Dalam situasi gelap gulita itu mulai tumbuh bibit-bibit kepanikan. Beberapa senter dan lampu darurat segera dinyalakan, tetapi tak seorangpun tahu mengapa listrik kompleks Delucas sampai padam. "Ada apa gerangan?" terdengar pertanyaan Lady Mag, "Apakah sering terjadi yang demikian di tempat ini?""Tidak!" Rose menjawab cepat, "There's something very wrong here!" ucapnya geram, "Petugas-petugas! Periksa apakah pagar listrik arena masih berfungsi penuh atau tidak! Jika tidak, usahakan agar kembali menyala! ""Astaga! Tidak menyala, Ma'am! Apa yang harus kami lakukan?" petugas-petugas itu memeriksa dan mulai panik, "Para 'korban' itu bisa saja menerobos keluar jika mereka 'sadar' bila ancaman sudah hilang!""Kalian berjaga, tahan sekeliling pagar! Lakukan hingga listrik menyala! Apabila tidak bisa, segera ambil tindakan darurat!" Rose sudah tak bisa lagi berpikir jernih, "Bersihkan mereka semua!"Sebagian petugas lagi dikerahkan untuk mengecek pusat generator listrik. Suasana mulai benar
"Oh, no!" Orion tak punya kesempatan lagi untuk mencegah apa yang berikutnya terjadi. Semuanya kini sudah terlambat!Seiring dengan kembalinya arus energi, pagar listrik itu kembali aktif. Semua yang bersentuhan dengannya otomatis..."Tidak, tidak, tidak!""Mimpi buruk! Ini hanya sebuah mimpi buruk, iya 'kan?""Astaga, tak mungkin ini betul-betul terjadi!"Semua yang berada di sekeliling lokasi itu hanya bisa menjadi saksi bisu. Isak tangis dan sedu sedan para penonton spontan memenuhi udara.Bukan hanya semua zombie yang berada di arena, semua petugas yang menahan pagar juga turut tersengat arus listrik yang tak terduga itu! Akibatnya sungguh dahsyat. Bukan hanya semua zombie koleksi dokter Kenneth -termasuk Russell- yang terpanggang, melainkan jatuh belasan korban jiwa dari pihak penjaga kompleks Delucas!Aroma sangit serta darah busuk kembali menguar. Korban di dalam dan di luar arena masih melekat pada pagar walau aliran listrik sudah dimatikan."Astaga! Ini sebuah tragedi! Ini di
"Kita sudah tiba. Sekarang semua turun dari bus, ingat selalu waspada, taati protokol kesehatan dan bawa semua perlengkapan yang ada; senjata tangan dan senjata api, jeriken-jeriken kosong sebanyak mungkin serta alat semprot kimia anti api!" Kenneth yang memimpin rombongan 'go downtown' menitahkan 19 orang lainnya termasuk Rani dan Leon untuk turun dari bus.Mereka semua turun dengan langkah ragu. Ditemani pencahayaan senter-senter seminim mungkin agar tidak menarik perhatian makhluk-makhluk apapun, akhirnya 'pasukan' turun satu persatu dari pintu belakang bus, membentuk barisan tunggal. Langkah Rani sedikit gemetar. Di belakangnya tubuh Leon menjulang tinggi, seperti siap untuk menjaga dan melindungi. Meski risih berdekatan, sang guru tak dapat menolak. Absennya Orion kali ini membuatnya sedikit merasa ada yang kurang. Mimpi singkatnya tadi juga sungguh aneh sekali. 'Orion dan semua orang di kompleks diserang zombie-zombie lepas? Sungguh aneh, tetapi tak mungkin terjadi! Semua zombie
'Aku yakin sekali jika Edward Bennet, si pendeta gadungan yang tak ada di sini, telah melakukan semua ini! Aku harus mencari informasi seakurat mungkin di pusat generator kompleks Delucas!' Malam itu juga Orion berangkat seorang diri ke pusat generator kompleks di mana beberapa orang kru masih menyelidiki kasus listrik yang padam lalu tetiba menyala kembali. Pemuda itu segera tahu jika ia tak dapat menuduh siapa-siapa. Mereka yang berjaga pada shift itu mengaku tak ada yang aneh, semua terjadi begitu saja. "Mungkin hanya kesalahan teknis, Tuan. Kami mencoba memperbaiki lalu tiba-tiba saja menyala kembali. Ini murni sebuah kecelakaan. Maafkan kami!"Orion tak dapat diyakinkan begitu saja hanya dengan kata-kata. 'CCTV sebelum kejadian listrik padam masih menyala, tentunya sempat merekam siapa yang datang ke tempat ini!' pikirnya sambil menuju ke ruangan rahasia di main mansion, pusat kamera pemantau itu. Memutar momen beberapa saat sebelum listrik padam, Orion menemukan memang ada soso
