Share

6. Davin yang lembut dan penyayang

"Kenapa malah bengong?" Pertanyaan Davin membuat gadis itu tersentak. Ia segera menundukkan wajahnya.

Lelaki muda itu terkekeh kecil, "kamu masih takut? Baiklah kita keluar dari sini."

Davin menarik tangan Alena dan menggandengnya keluar dari gudang itu. Sampai di luar ternyata sudah malam. Beberapa orang yang menghajar keluarganya tadi pagi tampak berjaga di luar. Lena beringsut bersembunyi dibalik punggung Davin.

"Kenapa kalian menempatkannya di gudang busuk itu?" hardik Davin.

"Perintah Tuan besar," ucap si brewok, salah satu pengawal.

Davin mendesah kasar lalu membimbing tangan Lena yang masih ketakutan melihat mereka.

 Mereka menundukkan kepala ketika Davin dan Alena melewatinya.

Salah seorang membukakan pintu sebuah mobil mewah  warna hitam metalik untuk mereka berdua.

"Kamu suka makan apa, Lena?" tanya Davin tiba-tiba dan membuat gadis itu gelagapan.

"M-m ... apa aja, Kak."

"Ok, apa saja ya. Johan, kita ke Blok-M saja."

Orang dibalik kemudi yang dipanggil Johan mengangguk.

Dalam mobil, lelaki muda itu mengajak Alena mengobrol tentang apa saja. Pembawaannya yang lembut dan hangat, membuat gadis itu seperti terlena oleh Kakak sepupunya sendiri. Sesaat ia lupa tentang apa yang terjadi dengan kekejaman yang telah dilakukan Om Seno terhadap keluarganya.

Davin pemuda yang menyenangkan. Ia lembut dan sopan, juga humoris. Baru beberapa menit mereka saling mengenal. Tapi, rasanya seperti sudah bertahun lamanya mereka akrab. Sungguh berbeda sekali kepribadiannya dengan sang Ayah. Pikir Lena.

Davin mengajaknya makan di sebuah lesehan ayam bakar pinggir jalan. Baru keluar dari mobil saja, ia sudah menjadi pusat perhatian bagi kaum hawa. Wajah yang tampan, penampilan yang keren membuat beberapa pasang mata tidak berkedip.

"Kamu nggak papa kan makan di tempat seperti ini? Atau kita pindah ke restoran saja?" 

"Nggak papa Kak, lebih suka seperti ini," jawab Lena cepat, takut membuat Davin tersinggung.

Pemuda itu tersenyum dan segera memesan makanan untuk mereka berdua.

"Alena ... maaf atas sikap kurang bijaksana Papaku. Dan juga mereka yang telah menghajar Kakakmu. Mereka hanya menuruti perintah papa," ucap Davin sendu setelah mereka duduk berhadapan.

Gadis itu hanya diam dan menatap mata Davin dengan perasaan yang sulit diartikan. Ia sendiri pun tidak tahu, harus berkata apa dan bagaimana harus bersikap.

"Tapi tenang. Aku sudah menyuruh orangku untuk mengurus keluargamu. Mereka baik-baik saja," lanjut Davin dengan senyum tulus.

"Makasih, Kak." Lena tersenyum lega.

"Setelah ini, kita akan pulang ke rumah. Lena ... aku mohon, apapun permintaan Papa, kamu turuti. Aku tidak mau melihatmu terluka. Aku sangat menyayangi Avena dan kamu. Aku janji, akan berusaha melindungimu. Tapi, untuk sementara, turuti semua kemauan Papa, ya." lembut dan hati-hati ucapan Davin pada adik sepupunya.

Tidak sadar, Alena hanya mengangguk dengan mata tak berkedip menatap pemuda tampan dihadapannya. Jujur, baru sekali ini ia bertemu dengan lelaki seperti Davin. Ada yang berdesir dalam hatinya. Namun, seperti menyadari kalau semua itu salah, ia segera menepis perasaannya.

Tidak lama makanan datang dan mereka menyantapnya. Banyak pengamen jalanan yang menyanyikan lagu-lagu romantis di sepanjang jalan yang dipenuhi dengan berbagai jualan itu.

Davin memanggil seorang pengamen dan meminjam gitarnya.

"Kakak mau apa?" tanya Lena.

"Mau bernyanyilah. Buat kamu," sahut Davin dengan tertawa.

Dia mulai memetik gitar. Dan mengalunlah sebuah lagu yang indah.

It still feels like our first night together

Feels like the first kiss

It's getting better baby

No one can better this

Still holding on

You're still the one

First time our eyes met

Same feeling I get

Petikan gitar dan suara indah Davin membuatnya terpukau. Pemuda itu bisa membuat kesedihan Lena sedikit sirna.

Seandainya yang membuka pintu gudang tadi adalah Om Seno, mungkin saat ini, ia masih akan terus menangis.

Davin … kepribadiannya sangat berbanding terbalik dari Papanya. Itu yang diketahui Lena untuk saat ini.

.

Sebuah rumah mewah berdiri megah di hadapan Lena. Gadis itu berdecak kagum, karena selama ini ia hanya bisa melihat di film rumah megah seperti ini dan sekarang nyata dihadapannya.

"Ayo masuk," ajak Davin dengan menggandeng tangan Lena. Gadis itu gugup, hingga ia merasa berkeringat dingin.

Davin tersenyum dan semakin mengeratkan genggaman tangannya seperti memberi kekuatan pada gadis itu.

Beberapa pelayan yang berpapasan dengan mereka terkejut dan menunduk takut. Lena mengedarkan pandang ke sekeliling rumah dengan takjub. Interior rumah ini benar-benar berkelas. 

Mereka  naik ke lantai atas setelah melewati ruang makan dengan meja makan panjang yang mewah, untuk menemui Tuan Seno.

Pria paruh baya itu sedang membaca sebuah buku dan meletakkannya setelah melihat kedatangan putra bersama keponakannya. Matanya menatap tajam gadis yang terlihat sangat letih dari raut wajahnya.

Lena menunduk tidak berani menatap pria paruh baya itu. Ada perasaan benci dan tak nyaman menelusup dalam hatinya.

Apa yang akan dilakukan Kakak dari Ayahnya itu terhadap dirinya? Ia menelan ludah dengan cemas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status