"Apa yang sebenarnya terjadi di luar sana, ready or not, true or false, aku harus segera mengetahui semuanya! Tak ada yang boleh ditunda-tunda! I have to find out all by myself!"
Leon sudah sangat ingin menyambar jaketnya kembali, mempersiapkan masker dan senjata tajam atau alat pemukul apa saja, lalu pergi seorang diri ke dekat pagar hidup di mana baru saja terekam dengan jelas sosok Orion sang papa sambung sedang mengecek orang mencurigakan yang sangat mirip dengan zombie itu!
"Aku tak ingin berprasangka buruk, tetapi ada baiknya jika semua terungkap; betulkah itu Orion atau aku hanya berhalusinasi karena terlalu mengantuk dan lelah!"
Baru saja Leon beranjak keluar dari ruangan, seorang penjaga di ujung koridor telah melihatnya dari kejauhan.
"Selamat pagi, Tuan Muda Leon Delucas! Still too early to be here, apakah Anda baru bangun tidur atau belum berangkat beristirahat? Maaf, tadi saya menemukan benda ini di lorong
"A, a, apaan ini? Siapa kau? Si, si, sialan!" Pria itu terhenyak. Tubuhnya berusaha berbalik walau kakinya yang sebelah masih tertahan dalam genggaman erat 'si orang asing' pertama, "Stop it, both of you!" 'Orang asing kedua' berwajah pucat membiru mirip rekannya itu tampak 'gembira', nyaris seperti ingin bicara, 'Akhirnya kami menemukanmu!' Namun tak sepatah katapun terucap dari bibir hitam dan mulut gelap berbau busuk itu. Ia hanya menyeringai semakin lebar sambil mencengkeram erat-erat bahu si pria bersenjata. Bibirnya komat-kamit seolah ingin berkata tanpa suara, 'Aku lapar... aku haus... aku tak bisa bernapas, tolong aku!' "Le, le, lepaskan aku, atau kalian akan kutembak! Senapanku ini sudah berisi peluru, siap untuk membu...!" Ia belum lagi sempat menyelesaikan kalimatnya. Kedua pria aneh itu tiba-tiba membuka mulut mereka lebar-lebar. Bagaikan dua makhluk kelaparan, sepatu dan bahu jaket pria
"Uh, I just feel a bit worried about your health! Semalam Anda pamit untuk beristirahat lebih cepat, jadi aku..." Leon tak melanjutkan kata-kata itu. Ia tak ingin Rani sampai tahu ia semalam datang kemari hingga dua kali! "I'm okay, thank you very much for your concern. Oh ya, by the way, mengapa kau sekarang menggunakan masker?" "Perintah keras dari Yang Mulia Ratu Rosemary. Lebih tepatnya, mamaku dan si dokter Kenneth." Leon bersemangat menambahkan, "Akhirnya semua kata-kataku dan yang kita takutkan menjadi kenyataan. Baru saja Kenneth mengeksekusi, atau lebih tepatnya menembak mati dua zombie di luar pagar kompleks kami!" Rani terkesiap. "Jadi, dua tembakan pagi-pagi tadi bukan suara letusan senapan latihan saja?" "Ya. Dua orang mencurigakan di depan kompleks ini ternyata zombie korban warga Chestertown, mungkin yang pertama di daerah ini dari virus Octagon. " 'Astaga. Jadi Orion semalam menyentuh tubuh seorang yang kini telah...' Rani buru-buru menepiskan kemungkinan terburuk
"Selamat pagi, Nona Rani! Wow, you use a mask and a shawl! Apakah Anda baik-baik saja?" Grace heran bertanya kepada gurunya yang baru saja masuk pantry untuk ikut sarapan bersama setelah pagi menghebohkan itu. Hampir semua anggota keluarga Delucas yang hadir di meja makan pada pagi hari menjelang siang tampak khawatir kepada sang guru muda Evernesia yang kebetulan hadir paling terlambat, tak seperti hari-hari sebelumnya. Tentu saja semua pasang mata spontan memandangnya, terkecuali Orion yang belum hadir. Rani menunduk, tak ingin rasa khawatirnya sendiri juga terlihat. "Selamat pagi, Grace, Lady Rose, dokter Kenneth, Leon. Maaf, aku datang terlambat," ucap Rani pelan. "Pagi, Nona Rani. Selamat makan." Lady Rose acuh tak acuh, berusaha fokus menyesap kopi susu tanpa gulanya. "Pagi. Mantap, Nona Rani ternyata seorang guru teladan, already so aware, bersiaga mengenakan masker. Oh ya, omong-omong apakah Anda masih merasa kurang sehat? Na
"Ada apa gerangan, kelihatannya serius!" Leon sepertinya tertarik sekali dengan apa yang sedang terjadi. "Ikut saja denganku, ayo!" Kenneth tak ingin berlama-lama. Ketiganya segera keluar dari perpustakaan. Dokter Kenneth tak ingin memberi banyak keterangan. Mereka berkumpul di ruang tengah, di mana seluruh anggota keluarga dan kepala pegawai, kecuali Orion, telah hadir. Pada layar TV besar dengan suara keras kini ditayangkan pengumuman resmi EHO lewat pernyataan yang dibacakan seorang reporter, "Dengan berat hati EHO menyatakan seluruh Everopa kini sudah berstatus zona merah. Berawal dari Pharez, Everance, lalu menyebar ke Everlondon dan kini sudah menginfeksi secara tak terkendali melalui carrier alias pengantara yang lolos dari lockdown total di semua ibu kota. Sama seperti virus Hexa, virus Octagon kini resmi menjadi lawan berat yang tak terlihat bagi kita bersama. Mari kita tetap berpikir positif, tidak panik, serta mengikuti protokol kesehatan yang telah disusun oleh Ever Hea
