Share

Istri Palsu sang Milyarder
Istri Palsu sang Milyarder
Penulis: Hervina Nataya

1. Hilang

Langit sepekat jelaga dengan suara guntur yang menggelegar. Sesosok pria berlari terseok dibawah guyuran air hujan yang sangat deras. Ia berhenti berlari dengan badan membungkuk dan napas terengah.  Berkali, diusapnya dengan kasar wajah dan kepala yang basah oleh air hujan.

Bahkan air matanya yang luruh dengan deras tak terlihat karena tersamar oleh derasnya air yang turun dari langit siang itu.

Dari arah belakang, sebuah mobil meluncur dengan kecepatan tinggi dan berhenti tepat dihadapan lelaki muda  yang akhirnya memutuskan meluruhkan tubuhnya di tanah. Pintu mobil terbuka dan keluarlah seorang gadis cantik nan seksi. Ia menghampiri lelaki itu dengan menarik kasar lengannya.

"Bangun, Angga! Jangan jadi pengecut!" teriaknya di antara desau angin dan suara air yang seperti tumpah dari langit.

Lelaki muda itu menatapnya dengan nanar. Matanya yang merah dengan wajah sendu, membuat si wanita semakin muak.

"Jika kau tetap seperti ini, aku akan pergi selamanya darimu dan benar-benar akan memilih Kaindra!" ancamnya yang langsung membuat lelaki itu menegakkan punggungnya.

Angga menatap tajam dan dingin pada wanita itu. Perubahan raut wajahnya, membuat si wanita terkikik senang. 

"Bagus seperti itu. Cepatlah masuk ke dalam mobil dan kita pergi."

Lelaki itu segera berdiri dan masuk ke dalam mobil dengan tubuh kuyup.

Kemudian mobil berwarna merah klasik itu segera meluncur pergi. 

"Harusnya kau bunuh saja Papa," sungut si wanita dengan pandangan lurus ke depan.

"Dia menyiksaku lagi," lirih Angga dengan suara dingin yang bergetar.

"Yeah. Dan untung aku segera menemukanmu. Aku benci melihatmu lemah. Jangan pernah lagi kembali menjadi Davin, atau aku akan benar-benar pergi darimu." Wanita itu menoleh dengan tatapan menusuk ke arah Angga.

Pria itu membalas tatapannya dengan menyeringai, "tidak akan. Karena aku mencintaimu … Avena Elisabeth."

***

Suara ketukan pintu terdengar nyaring membuat Seno mendesah kesal. Ia melepas kuluman bibirnya pada sebuah gundukan kenyal  yang indah. Pria paruh baya itu memberi isyarat menggunakan matanya pada si wanita agar ia turun ke bawah, ke arah selangkangannya. 

"Masuk," serunya dengan suara serak.

Seorang pria dengan tubuh kekar berotot dengan tato memenuhi tangan, masuk dan berdiri di hadapannya. "Tuan … ada kabar dari kediaman keluarga Mahendra. Nona Vena menghilang sudah dua hari ini," ucapnya sontak membuat Seno terperanjat.

Pria paruh baya itu berdiri dan melepaskan kenikmatan kuluman bibir sexy si wanita dengan gusar. "Apa maksudmu Vena hilang?!"

"Dua hari yang lalu, Nona Vena hanya pamit pada Tuan Mahendra untuk pergi shopping ke mall. Tapi, ternyata ia tak kembali hingga detik ini. Tentu saja semua orang sudah mencarinya. Dan menurut kabar, Tuan Kaindra sudah melaporkannya ke pihak berwajib," pungkas Jalu--tangan kanan Tuan Seno.

Pria paruh baya itu menaikkan celananya dan membenarkan letak ritsleting, lalu berjalan keluar ruangan dengan diikuti oleh Jalu.

"Perintahkan semua anak buahmu untuk menemukan anak itu," perintahnya. Lalu ia berteriak nyaring,  "Davin! Di mana kamu!" teriaknya dengan kepala menatap ke arah lantai atas.

"Davin!"

Tidak lama kemudian, seorang pemuda tampan datang tergopoh menuruni tangga.

"Iya, Pa."

"Ada tugas untukmu, Nak. Pergilah bersama Jalu untuk mencari Adikmu, Vena."

Pemuda itu membelalakkan matanya dengan wajah tertegun. "A-apa, Pa? Kenapa Vena?"

"Anak itu hilang. Dan hanya kamu yang tahu di mana tempat favoritnya, juga siapa teman-temannya selama ini. Pergilah kalian secepatnya," ucap Tuan Seno dijawab anggukan oleh Jalu.

"Baik, Pa. Tapi, aku ganti baju dulu," ujar Davin dan hendak pergi naik lagi ke atas. Namun, ia urungkan karena terdengar teriakan marah sang Papa.

"Apa pakaian yang kau pakai sekarang tidak pantas hanya untuk mencari Vena! Pergi sekarang juga, Davin!"

Davin hanya mengangguk cepat dan segera beranjak pergi dari tempat itu diikuti Jalu. Mereka masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi membelah kota Jakarta.

Lelaki muda itu mendesah kasar dengan menyandarkan tubuhnya pada jok mobil. Sedangkan Jalu yang duduk di depan, disamping sopir sibuk memainkan ponselnya.

"Tuan Jalu, kita mau kemana?" tanya si sopir dengan melirik laki-laki disampingnya.

"Sebentar, aku sedang memerintahkan anak buahku untuk ikut mencari," sahutnya lalu sibuk menelepon.

Setelah selesai, ia memutar tubuhnya ke belakang dan menghadap pada Davin yang masih bersandar dengan lesu.

"Tuan muda, dimana tujuan kita pertama agar bisa menemukan Nona Vena?"

Davin memalingkan wajahnya dari jendela kaca, lalu menatap Jalu dengan menyeringai. "Mana aku tahu. Sejak dia menikah, aku tidak tahu kemana saja dia pergi. Kenapa kau tidak tanya saja pada suaminya, si Kaindra yang sok berkuasa itu!" ketusnya dengan wajah datar.

Jalu menghela napas kasar dan memutar tubuhnya lagi ke arah depan. Ingin sekali ia memaki, tapi akan sangat percuma karena majikan mudanya ini sangat berbeda.

"Dan satu lagi, Jalu. Jangan pernah panggil gue Davin!" teriaknya dengan mata memerah dan rahang mengeras.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Machel Malayeka
Bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status