"Harus ada seseorang atau dua dari kita yang mengalihkan perhatian zombie-zombie itu agar mereka menjauh dari sini..." ujar Kenneth dengan suara sekecil dan serendah mungkin."Bagaimana caranya?" tanya Rani dengan nada yang sama."Dua orang dari kita harus keluar berlari secepat mungkin agar perhatian para korban teralih dan berusaha mengejar mereka. Dalam kata lain, dua sukarelawan harus siap sedia menjadi umpan!""Oh, so easy! Aku saja!" Leon hampir berseru saat mengajukan diri. Ia merasa ini akan sangat seru, hampir seperti dalam permainan video game survival horror yang sering ia mainkan saat luang."Apa? Tidak!" Rani tegas-tegas melarang, hampir dengan nada yang sama juga, "Lady Rosemary akan sangat marah apabila sampai terjadi hal yang buruk terhadap dirimu, putra satu-satunya!""Kau khawatir pada diriku? Jika begitu, bagaimana jika kita lakukan berdua saja, Nona Rani?" Leon malah melempar usul yang 'jauh lebih baik' dari sebelumnya!"Kau sudah gila, Anak Muda?" Kenneth merasa ma
"Oh, tidak, jangan sekali-kali kau berani mengucapkan sepatah katapun kepada Orion, atau...""Atau kau akan menyingkirkanku? Kau mulai berani mengancamku? Oh, coba saja. For your information, rombongan pengungsi yang kubawa sesungguhnya bukan orang-orang biasa. Mereka terlihat seperti lansia dan anak-anak yatim piatu pada umumnya, bukan? Namun sesungguhnya mereka adalah pengikutku yang setia dan terlatih. Para mantan jemaat fanatik yang juga telah muak pada kepemimpinan Rev. James yang konvensional dan kaku.""Maksudmu?""Mereka siap untuk melakukan apa saja. Bahkan sebagian besar sudah kulatih menggunakan senjata. Jadi, apa yang dapat kau perbuat sekarang? Mengusir kami dari sini?"Mendengar semua hal mengejutkan itu, Orion semakin merasa harus segera membuka rahasia ini! Sayangnya hingga kini Rani belum juga kembali. Orion tak mungkin hanya buka suara seorang diri. Bukti-bukti pernikahan mereka masih aman tersimpan di ransel Rani. 'Bukannya aku takut, akan tetapi aku tak ingin Rose t
"Oh my God. No. It can't be true! What the... Astaga, apa yang baru saja kulakukan?" Rose sama sekali tak berani melihat akibat dari apa yang baru saja ia perbuat.Orion dan Edward Bennet bersama-sama terjatuh di lantai. Tubuh Orion menimpa punggung si pendeta. Mereka lama diam, tak bergerak-gerak."A-a-apa aku baru saja membunuh suamiku sendiri? Orion Sayang, apa kau baik-baik saja? Maafkan aku! Sungguh, aku tak sengaja! Oh, Tuhan, tragedi apa-apaan ini? Mengapa harus terjadi malam ini?" Rose tak pernah merasa pandangannya sebegitu kabur. Kakinya terpaku di lantai.Namun tak ada jejak maupun percik darah, hanya asap tipis mesiu dari ujung Magnum berperedam. Berarti...Tembakannya meleset?"Uh, what's going on?" rutuk Edward Bennet memecah kesunyian.Orion di atas punggungnya tak lama kemudian segera bangkit, duduk sejenak di lantai lalu perlahan berdiri. "Apa yang terjadi?"Menyaksikan bahwa suaminya tak apa-apa, Rose merasa plong luar biasa sekaligus gundah. 'Astaga, apakah Orion sem
'Cepat atau lambat beliau dan juga keluarga Russell akan dan harus mengetahui semuanya! Apa gunanya aku menutup-nutupi?' Rani menggigit bibir. "Ada apa? Mengapa Nona kelihatannya begitu ketakutan? Mari duduk di ruang tamu dan minum secangkir teh, lalu Anda bisa menceritakannya kepadaku..." John mempersilakan Rani untuk duduk. Menutup dan mengunci pintu, lelaki yang memiliki perawakan dan wajah begitu mirip dengan almarhum kakaknya itu menggentarkan hati Rani. Tak lama kemudian John sudah menghidangkan dua cangkir teh di hadapan mereka. "Maaf, hanya ini sajian yang kami punya, persediaan bahan makanan, minuman dan logistik kami tinggal sedikit. Meskipun bahan makanan di toko-toko yang ditinggalkan pemiliknya di pusat kota masih sangat banyak, tetapi kami harus mengirit amunisi, sehingga hanya bisa sesekali bepergian untuk mengambil, atau lebih tepatnya, menjarah," kisah John singkat sambil menyesap tehnya. "Oh, tidak apa-apa. Ini sudah lebih dari cukup, thank you very much. Saya tur