"Astaga, kira-kira siapa atau apa yang ada di balik pagar hidup ini, Dok?" Kenneth bersiaga. Dalam saku jas putihnya selalu tersedia sebentuk senjata api berukuran kecil yang sudah dilengkapi dengan peredam. Ia sudah bertekad takkan menggunakannya jika tidak dalam keadaan terpaksa. "Sst, jangan bergerak atau bicara keras-keras, Leon," bisik dokter itu sambil mendekat ke pagar hidup yang cukup rimbun dan tebal itu. Lewat celah-celah rapat di antara dedaunan, masih dapat terlihat situasi di luar. Jalan terlihat sepi, erangan itu masih terdengar sesekali, tak terlalu dekat, tetapi tidak jauh. Seseorang, atau sesuatu, bergerak-gerak dalam kegelapan. Mungkin manusia yang sedang berjalan pelan, mungkin juga hewan liar. "Aku belum bisa memastikan. Tapi lebih baik kita pergi dari sini dan mengamati dari ruang CCTV di main mansion saja!" Kenneth kembali ke dekat Leon dan mengajak anak muda itu pergi. Leon tadinya masih bertahan ingin melihat se
Kenneth dan Leon berusaha keras menarik kesimpulan siapa atau apa yang mereka lihat di layar LED canggih itu. "Coba kau zoom, Leon. Jika terlihat lebih dekat barangkali kita akan tahu!" "Sure, it's a piece of cake for this device! Selain sudah berwarna, juga bisa lebih tajam daripada CCTV jenis lama!" Sosok yang terlihat di monitor sekilas mirip manusia biasa; seorang, dua orang laki-laki yang berpakaian lengkap. Hanya gerakannya yang sedikit aneh, seperti orang linglung. Dengan tangan terarah lurus ke depan sesekali seperti mencoba meraih sesuatu, manusia aneh itu entah buta atau mencari-cari sesuatu yang tak bisa ia temukan. Dalam kegelapan malam plus bayang-bayang pagar, wajah pria itu tak dapat terlihat jelas. Kenneth, yang belum pernah melihat 'korban virus Octagon' sebelumnya, sekali lagi menitahkan Leon, "Aku belum yakin itu hanya manusia mabuk atau apa, namun bisakah kau men-'save' adegan ini? Aku ingin mengiri
"Orion, wait a minute! Aku merasa ada hal yang tidak beres di sini! Lebih baik kita jangan berhenti! Just keep on moving!" "Rani, aku merasa kedua pria aneh itu butuh pertolongan. Mungkin yang terkapar itu baru saja mengalami kecelakaan, tertabrak kendaraan atau diserang hewan liar? Sering terjadi di jalan perbukitan ini!" Orion berkeras ingin berhenti. "Oh, come on, mengapa kita harus mulai berdebat untuk pertama kalinya sejak pernikahan beberapa jam silam?" Rani masih berusaha keras 'mengerem' niat baik Orion itu. Pemuda itu tetap meminggirkan sepeda motor dan berhenti. Ia turun seorang diri lalu berkata, "Rani, you wait here and don't go after me! Aku hanya sebentar saja!" "But..." Orion berusaha mendekat ke orang yang terkapar, berjongkok untuk menepuk sedikit ujung bahunya. "Hai, apakah Anda tak apa-apa? Are you alright, Sir?" Orang itu tak menjawab dengan kata-kata. Erangan pelan mirip dengkuran, keluar dari bibirnya. Tiba-tiba kepalanya perlahan bergerak-gerak. Dalam kere
"Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana, ready or not, true or false, aku harus segera mengetahui semuanya! Tak ada yang boleh ditunda-tunda! I have to find out all by myself!" Leon sudah sangat ingin menyambar jaketnya kembali, mempersiapkan masker dan senjata tajam atau alat pemukul apa saja, lalu pergi seorang diri ke dekat pagar hidup di mana baru saja terekam dengan jelas sosok Orion sang papa sambung sedang mengecek orang mencurigakan yang sangat mirip dengan zombie itu! "Aku tak ingin berprasangka buruk, tetapi ada baiknya jika semua terungkap; betulkah itu Orion atau aku hanya berhalusinasi karena terlalu mengantuk dan lelah!" Baru saja Leon beranjak keluar dari ruangan, seorang penjaga di ujung koridor telah melihatnya dari kejauhan. "Selamat pagi, Tuan Muda Leon Delucas! Still too early to be here, apakah Anda baru bangun tidur atau belum berangkat beristirahat? Maaf, tadi saya menemukan benda ini di lorong
