hingga matanya
"Bukan aku yang melakukannya Sarah!" Martin membentak, Sarah datang ke rumah besar Dailuna di pagi hari. Dia mengamuk dan terlihat berantakan setelah mendapat kabar dari polisi bahwa bukan Martin yang melakukannya. "Kau berbohong bukan?! Kau berbohong! Kau yang menyembunyikan anak-anak kita! Katakan Martin, katakan bahwa kau yang melakukannya!" Sarah menjerit dan mulai cemas. Awalnya dia tidak begitu cemas karena dia menganggap bahwa Martin yang melakukannya, dan itu tidak perlu dikhawatirkan. Namun karena pengakuan Martin bahwa dirinya bukan pelaku penculikan anaknya, maka Sarah mulai merasa panik. "Lalu siapa yang melakukannya!? Ha?" Sarah berdiri di hadapan Martin, dia terlihat berantakan dan untuk pertama kalinya di kepala Sarah, dia tidak memikirkan tentang bisnis dan pekerjaannya. "Aku akan mencari tahu, kau tenangkan dirimu," ucap Martin, dia menyentuh kedua lengan Sarah, dan berharap mantan istrinya itu bisa tenang. "Kau ingin mencarinya? Kau ingin mencari anak kita? Baga