Sementara Orion dan Lady Rosemary yang masih berada di dalam bath tub penuh busa sabun putih hangat masih 'menikmati' momen kebersamaan intim itu. Orion tentu saja hanya 'setengah berada' di sana. Hanya tubuh dan jiwanya saja, sedangkan hati dan pikirannya tak lagi ada di tempat itu.
"Come on, let's go to the bed and make lots of love for me! I need yours so bad!" Ajak Rose yang tak sabar lagi. Ia segera keluar dari bath tub, setengah menarik lengan Orion. Dikeringkannya tubuh asal saja dengan handuk tebal, dilemparkannya dengan acuh tak acuh, lalu menjatuhkan diri di atas ranjang. Berbaring terlentang sambil mengangkat kedua lengan dan merentangkan tungkai, pose Rose itu begitu menggoda dan menantang. Orion merasa terundang. Meskipun demikian, pemuda itu masih berusaha keras 'menjalankan rencananya yang semula'.
"Aku punya ide bagus, Rose. What about a relaxing massage first?"
"Wow, it's a very good idea
'Bagaimanapun, aku tak mungkin menolak mentah-mentah atau mengecewakan Mama. Aku bukan putra durhaka. Mungkin jika aku menuruti keinginannya, beban pikiran sekaligus beban ekonomi keluarga kami akan jauh lebih berkurang. Tetap saja, ini semua...' Melihat kegalauan di wajah tampan sang putra tunggal, Lady Magdalene Brighton semula ingin membatalkan niatnya dan berkata, 'Wajar jika kau terkejut, Orionku Sayang. Kau tak setuju? It's okay, tak apa-apa jika kau tak mau atau menolak, ini semua pasti terlalu mendadak dan sangat berat bagimu! Maafkan aku dan lupakanlah semua, mari kita cari jalan keluar lain.' Namun sebelum ia sempat buka suara, Orion sudah menyahut pelan, "Baiklah, Mama. Akan kucoba, jika itu memang takdirku. Siapa tahu aku memang betul-betul berjodoh dengan Lady Rosemary." "Benarkah? Kau yakin? Maafkan aku, Orion. Andai saja kita punya pilihan lain." "Kita lakukan saja, yang penting seluruh hutang keluarga Brighton kepada keluarga
'Sekarang apa yang harus kulakukan? Sejujurnya, aku akan sangat malu seandainya mereka sampai tahu bagaimana aku telah mengambil hati Orion. Aku bukan seorang perebut suami orang lain. Aku tak pernah memilih untuk jatuh hati kepadanya! Seandainya bisa kuputar balik waktu, barangkali dari awal akan kutolak saja interview di tempat nan jauh ini, memilih tempat lain di Everlondon. Jadi dengan demikian aku takkan perlu bertemu dengan Orion. Lalu semua ini takkan pernah terjadi.'Maharani sudah bergaun indah dan berias anggun ala gadis Everopa dengan busana yang sudah disediakan khusus setiap ada event spesial di kediaman Delucas. Akan tetapi ia merasa ragu, malu, dan minder. Setiap teringat pada tatapan tajam mata biru Lady Rosemary maupun pandangan mesra mata cokelat Orion dalam diam, ia bergidik. Rasanya seperti seorang pencuri tertangkap basah, pendosa yang patut dihukum seberat-beratnya.'Lady Rose tak boleh sampai tahu! Entah hingga kapan bisa ku
Mereka berdua jatuh terduduk di sebuah 'loveseat', sofa sedang yang hanya cukup untuk dua orang. Terlarut dalam momen intim itu, mungkin semenit, mungkin lima, mungkin setengah jam! Perut Rani semakin terasa penuh. Rasanya sudah tak ingin makan lagi! Semua yang ada pada Orion, walau ciumannya saja, sudah lebih dari cukup! Begitu panas membara sekaligus dingin menusuk-nusuk relung batin terdalam. Rasanya lezat, manis, menimbulkan sensasi yang berbeda, tak dapat dideskripsikan begitu saja. 'Dari mana tiba-tiba Rani bisa jadi seberani ini?' Orion sangat heran, namun ia tak kuasa mencegah. Begitu kuat 'chemistry' mereka berpadu, tarik menarik bagaikan kutub magnet yang berlawanan. Keduanya sama-sama tak ragu-ragu lagi, terbukti saling suka, saling cinta, saling menginginkan. Bibir gadis itu berbeda sekali dengan bibir Lady Rose yang tebal penuh polesan lipstik; jauh lebih polos, lembut dan rapuh. Rani masih sedikit malu-malu, rona pipinya begitu
Semua orang yang berada di ruang makan utama itu spontan berdiri. Suasana yang semula hangat dan akrab mendadak berubah tegang mencekam!"Astaga. Apakah zombie-zombie itu sudah tiba di kediaman kita ini?" Leon yang sedari dulu daya imajinasi dan fantasinya memang paling 'jalan' serta kadang agak berlebihan segera membayangkan kemungkinan terburuk seperti yang sering ia tonton di film-film besutan FlixNet."Hus, diam, kau ini ada-ada saja, Kak!" Grace segera menyikut kakak sulungnya."Ada apa, Stanley?" Henry Westwood segera bertanya kepada anak buahnya yang masih gemetar ketakutan itu."Di luar sana, Sir, ada belasan, puluhan... penduduk... Chestertown..." Stanley sang penjaga pintu masih terengah-engah menghirup udara segar di sela-sela laporannya."Ada apa dengan penduduk Chestertown?" Mata Lady Rosemary menyipit, bertanya dengan nada mulai kurang sabar.Stanley tersentak. "Mereka berada di depan gerbang ganda utama kompl
