Suara gebrakan meja terdengar nyaring. Kedua tangan Tuan Dhanu Mahendra mengepal dengan wajah dan rahang mengeras.
"Kenapa bisa dia lepas dari pengawasan kalian?" geramnya dengan mata merah dan nanar.Dua pria bertubuh kekar di hadapannya hanya diam dan menunduk.
"Maafkan kami, Tuan." Randy mengangkat wajahnya dan menatap sang Tuan dengan rasa bersalah."Aku percayakan Elmer pada kalian, khususnya kamu, Randy. Tapi bagaimana kalian kecolongan seperti ini?" Wajah Tuan Mahendra terlihat sangat gusar.
"Lalu di mana mayat perempuan itu?" lanjutnya dengan menatap tajam dua pria di hadapannya."Seperti biasanya, kami menenggelamkan di danau belakang villa, dengan memberi pemberat batu, Tuan," sahut Doni.
Tuan Mahendra mengusap wajahnya kasar. Ia menarik napas dalam dan mengembuskannya keras. Wajahnya masih tampak kaku dan memerah karena murka.
"Aku harus menutupi lagi perbuatan anak itu. Singkirkan semua barang bukti tentang
Alena menatap gedung galeri milik Elmer dengan lega. Hari ini ia datang menepati janji yang terpaksa. Tapi, Adik bungsu Kaindra itu tidak ada di tempat. Ia mengembuskan napas pelan dan tersenyum bahagia karena hari ini bisa terlepas dari tatapan tajam dan menusuk pemuda itu juga kalimat pedas serta ancaman yang selalu keluar dari bibirnya."Kita ke Mall terdekat saja, Yo," ujar Lena dan mendapat anggukan dari pria yang mengemudi di depannya.Mobil meluncur dan meninggalkan galeri seni. Tidak berapa lama kemudian, mobil masuk ke area basemen sebuah Mall.Lena turun dan segera menuju elevator yang menuju ke atas. Uang yang diberikan Davin tempo hari sangat banyak membuat gadis itu bisa membelanjakannya sesuka hati. Namun, ia juga harus menghemat uang itu untuk keperluan selanjutnya, mengingat ia tidak mau mengemis pada keluarga Mahendra meski ia harus kelaparan sekalipun.Lena memasuki beberapa butik pakaian dan membeli beberapa baju. Berkali ia
Suara dering ponsel terdengar nyaring membuat Randy terlonjak. Pria itu mengumpat lalu merogoh saku celananya."Ya. Oke," jawabnya singkat lalu memandang Elmer yang masih termenung sambil mengisap sebatang rokok."Gadis itu datang lagi ke galeri, Tuan."Elmer mengembuskan asap rokoknya sambil menoleh pada Randy. "Dia menepati janji lagi," ujarnya dengan tertawa."Kamu tahu? Aku mulai menyukai gadis itu. Dia sangat berbeda dengan Vena. Meski kita belum tahu kenapa dia mau menjadi istri palsu untuk Kai. Tapi, menurutku sekali lagi pasti karena uang. Bagaimana penyelidikanmu tentang gadis itu? Apa kamu belum menemukan sesuatu?""Tino belum melapor pada saya. Sepertinya dia menemukan sesuatu dan ingin menyampaikan langsung pada Anda. Tapi, dia harus memastikan sesuatu dulu. Itu yang dia katakan di telepon, malam kemarin," jawab Randy."Oke. Aku akan menunggu kabar apa yang dibawa anak buahmu kali ini. Alena … raut ketakutan ga
Mentari keluar dari biliknya dengan senyum malu-malu saat Lena beringsut bangun. Tubuhnya terasa sakit karena semalaman ia tidur di lantai dengan alas karpet yang ia temukan di gudang. Di sinilah ia mendapat tempat untuk tidur tanpa di ketahui siapa pun.Gegas, ia menggulung karpet dan menyandarkan pada dinding. Kemudian ia keluar dari gudang dan mengendap masuk ke dalam rumah. Lena segera menuju dapur untuk membuat teh hangat. Ada beberapa pelayan di dapur dan segera mengangguk padanya. Gadis itu menyesap teh nya di meja dapur membuat Reta yang baru saja masuk ke dalam tersentak melihatnya.Wanita paruh baya, kepala pelayan itu mengamatinya dari atas ke bawah. Namun, Lena tak peduli. Ia tak acuh dengan pandangan heran semua pelayan di rumah itu. Yang ia tahu adalah menghindar dan tak mau betemu lagi dengan Kaindra. Ia sangat membenci laki-laki itu."Nyonya, ada telepon untuk Anda." Seorang pelayan muda menghampirinya.Lena mendongak heran men
Langit sepekat jelaga dengan kilat menyambar di angkasa, saat Lena berjalan mengendap menuju gudang belakang. Ia menggelar karpet dan menemukan selimut usang ditumpukkan kardus. Tepat ketika hujan deras mengguyur, gadis itu merebahkan tubuhnya yang letih dan tidak lama terlelap.Kaindra masuk ke dalam kamar mandi dan membuka nakas kecil disamping pintu untuk mencari sebuah sikat gigi baru. Saat membuka pintu nakas paling bawah, ia sangat terkejut karena beberapa makanan ringan dan mie instan berhamburan keluar. Pria itu mengerutkan kening dan mendesah kesal."Dia menyimpan makanan di lemari kamar mandi? Dasar gadis menjijikan!" geramnya lalu dengan asal memasukkan lagi makanan ringan itu.Saat keluar, ia baru menyadari jika sudah dua malam tidak melihat Lena tidur di sofa seperti biasanya setelah pertengkaran malam kemarin. Sebenarnya Kai merasa penasaran, di mana gadis itu tidur. Namun, karena kebenciannya ia memutuskan tak peduli dan tak acuh.
