Share

10. Saat berada dalam kamar

"Putraku tersayang sudah pulang? Kemarilah cepat, duduk dan makan," ujar Nyonya Merry dengan riang.

"Aku sudah makan tadi di kantor, Mi," jawab lelaki itu dengan duduk disamping Lena.

Jantung gadis itu berdegup kencang, tangannya gemetar dan berkeringat. Ia tidak berani menoleh pada lelaki disampingnya.

"Kamu sudah pulang," tanya lelaki itu datar dengan menatap tajam ke arah Lena, saat gadis itu menoleh padanya.

Lena  tertegun saat menyadari betapa tampan Kakak iparnya ini. Namun, mendadak Lena merasa ketakutan dengan tatapannya yang tajam dan dingin, seakan menelanjangi seluruh tubuh Lena.

"I-iya," jawabnya gugup.

Kaindra tertawa garing kemudian beralih pada Ayahnya. Mereka membicarakan bisnis tanpa sedikitpun Kaindra peduli pada Lena yang duduk dengan gemetar dan gugup disampingnya.

Makan malam itu sangat lama dan membosankan menurut Lena. Karena ia hanya diam mendengarkan, tidak tahu apa yang mereka semua bicarakan. Mungkin di ruang makan itu hanya dirinya dan Elmer, yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya menikmati makan malam mereka dalam diam.

Hujan di luar semakin deras dengan angin bertiup kencang. Namun, cuaca di luar tidak sedikit pun mempengaruhi keluarga milyader ini. Lena teringat akan rumahnya di Purworejo. Saat hujan seperti ini, pasti ada beberapa atap genteng yang bocor. Dan ia akan selalu menjerit ketakutan saat suara petir menyambar. 

Saat-saat seperti itu, biasanya Arman akan menggodanya dengan suara bunyi-bunyian untuk menakuti adiknya. Apalagi jika listrik padam, maka Arman semakin senang menjahili Lena. Tiba-tiba saja matanya berkabut. Ada yang menusuk dalam relung hatinya. 

"Vena … apakah jadi rencamu untuk mempunyai sebuah butik?" Tuan Dhanu tiba-tiba bertanya padanya yang seketika membuat ia terkejut dan gugup.

"I-iya. Gimana, Pi? Aku belum memikirkannya lagi." Wajah Lena pucat dengan pertanyaan Tuan Dhanu. Rasanya ia ingin berlari pergi dari meja makan, saat semua pasang mata menatapnya. Semua tertuju padanya, kecuali seseorang. 

Elmer.

 Pemuda itu masih saja tak acuh dan mengaduk minuman dengan sebuah pipet.

"Kamu bicarakan lagi dengan Kaindra nanti. Bukankah kamu ingin punya kesibukan, Nak?" 

"Nanti kita bicarakan lagi, Pi. Lagipula itu masih sekedar wacana. Papi tenang saja," sahut Kaindra.

Lena menghela napas lega dengan jawaban pria itu. Bagaimana pun, ia tidak tahu sama sekali dengan rencana Vena tentang butik. Dan kemungkinan besar, Davin sendiri juga tidak mengetahuinya, karena kemarin Kakak sepupunya itu tidak menyebutkan sama sekali tentang rencana butik Vena.

"Baguslah, jika Papi memberikannya kesibukan. Jadi kerjaan dia ga cuma menghamburkan uang saja," sindir Electra dengan melirik sinis padanya.

"Tapi, sebuah butik juga menghabiskan biaya besar. Enak sekali jadi menantu di rumah ini," timpal Nyonya Merry terlihat sekali benci.

"Sudah-sudah. Kalau hanya untuk sebuah butik, dana yang dikeluarkan tidak seberapa. Kamu bisa memilikinya, Nak. Tinggal katakan saja pada Papi," ujar pria paruh baya itu tersenyum hangat.

Lena tersenyum dan mengangguk. Ia tidak tahu harus bicara apa.

Akhirnya acara makan malam yang begitu panjang dan melelahkan bagi Lena berakhir. Mereka semua meninggalkan meja makan. Begitupun dengan Lena. Namun, sesaat ia mulai teringat akan Kaindra yang tadi duduk disampingnya dan sekarang menghilang. Kemana laki-laki itu? Apakah sudah kembali ke kamar? Jika iya, apa yang akan ia lakukan? 

Lena merasa gamang dan takut. Apa kebiasaan Vena saat berada dalam kamar bersama suaminya? Keringat dingin mulai membanjiri punggungnya.

Saat perasaan was-was seperti itu, tiba-tiba Kaindra muncul dari belakangnya dengan berdehem keras membuat Lena terlonjak kaget.

Setelah membuat kaget gadis itu Kaindra berjalan mendahului Lena dengan tak acuh menuju kamar dengan cepat hingga membuat gadis itu tertegun. Di luar hujan deras masih turun disertai petir yang menggelegar.

Merasa tidak ada pilihan, akhirnya Alena memutuskan masuk ke dalam kamar dengan gugup dan cemas. Terlihat Kaindra sedang melepas celana dan pakaiannya. Lena tertegun dan segera memutar tubuhnya mencari kesibukan dengan membenarkan letak sprei pada ranjang agat tidak melihat tubuh kakak iparnya.

Kaindra  tak acuh pada Lena dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Gadis itu menarik napas lega. Setidaknya Kai bersikap datar padanya untuk saat ini. Ia duduk di tepi ranjang dan tiba-tiba terlonjak kaget saat menyadari harus tidur di mana nanti. Ia bergidik ngeri saat membayangkan harus tidur satu ranjang dengan Kakak iparnya. Bagaimana jika nanti Kai mulai nakal seperti cerita novel dewasa yang pernah ia baca?

Bagaimana jika nanti Kakak iparnya itu meminta 'jatah' karena mengira ia adalah Vena?

Gadis itu mulai panik. Ia berjalan mondar-mandir dengan kalut hingga tidak menyadari jika Kai sudah berdiri dihadapannya dan memperhatikan sikapnya.

Bug!

Tiba-tiba tidak sengaja, Lena menabrak tubuh Kaindra yang berdiri dengan dingin. Sepersekian detik mata mereka saling menatap, hingga kemudian Lena memalingkan wajahnya melihat Kai yang bertelanjang dada dan hanya memakai handuk, yang menutupi hanya bagian bawah pria itu.

"Kamu takut melihat tubuhku karena di Perancis sana banyak lelaki muda yang lebih sexy dariku?" Kaindra menatapnya tajam. Raut wajahnya dingin seperti gumpalan es.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status