Ibrahim sendiri duduk di kursinya, dia merenung dan saat ini, dia tengah berada di gedung besar perusahaan Dailuna. Kakinya lurus ke atas meja, dan benaknya memikirkan sesuatu. Tak ada yang bisa menghancurkan kesuksesan Dailuna, bahkan jika reputasinya dihancurkan, bisnis besar ini masih berjalan. Dia juga berpikir, Hatice dan Nadira juga Raisi tidak juga terlalu berpengaruh, dia merasa semuanya sia-sia. Balas dendamnya, semua yang dia lakukan tidak membuat Martin Dailuna hancur, kecuali, jika dia betul-betul membunuh dan menyiksa tubuh Martin dengan tangannya sendiri.Kepala Ibrahim hanya memikirkan bagaimana dia akan menyelesaikan segalanya, semuanya tak berjalan seusai rencananya, dia juga menganggap, Andira telah berkhianat padanya, Andira tak dapat lagi dipercaya, dan Nigel, sekarang dia gila mencari anak tirinya. Hatice dan Nadira juga sudah terlihat begitu menderita, bukan ini rencana Ibrahim. Andira dia kirim ke rumah besar itu hanya untuk membuat anak dan ayah itu jatuh cinta
Ibrahim sendiri duduk di kursinya, dia merenung dan saat ini, dia tengah berada di gedung besar perusahaan Dailuna. Kakinya lurus ke atas meja, dan benaknya memikirkan sesuatu. Tak ada yang bisa menghancurkan kesuksesan Dailuna, bahkan jika reputasinya dihancurkan, bisnis besar ini masih berjalan. Dia juga berpikir, Hatice dan Nadira juga Raisi tidak juga terlalu berpengaruh, dia merasa semuanya sia-sia. Balas dendamnya, semua yang dia lakukan tidak membuat Martin Dailuna hancur, kecuali, jika dia betul-betul membunuh dan menyiksa tubuh Martin dengan tangannya sendiri.Kepala Ibrahim hanya memikirkan bagaimana dia akan menyelesaikan segalanya, semuanya tak berjalan seusai rencananya, dia juga menganggap, Andira telah berkhianat padanya, Andira tak dapat lagi dipercaya, dan Nigel, sekarang dia gila mencari anak tirinya. Hatice dan Nadira juga sudah terlihat begitu menderita, bukan ini rencana Ibrahim. Andira dia kirim ke rumah besar itu hanya untuk membuat anak dan ayah itu jatuh cinta
Saat para detektif mencari sebuah kebenarannya, petugas kepolisian, Syarif yang begitu serius dengan tugasnya, juga Nigel yang terlihat depresi karena tak menemukan Lizzia, Rami yang terus mencari tahu siapa mungkin musuh yang melakukan ini pada temannya. Martin yang juga masih mencari tahu siapa yang melakukan semua permainannya ini, melalui berkas-berkas tentang musuh-musuh bisnisnya. Dan juga ada Lizzia, yang terus belajar memasak dengan trik yang diberikan Andira.Sementara itu, Andira, dia mendapatkan sebuah panggilan telepon yang tak lain adalah dari Ibrahim. Andira yang tengah asik membaca buku catatannya yang telah dikembalikan Martin olehnya, mengabaikan panggilan itu. Namun ponselnya terus berdering, hingga Andira jenuh mendengarnya, Andira berniat untuk memberi mode silence pada ponselnya, namun dia mendapatkan pesan dari Ibrahim yang berkata, "Mari bertemu, ayo akhiri permainan ini." Pesan itu membuat Andira mengernyitkan keningnya, dia bingung akan membalas apa, bertemu a
Saat malam, saat Lizzia dan juga Martin terlelap dalam tidurnya, Andira yang memilih untuk tidur di kamar pembantu keluar secara diam-diam. Dia menyelinap keluar dari pintu besar rumah Dailuna, dan keluar melalui gerbang kediaman itu. Tengah malam, sekitar jam dua belas malam, saat suhu malam menyentuh kulitnya, kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri, dia menunggu kedatangan Ibrahim. Dan cukup lama menunggu, akhirnya mobil Ibrahim tiba tepat di hadapan Andira.Ibrahim keluar dari mobilnya, dan berjalan ke arah Andira."Ada apa? Kenapa kau ingin bertemu denganku?" tanya Andira mengulang pertanyaannya saat berbicara dengan Ibrahim melalui ponsel."Kau harus ikut denganku, ayo." Ibrahim dengan menarik pelan tangan Andira."Kenapa?""Andira ikutlah denganku, semuanya telah selesai, tugasmu di sini semuanya sudah selesai, ayo." Ibrahim membujuk dan menarik kembali lengan Andira."Aku tidak mau." Andira membantah dan memundurkan tubuhnya, menolak untuk pergi."Semuanya akan berakhir, perc
