"Uh, mengapa Anda tiba-tiba bisa menanyakan seseorang yang tidak ada di antara kita?" 'si pendeta' Edward Bennet belum siap menerima pertanyaan itu. Dalam hatinya terbetik aneka dugaan, 'Jangan-jangan Rose telah melanggar perjanjian denganku sebagai alasan untuk mengusirku keluar dari 'halaman rumahnya'! Huh, awas saja! Kalian tidak tahu apa saja yang sanggup dan hampir kulakukan!'Tentu saja sebagai 'Hamba Tuhan', Edward Bennet tak bisa berbicara selugas itu. Dengan senyum yang paling ramah dan tulus, ia membalas Henry Westwood, " Sayangnya, saya bukan seorang 'brother's keeper, penjaga saudara laki-laki' apalagi yang jauh lebih senior. Sebagai atasan, beliau tentu memiliki alasan tersendiri." Edward menambahkan sebagai basa-basi, "Sebenarnya mengapa Anda bertanya?" "Karena sejujurnya saya sedikit heran, mengapa pernikahan salah satu bangsawati paling terhormat di Chestertown tidak langsung dilayani oleh pendeta nomor satu, melainkan Anda..." Henry bertambah tidak senang saja dengan
Dengan lampu senter kecilnya, Leon masih berusaha mengamati semua yang ada di garasi. Memang tak ada jejak lain atau tanda-tanda berarti untuk menuduhkan semua kepada Orion maupun Rani. Henry Westwood dan Orion sudah membersihkan semuanya setelah menyelesaikan misi rahasia."Huh, sayang sekali tak ada bukti, apa hanya imajinasiku saja bahwa di tempat ini baru saja terjadi pembunuhan? Kurang istirahat membuatku tidak bisa berpikir jernih!"Monolog Leon itu mendapat 'jawaban' instan dari balik pintu yang tak terkunci. "Tuan Muda Leon Delucas!"Ia terkesiap, "A-a-staga. Tuan Westwood!" kepala pelayannya pasti sempat mendengar monolognya, namun sudah terlambat bagi Leon untuk mencari alasan."Tuan Muda, apa yang Anda lakukan di sini? Bukankah Anda sebaiknya selalu berada di tempat yang aman meskipun hari masih cukup terang?" Henry selalu bersikap tegas penuh selidik kepada para remaja Delucas, "CCTV di hampir seluruh penjuru kompleks masih padam. Kami tak mungkin bisa berpatroli di mana sa
"Oh, akhirnya Anda datang juga, Dokter Kenneth Vanderfield Yang Terhormat!" Edward Bennet seperti biasa, memberikan sambutan plus senyum lebar yang jauh dari tulus, "Wah, maafkan aku juga karena aku sama sekali tidak tahu. Bagaimana jika kita berangkat bersama-sama saja? Kelihatannya akan jadi sebuah petualangan yang mendebarkan!""Oh, permisi, maafkan aku, Rev. Bennet, tetapi itu tak bisa dilakukan!" Lady Rose segera mengintervensi kedua pria itu, "Hanya boleh salah satu dari kita yang memimpin. Sebab jika sampai terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan, harus tetap akan ada 'pemimpin' yang memegang kendali utama di kompleks ini. Kemarilah kalian, kita bicarakan semua. Baiklah, bagaimana, Rev. Bennett?"Kenneth berjalan maju dan ikut berdiri di dekat podium, begitu pula Edward Bennet. Kedua pria itu sama-sama meringis kesal, namun seperti biasa, tetap berusaha menjaga citra alim mereka di mata semua kru dan pengikut."Oh, keputusan yang sangat baik! Baiklah, kurasa giliranku besok saj
"Nona Maharani, please wait a minute, tunggu sebentar..."Orion telah meminta izin kepada Rose untuk berbicara kepada Rani seusai pengundian giliran misi ke kota. Telah dipilih secara acak sekitar 20 orang dewasa lain untuk mendampingi dokter Kenneth, Leon dan Rani. Mereka tengah menerima senjata dan amunisi yang diperlukan."Ada apa, Tuan Orion?" Rani tahu di main hall saat ada banyak orang bersama mereka, tak mungkin bisa bersikap mesra. Pandang Orion seperti biasa membelai lembut tanpa suara. Ekspresi khawatir terpancar jelas walau pemuda itu tak dapat mendekat, apalagi memeluk atau menciumnya.Mereka tahu, entah sengaja atau tidak, Maharani telah 'dijerumuskan' oleh keluarga Delucas ke 'medan perang' di mana Orion tak berdaya untuk mendampinginya."Hati-hati. Jangan lupa jika kami semua berdoa dan menunggu kalian kembali dengan selamat." Orion tak dapat berkata-kata banyak. Mata cokelatnya berkaca-kaca, tak rela jika Rani kelak bernasib seperti Russell atau Rev. James. Namun pemuda