"Anda... berani.... mengancamku?" Tenang, Lady Rosemary perlahan sekali membalikkan badan. Walau nyawanya berada dalam bahaya besar, ia yakin jika pria asing itu takkan berani menembaknya. "Silakan saja, Tuan. Jika aku mati, kalian masih harus coba menerobos gerbang ini serta membunuh orang-orangku. Bila itu bisa terjadi, stok makanan yang berhasil kalian dapatkan di gudang juga belum seberapa. Paling-paling hanya cukup untuk beberapa minggu. Semua perbuatan kalian sedari tadi sudah terekam di CCTV 24 jam kami. Tak hanya sudah mencabut nyawa orang-orang lain, 'trespassing of private property' itu jelas-jelas melawan hukum, kalian semua cepat atau lambat akan diamankan oleh pihak yang berwajib, masuk penjara. Jika wabah atau pandemi baru ini benar-benar jadi kenyataan, kalian akan mati kelaparan membusuk di balik jeruji besi sementara zombie-zombie itu berkeliaran di Chestertown!" Menyadari jika kata-kata panjang lebar Lady Rose itu benar, pria yang mengancam di luar itu hanya bisa me
"A-a-apa, Leon? Are you out of your mind?" Lady Rosemary tentu saja tak ingin mengiyakan komentar putra sulungnya yang kedengaran terlalu absurd itu. "Kurasa memang, to the bitter truth, Leon benar, Ma'am!" Kenneth menimpali dengan suara sedih, "Kita sedang menghadapi krisis tak terelakkan di akhir zaman. Jika semua ini tak segera ditangani, akan terjadi pandemi seperti beberapa tahun silam, saat virus pernapasan Hexa melumpuhkan perekonomian dunia Ever dan memakan korban hingga jutaan jiwa!" Semua yang hadir di aula seketika heboh, walau hanya terdengar gumam-gumam kecemasan dan komentar-komentar tak jelas. "Jadi, Dokter, apa yang kita harus lakukan? Apa yang bisa kita perbuat agar kejadian seperti dalam film-film dan cerita fiksi itu tak sampai jadi kenyataan?" Orion bertanya. Kenneth menarik napas sejenak sebelum melanjutkan, "Karena isolasi mandiri tak mungkin dilakukan akibat mereka yang terinfeksi jadi sangat berbahaya, cara sa
Leon mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Yang jelas beliau bukan pemuka agama yang biasa melayani atau memimpin kebaktian penghuni kompleks di sini. Natal, Paskah, kami selalu mengundang pengkhotbah lain, bukan pria ini." "Aneh," Orion sebenarnya malas untuk membahas seseorang yang kemarin berdiri di depan altar dan memberikan pemberkatan kepada dirinya dan Lady Rose, "aku, walaupun hanya suami keduanya, sebenarnya berhak untuk tahu. Bahkan surat atau akte pernikahan kami saja aku tak pernah melihatnya." "Barangkali masih diproses oleh orang ini, Papa Orion. Beliau mungkin dipanggil mama kami secara mendadak, karena yang biasa melayani, Reverend James, sedang tak ada di tempat!" Leon memberikan pendapat. "Semakin bertambah aneh saja. Sepertinya ekspresi Rose terhadap pria ini dalam foto tak terkesan akrab. Sungguh, aku curiga, ada sesuatu yang mamamu coba sembunyikan, Leon! Surat yang mereka pegang bersama itu juga tak pernah ia ceritakan kepadaku. Aku memang t
"Curiga? Mengapa?" Rani hampir tersedak saat mendengar kata-kata Orion itu. Berusaha keras ikut memelankan suaranya, ia balik bertanya, "Bukankah kalian baru saja menjadi suami istri yang sah?""Secara ritual, ya. Secara sipil, belum. Rose tidak mau, ia beralasan tak ingin nasibnya kelak seperti dulu, ditinggalkan 'si pengkhianat' ayah kandung Leon dan Grace yang menggerogoti harta serta kepercayaannya, padahal mereka menikah secara sipil. Akan tetapi walau pernikahanku sudah dilaksanakan di hadapan saksi dan Tuhan tentunya, terus terang saja, aku mencium adanya konspirasi antara Rose dengan 'seseorang' di sini.""Konspirasi? Seperti pandemi virus Hexa saja, yang selalu dikira hanya konspirasi para negarawan waktu itu! Dianggap bisnis, intrik dan permainan politik semata-mata! Di negeriku juga begitu, sangat banyak yang tak percaya, tak mau mengenakan masker dan tak mau menerima vaksin, hingga banyak nyawa melayang percuma! Padahal jelas-jelas penyaki