Andira meneteskan air mata di hadapan Ibrahim yang juga menunduk, dia menyadari, ya dia sadar bahwa dia adalah monster bagi Andira yang sebenarnya, dia yang mengirim Andira ke rumah besar itu, menjebak Andira di dalam permainan cinta palsu dan gadis ini, gadis ini betul-betul jatuh cinta. Sama seperti Mia, persis sama dengan Mia yang larut dalam cinta Martin."Pergilah, kembali lah ke dalam." Ibrahim yang tak kuasa menatap Andira. Dengan rasa bersalah pada Ibrahim, Andira menatap pria itu sejenak lalu melangkah mundur, dan saat dia berbalik, lihat siapa yang telah mengikutinya, seseorang yang bersembunyi di sela-sela tanaman yang pernah dirawat oleh Pak Rustam.Andira kemudian berbalik, dia menatap Ibrahim dan berkata, "Lizzia membuntutiku."*Lizzia terlihat membuka matanya, dia tidak bisa tidur, dia hanya memikirkan tentang apa yang terjadi pada Raisi, mungkin Nigel sudah melakukan hal buruk padanya. Kepalanya penat memikirkan itu, dia cemas pada pemuda yang telah dia jebak. Dia ing
Brak! Satu pukulan diberikan Andira pada Lizzia. Pukulan dari sebuah batang kayu yang cukup besar. Lizzia dengan sekejap terjatuh. "Apa yang harus aku lakukan Ibrahim?" tanya Andira yang merasa panik, dia menatap Ibrahim dengan tatapan begitu cemas, dengan tubuh yang tergelatak tak berdaya Lizzia terbaring di atas rumput dan semak. "Kau harus ikut denganku, kau dan Lizzia. Kau harus membantuku untuk membawanya, ayo!" Dengan segera Andira membantu Ibrahim dan memasukkannya ke dalam mobil bagian belakang. "Apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya Andira dengan begitu panik, matanya menatap cemas ke arah Ibrahim. "Masuklah, tidak akan terjadi sesuatu, percayalah padaku Andira, jika kau tetap berada di sini, maka Martin akan curiga padamu." "Bagaimana bisa?" "Tentu dia akan curiga, jika dia kehilangan Lizzia, maka dia juga harus kehilanganmu." "Aku tidak paham." "Kau akan paham, masuklah." "Kau tidak akan melakukan hal yang berbahaya bukan?" "Percayalah padaku Andira, semuany
Senyum terlintas di bibir Martin Dailuna sesaat saat dia terbangun dari tidurnya di pagi yang cukup cerah. Dengan mata memandang lurus ke depan, dia membentangkan tangannya ke depan, kakinya dan merasakan suasana pagi yang cukup indah. Kini dia berjalan dan turun dari ranjang, membuka jendelanya, dan merasakan hembusan pagi. Setelah menikmati hembusan pagi yang nyaman, Martin menengok ke arah jam dindingnya dan dia menyadari bahwa hari ini dia akan melanjutkan pencariannya, namun pasti dia akan menikmati masakan pagi milik Andira untuk saat ini. Dia segera membersihkan tubuhnya, dan merasakan percikan air yang keluar dari shower. Kemudian dia berjalan keluar kamar mandi dan mencari pakaian yang cocok untuk hari ini, rompi hitam dengan kemeja putih bersih, sepatu kulit hitam dan sedikit sisiran untuk rambut jatuhnya. Dia kini berjalan keluar kamar, merasakan paginya dan menuruni tangga. Saat dia sampai di ujung tangga, dia menemukan sesuatu, pintu rumah yang terbuka, dia mengernyit
martin dailuna terduduk lemas di atas sofa dengan beberapa orang di sampingnya dan di depannya yang menekuni kasus ini. rami pengacara martin berada di samping martin, sementara detektif kepolisian juga duduk berusaha untuk memecahkan kasus ini. martin hanya diam dan lemas, dia tidak tahu harus melakukan apa karena semua ini seakan adalah jalan buntu yang tidak dapat dipecahkan. ruangan terasa sunyi dan hanya rami yang berbincang dengan petugas kepolisian di sana. "Kami tidak dapat menemukan bukti apapun tentang Nigel Dailuna, dia menghilang entah dimana, dia tahu bahwa kami membuntutinya, jadi tolong Tuan, katakan sesuatu yang Anda ketahui," ucap salah satu dari mereka yang mencondongkan wajahnya ke arah Martin. Sedangkan Martin, dia hanya menghela nafa dan menatap petugas yang menanyainya. "Jika aku tahu, kalian tidak akan ada gunanya sekarang, karena akan aku cari sendiri, mengerti?" Tatapan tajam Martin tanpa getir menyinggung kasar petugas yang menanyainya hal demikian. Semu