"Ada apa, Nona Maharani? Kelihatannya Anda sangat gelisah. Apakah terpaksa mengikuti perjalanan malam ini begitu mengganggumu?"Pertanyaan Leon itu kalimat pertama yang terdengar. Sebelumnya hanya terdengar deru mesin. Bus berjalan pelan dengan sorot lampu depan minim. Maharani duduk di deretan bangku bus tengah, tepatnya di samping Leon yang berada di bagian pinggir. Perjalanan membelah kegelapan malam mereka berduapuluh menuju Chestertown terasa sangat berbeda dengan perjalanan pertama sang guru beberapa waktu sebelumnya. Walaupun belum menemukan halangan berarti, aura ketegangan sangat berasa dalam rombongan 'go downtown' itu. Sama sekali tak ada yang berani bicara atau tertawa, kecuali Leon yang baru saja bertanya memecah kesunyian."Oh, tidak apa-apa. Mendampingi kalian bahkan di luar kewajiban seorang guru sudah jadi bagian tugasku. Terus terang, aku hanya sedikit curiga pada rencana mamamu di kompleks. Maafkan perasaanku ini, mungkin hanya intuisi yang tak perlu saja. Lupakan sa
'Aku begitu yakin itu Russell, walau belum pernah berjumpa muka dengan muka!' Orion berkali-kali meyakinkan diri sendiri, meski belum pernah bertemu langsung, ia sangat percaya bahwa yang terbesar itu adalah zombie Russell, mantan tetangga kamar isolasi, pasien pertama di Lab Barn.Zombie pria usia 30-40-an yang sebelah kaki dan tangannya telah diamputasi itu tetap kelihatan kuat, masih bisa berdiri tegak dalam kandangnya. Ia kelihatan lemah sekaligus sangat marah dalam ketidakberdayaannya.'Russell, apa yang terjadi? Mengapa kelihatan kau sudah tak seperti manusia pada umumnya? Apa seiring waktu, zombie akan menjadi seperti itu?' Orion teringat beberapa game console yang ia mainkan waktu masih remaja. Sosok yang menjadi 'bos' atau raja dalam game-game 'survival horror' selalu yang seperti Russell kini. Jauh lebih mengerikan dan menyeramkan daripada yang lain, bagaikan karakter antagonis dalam beberapa film atau puncak ketegangan menjelang tamat. Dalam kata lain, bagaikan monster!"Sa
Mata Orion menyipit, siaga mengawasi setiap pergerakan Russell yang masih lemah namun tahu bahwa ia tak lagi terkungkung dalam kandang besinya. Zombie itu tampak linglung, sama seperti 'rekan-rekan' senasibnya dari Chestertown. Mereka mungkin tak lagi 'hidup', tetapi jelas masih memiliki semacam 'naluri'.Mereka telah 'dibebaskan' kembali walau hanya untuk sementara. Untuk apa? Tak seorang penonton pun tahu apa sesungguhnya tujuan utama 'pertunjukan mengerikan' ini.Orion sendiri yang sadar, mungkin kesempatan untuk 'membantu Russell' hanya tinggal beberapa saat lagi, 'It's now or never!' batinnya sambil menunduk, melirik senapan yang tersembunyi di bawah kursi penonton. Ia sudah hendak meraihnya, tetapi segera mengurungkan niat. 'Mama dan Rose berada sangat dekat dan mereka akan terkejut atau malah mencegahku! Tidak sekarang...'Mati-matian berusaha untuk sabar, pemuda itu kembali fokus memandang ke tengah arena. Para zombie itu akhirnya keluar satu persatu setelah mendorong pintu k
Dalam situasi gelap gulita itu mulai tumbuh bibit-bibit kepanikan. Beberapa senter dan lampu darurat segera dinyalakan, tetapi tak seorangpun tahu mengapa listrik kompleks Delucas sampai padam. "Ada apa gerangan?" terdengar pertanyaan Lady Mag, "Apakah sering terjadi yang demikian di tempat ini?""Tidak!" Rose menjawab cepat, "There's something very wrong here!" ucapnya geram, "Petugas-petugas! Periksa apakah pagar listrik arena masih berfungsi penuh atau tidak! Jika tidak, usahakan agar kembali menyala! ""Astaga! Tidak menyala, Ma'am! Apa yang harus kami lakukan?" petugas-petugas itu memeriksa dan mulai panik, "Para 'korban' itu bisa saja menerobos keluar jika mereka 'sadar' bila ancaman sudah hilang!""Kalian berjaga, tahan sekeliling pagar! Lakukan hingga listrik menyala! Apabila tidak bisa, segera ambil tindakan darurat!" Rose sudah tak bisa lagi berpikir jernih, "Bersihkan mereka semua!"Sebagian petugas lagi dikerahkan untuk mengecek pusat generator listrik. Suasana mulai benar