"A, a, apaan ini? Siapa kau? Si, si, sialan!" Pria itu terhenyak. Tubuhnya berusaha berbalik walau kakinya yang sebelah masih tertahan dalam genggaman erat 'si orang asing' pertama, "Stop it, both of you!" 'Orang asing kedua' berwajah pucat membiru mirip rekannya itu tampak 'gembira', nyaris seperti ingin bicara, 'Akhirnya kami menemukanmu!' Namun tak sepatah katapun terucap dari bibir hitam dan mulut gelap berbau busuk itu. Ia hanya menyeringai semakin lebar sambil mencengkeram erat-erat bahu si pria bersenjata. Bibirnya komat-kamit seolah ingin berkata tanpa suara, 'Aku lapar... aku haus... aku tak bisa bernapas, tolong aku!' "Le, le, lepaskan aku, atau kalian akan kutembak! Senapanku ini sudah berisi peluru, siap untuk membu...!" Ia belum lagi sempat menyelesaikan kalimatnya. Kedua pria aneh itu tiba-tiba membuka mulut mereka lebar-lebar. Bagaikan dua makhluk kelaparan, sepatu dan bahu jaket pria
"Uh, I just feel a bit worried about your health! Semalam Anda pamit untuk beristirahat lebih cepat, jadi aku..." Leon tak melanjutkan kata-kata itu. Ia tak ingin Rani sampai tahu ia semalam datang kemari hingga dua kali! "I'm okay, thank you very much for your concern. Oh ya, by the way, mengapa kau sekarang menggunakan masker?" "Perintah keras dari Yang Mulia Ratu Rosemary. Lebih tepatnya, mamaku dan si dokter Kenneth." Leon bersemangat menambahkan, "Akhirnya semua kata-kataku dan yang kita takutkan menjadi kenyataan. Baru saja Kenneth mengeksekusi, atau lebih tepatnya menembak mati dua zombie di luar pagar kompleks kami!" Rani terkesiap. "Jadi, dua tembakan pagi-pagi tadi bukan suara letusan senapan latihan saja?" "Ya. Dua orang mencurigakan di depan kompleks ini ternyata zombie korban warga Chestertown, mungkin yang pertama di daerah ini dari virus Octagon. " 'Astaga. Jadi Orion semalam menyentuh tubuh seorang yang kini telah...' Rani buru-buru menepiskan kemungkinan terburuk
"Selamat pagi, Nona Rani! Wow, you use a mask and a shawl! Apakah Anda baik-baik saja?" Grace heran bertanya kepada gurunya yang baru saja masuk pantry untuk ikut sarapan bersama setelah pagi menghebohkan itu. Hampir semua anggota keluarga Delucas yang hadir di meja makan pada pagi hari menjelang siang tampak khawatir kepada sang guru muda Evernesia yang kebetulan hadir paling terlambat, tak seperti hari-hari sebelumnya. Tentu saja semua pasang mata spontan memandangnya, terkecuali Orion yang belum hadir. Rani menunduk, tak ingin rasa khawatirnya sendiri juga terlihat. "Selamat pagi, Grace, Lady Rose, dokter Kenneth, Leon. Maaf, aku datang terlambat," ucap Rani pelan. "Pagi, Nona Rani. Selamat makan." Lady Rose acuh tak acuh, berusaha fokus menyesap kopi susu tanpa gulanya. "Pagi. Mantap, Nona Rani ternyata seorang guru teladan, already so aware, bersiaga mengenakan masker. Oh ya, omong-omong apakah Anda masih merasa kurang sehat? Na
"Ada apa gerangan, kelihatannya serius!" Leon sepertinya tertarik sekali dengan apa yang sedang terjadi. "Ikut saja denganku, ayo!" Kenneth tak ingin berlama-lama. Ketiganya segera keluar dari perpustakaan. Dokter Kenneth tak ingin memberi banyak keterangan. Mereka berkumpul di ruang tengah, di mana seluruh anggota keluarga dan kepala pegawai, kecuali Orion, telah hadir. Pada layar TV besar dengan suara keras kini ditayangkan pengumuman resmi EHO lewat pernyataan yang dibacakan seorang reporter, "Dengan berat hati EHO menyatakan seluruh Everopa kini sudah berstatus zona merah. Berawal dari Pharez, Everance, lalu menyebar ke Everlondon dan kini sudah menginfeksi secara tak terkendali melalui carrier alias pengantara yang lolos dari lockdown total di semua ibu kota. Sama seperti virus Hexa, virus Octagon kini resmi menjadi lawan berat yang tak terlihat bagi kita bersama. Mari kita tetap berpikir positif, tidak panik, serta mengikuti protokol kesehatan yang telah disusun oleh Ever Hea