Sementara itu, Orion belum tahu semua yang terjadi maupun akan ia alami. Saat ini ia beristirahat saja sebaik yang ia bisa. Kebetulan persediaan air minumnya masih ada di atas meja kopi, walaupun hanya cukup untuk beberapa jam. Ia enggan keluar dari kamar barang selangkahpun. Tak ingin membuat semua orang khawatir, terutama Rani. 'Astaga, Rani bahkan belum atau tak melihat panggilan teleponku sama sekali. Ada apa dengannya? Semoga istriku tak sedang dalam kesulitan.' Tiba-tiba ponsel Orion bergetar. Masuk sebuah notifikasi dari nomor tak bernama. 'Chat dari Rani!' Ia segera mengenalinya. 'Orion, kau baik-baik saja? Hati-hati. Mereka datang. Hapus chat ini segera.' Jantung Orion berdebar-debar membacanya. 'Mereka siapa, Rani? Aku baik-baik saja. Terima kasih.' Ia belum puas membalasnya, maka ditambahkannya satu kalimat lagi, 'I love you.' Centang satu abu-abu. Rani tentu kembali offline. Orion sedikit bersemangat, walau masih merasa kurang sehat. Kembali duduk di ranjang sambil me
"Aku takkan minta macam-macam atau hal aneh-aneh. Aku anak baik-baik, aku telah dididik keras untuk itu. Just one simple thing. Please be my best friend." Leon nyaris tak berani memandang mata Maharani saat mengucapkannya. Merespon pemuda tanggung itu, Rani awalnya hanya tertawa gelisah, "Aku 'kan guru bahasamu, bagaimanapun, sudah pasti aku akan menjadi sahabat terbaikmu dalam mempelajari Bahasa Evernesia, walau dalam keadaan krisis seperti saat ini." Leon berdeham, "Bukan itu saja. Aku tahu itu, I knew it already. Satu hal lagi saja. Anda perlu tahu, sejujurnya, aku sangat tertarik kepada Anda sebagai seorang wanita muda asing yang dewasa, baik hati dan terpelajar." 'Eh? Apa maksud anak muda di hadapanku ini?' Rani tertawa gelisah sekali lagi. Ia khawatir ada telinga yang sengaja maupun tak sengaja mendengar semua percakapan itu. Segera ia bertanya, "Excuse me. What do you really mean?" "Sesekali, kita bisa coba berkencan. Yah, yang tidak terlalu sulit atau aneh saja, misalnya na
Pria malang bernama Russell itu hanya bisa meraung sekeras-kerasnya saat menyadari bahwa informasi kru medis itu adalah kenyataan terpahit dan tersakit yang pernah ia dengar dan alami selama hidupnya. "Tidak mungkin! Keluarkan aku dari sini! Aku ingin kembali ke kotaku, keluargaku, rumahku! Kembalikan aku ke zaman sebelum ada Hexa dan Octagon!" Namun kru medis dokter Kenneth itu hanya bisa menggeleng sambil mengucap kata maaf, lalu bergegas pergi meninggalkan ruangan, menguncinya baik-baik. "Awas kalian semua yang telah berani-beraninya mengamputasiku tanpa izin, lalu mengurungku di sini! Aku tak bersalah dan tak rela kehilangan anggota tubuh dan hidupku! Tunggu pembalasanku!" Sekali lagi Russell meronta, berusaha keras untuk bangkit. Namun semua usahanya sia-sia. Rasa sakit luar dalam tak terperi terus ia rasakan menjalari raga hingga sekali lagi harus terhempas ke atas ranjang pasien, terjatuh kembali menuju dasar jurang alam bawah sadar nan hitam-b
Tetiba pintu ruang CCTV terbuka lebar-lebar. Maharani dan Leon berbarengan menoleh, tak menyangka dokter Kenneth akan ikut 'menyusul' hingga ke ruangan ini. Rani pun urung menjawab, Leon juga terpaksa harus bersabar, belum menerima info yang ia sangat ingin ketahui. "Nona Rani, syukurlah kutemukan Anda! Aku mencari Anda kemana-mana, ternyata Anda dan Leon berada di sini. Aku ingin menyerahkan sepucuk senjata seperti yang Lady Rosemary miliki. Ia sendiri yang menugaskanku untuk menyampaikan benda ini, saat ini Rose sedang mengurus persiapan kamar isolasi mandiri sementara untuk Tuan Orion di Lab Barn." Kenneth mengeluarkan sesuatu sebesar genggaman yang terbungkus semacam sarung pelindung berbahan kulit dari saku jas putihnya, namun belum langsung menyerahkan kepada Rani. Rani tersentak, 'Astaga, isolasi mandiri? Apakah telah terjadi sesuatu dengan Orion? Separah itukah kondisi suamiku?' Hatinya gundah bertanya-tanya. Akan tetapi ia sadar, kedua pria di hadap