Elmer terus memandangi Alena yang asyik menggambar di hadapannya. Jemarinya menari dengan lincah di atas kertas putih polos dengan kepala agak menunduk. Ada yang berdesir halus dalam hatinya melihat gadis itu. Tidak berapa lama, Lena mendongak dan dengan wajah datar mengatakan bahwa gambarnya telah selesai.Gadis itu berdiri dan menghampiri Elmer seperti seorang murid yang menyerahkan sebuah tugas pada gurunya. Pemuda itu menerima dengan senyum tipis, membuat Lena sedikit tertegun. Entah kenapa gadis itu merasa, sikap Elmer berbeda hari ini."Bagus. Aku suka gambaranmu.""Sekarang boleh aku pergi?""Kenapa terburu-buru? Tidakkah kau ingin makan siang bersamaku?" tanya Elmer dengan lembut membuat Lena sekarang benar-benar tertegun."Atau mungkin kamu ingin makan di luar saja?" lanjut pria itu dengan senyum hangat.Kedua mata Lena membulat sempurna. "A-apa maksudmu? M-mm … oh, tidak. Maksudku … aku ingin pergi, eh &
Petang baru saja datang saat taxi yang membawa Lena berhenti tepat di depan pintu rumah, setelah melewati pos penjagaan. Gadis itu turun dan segera masuk melewati dapur dengan mengendap. Ia berusaha masuk ke dalam rumah tanpa diketahui seorang pun.Kaindra juga baru saja keluar dari mobil dengan melonggarkan dasi dan mendesah kasar karena lelah. Ia melangkah menuju pintu masuk, saat sudut matanya tak sengaja melihat sekelebatan seseorang sedang mengendap masuk melewati pintu samping. Pria itu tertegun sejenak, lalu mengikuti orang yang baru saja masuk itu.Dengan sangat hati-hati agar tidak ada satu pun pelayan yang melihat atau berpapasan dengannya, Lena dengan cepat segera menuju gudang. Ia menghela napas lega setelah berhasil masuk ke dalam gudang, tanpa dilihat oleh satu pun penghuni rumah.Sementara Kai yang mengikuti gadis itu, tertegun melihatnya masuk ke dalam gudang. Sesaat ia terpaku di tempatnya berdiri karena ragu. Ia penasaran apa yang
Sebuah mobil berwarna merah klasik berhenti di depan sebuah villa lantai dua dengan pekarangan yang luas dan di kelilingi sebuah pagar dinding yang tinggi. Keluar seorang pria dengan mengenakan sebuah Hoodie e hitam dengan penutup kepalanya.Dari balik sebuah pintu, seorang pria paruh baya dengan pakaian serba hitam segera menyongsong pria itu dengan setengah berlari. "Selamat datang, Tuan muda." Laki-laki itu tersenyum lebar menampakkan gigi-giginya yang menghitam."Apa dia baik-baik saja?" tanya pemuda itu dengan mata seperti menelisik ke dalam rumah."Tentu, Tuan. Saya menjaganya dengan baik," jawab laki-laki itu, lalu mempersilakannya masuk.Gegas, pemuda itu masuk dan segera menaiki tangga menuju ke atas. Pria paruh baya itu segera mengeluarkan kunci dari dalam saku celananya untuk membuka sebuah pintu.Pemuda itu melepas tudung kepalanya saat pintu terbuka dan masuk ke dalam. Ia menyeringai ketika melihat seorang wanita cantik sedang dudu
Mesin pendingin ruangan sepertinya di stel pada volume terkecil saat ini. Namun, Lena merasa menggigil seperti berada di dalam almari es. Gadis itu menggigil bukan karena kedinginan, tapi lebih tepatnya merasa ketakutan. Takut dengan tatapan tajam dan dingin dari sang Kakak ipar."Kenapa kamu hanya diam? Tak tahukah kamu, aku kerepotan memasukkan semua barang-barang ini?" ketusnya membuat Lena terperanjat.Gadis itu gugup dan salah tingkah. Namun, sedetik kemudian ia sudah berada disamping Kaindra untuk membantunya memasukkan beberapa helai pakaian ke dalam sebuah koper. Lena berusaha menyembunyikan raut wajah takutnya di hadapan Kai. Pikirannya terasa cemas dan khawatir. Bagaimana mereka akan melakukan perjalanan hingga ke Swiss? Apa yang akan dilakukan pria itu nanti di negara yang sangat asing baginya? Sedangkan di rumah mewah ini saja, Kaindra berkali-kali berani bersikap kasar padanya.Ia hanya seorang gadis bodoh dengan pendidikan yang tidak tinggi. Selama