Kaindra menyorot tajam pada Vena.
"Bahkan jika anak itu mati, aku tidak peduli!" pekiknya."Tapi sayangnya, aku ingin ia tetap hidup," jawab Vena tak acuh.
"Oh ya? Dan berharap dia jadi pewaris Mahendra? Jangan mimpi, kamu!"
Vena tertawa dan menatap Kai tak acuh. "Kamu suka atau tidak, kelak anak ini yang akan jadi pewarismu, Kaindra Elvano."
"Kamu memang wanita tak tahu diri!" Kai mengumpat habis-habisan dan meninggalkan Vena yang tak acuh dengan kalimat kotor yang keluar dari mulut pria itu.
"Kita langsung ke kantor, Tuan?" tanya Tony hati-hati karena melihat Kai yang masuk dalam mobil dengan wajah murka.
Pria tampan dengan rahang kokoh itu mendesah kasar. "Kita ke toko."
Tony meliriknya prihatin. Sudah satu minggu Kai mencari Alena ke toko, tapi gadis itu seperti menghilang. Dan ia tahu, semua itu ada hubungannya dengan sang adik. Ia melihat gurat kesedihan pada wajah tuannya.
.Vita men"Kamu beneran mau pindah?" Suara Vita terdengar getir dan hampir menangis.Lena memeluk gadis itu erat. "Kita masih bisa ketemu di toko, 'kan?""Tapi, aku sekarang ga punya teman. Lagian kamu pindah kemana sih? Jahat banget kamu ga mau kasih tahu." Kini, Vita benar-benar menangis membuat hati Lena sedih."Nanti jika saatnya sudah tiba, aku akan cerita semuanya sama kamu. Aku janji. Dan semua barang yang ada di kamar ini, boleh kamu ambil semua."Mata Vita mengerjap cepat. "Boleh untukku semua?"Lena mengangguk. Binar di mata Vita yang tadi meredup kini semakin bercahaya. Gadis itu sangat senang, seolah baru saja memenangkan lotre."Kalau gitu aku pergi dulu ya, Vit." Pamit Lena membuat wajah Vita kembali kelam."Tapi, beneran janji ya. Besok kamu kasih tahu aku di mana kamu pindah.""Siap, bos." Lena keluar dari kamar kost dan berpamitan dengan penghuni lainnya.Randy segera menyongsong dan membawakan
Kai tetap berjalan dengan tak acuh menyusuri trotoar di sepanjang pertokoan dengan Lena yang mengekor di belakangnya.Lelaki itu tiba-tiba masuk ke dalam sebuah kafe."Duduk," perintahnya saat Lena hanya diam mematung di sampingnya.Lena duduk di hadapan Kai dengan wajah di tekuk."Mau makan apa?""Udah kenyang," sahutnya ketus.Kai menatap Lena geli. Lalu ia memesan pada pelayan dua orange jus dan wafel coklat. Matanya terarah pada Lena yang masih saja berwajah masam."Aku hanya ingin makan siang denganmu. Dan juga ada yang ingin aku sampaikan," ujar Kai datar."Tentang apa?" Wajah Lena mulai melunak."Papi ingin bertemu denganmu."Deg!Hati Lena langsung mencelos. Ia gelisah dan ada rasa takut juga sungkan. Ia merasa, Tuan Dhanu tahu tentang pernikahannya dengan Elmer. Karena suaminya itu pernah bercerita jika Doni adalah orang kepercayaan Papinya yang selalu mengawasi ia."Kenapa kamu di
Nila menaik turunkan pinggulnya dan sesekali ia membuat gerakan menghentak, membuat Seno yang ia duduki, terkekeh dengan terengah.Pria paruh baya menjilati seluruh dada Nila.Tangan Nila yang mencengkeram rambut Seno, mulai ia kendurkan ketika keduanya mengalami pelepasan. Wanita itu turun dari sofa dan segera menuju ke kamar mandi. Seno menyandarkan tubuhnya pada dinding sofa dengan mata terpejam kelelahan. Wanita itu mendekatinya setelah keluar dari kamar mandi dan mengusap dada bos-nya."Semua surat yang diperlukan sudah siap, Tuan."Seno membuka matanya dan terkekeh. Jemarinya mengelus rahang wanita itu."Aku serahkan semua pekerjaan ini padamu. Satu-persatu aset Mahendra akan berpindah tangan pada kita.""Tentu, Tuan," sahut Nila dengan mengecup pipi pria itu.Terdengar suara ketukan pintu."Pa … ini Davin."Gegas, Nila segera mengenakan pakaiannya. Ia menuju pintu dan membukakan untuk Da
Ya! Ini pasti ulah Seno! Nila mengeratkan giginya. Baru saja ia hendak mengatakan pada Jalu bahwa semua ini pasti ulah Seno, saat tiba-tiba mobil tidak dapat dikendalikan."Jalu, kenapa?!" teriak Nila panik."Aku tidak tahu. Tapi sepertinya ada yang memotong kabel rem.""Apa?!" Wajah Nila panik dan ketakutan.Jalu terlihat berusaha keras menghentikan laju kendaraannya. Kini, tidak hanya panik dan cemas menggelayut dalam wajah mereka. Tapi, juga pucat pasi.Dua orang itu tampak ketakutan.Mobil melaju terus dengan kencang.Teriakan Nila dan Jalu terdengar nyaring membuat bulu kuduk meremang, bercampur suara dentuman keras sebuah benda menubruk.Kemudian suara teriakan itu berhenti.Senyap.Semua orang berhamburan mendekat ke arah mobil mereka. Suara sirene ambulans dan mobil polisi bergantian memekakkan telinga.Sebuah mobil sedan merah tua, melewati kerumunan dengan mobil yang terbalik itu
Di luar siang sangat terik dengan matahari tepat di atas kepala. Toko tidak begitu ramai. Beberapa pegawai banyak yang hanya menata sepatu dalam rak atau memasukkan ke dalam kardus. Sebagian lagi ada yang bercanda.Seorang wanita cantik dan sexy masuk ke dalam toko. Ia berjalan dengan anggun dengan heels yang membuat kaki jenjangnya yang mulus semakin indah."Alena." Seseorang berseru tertahan dengan tertegun.Beberapa temannya yang lain mendekatinya dan ikut terkejut melihat wanita yang berdiri dengan angkuh itu."Alena. Kenapa dia mirip sekali dengan Alena," timpal yang lain.Alena dan Vita yang baru keluar dari gudang sehabis istirahat siang, merasa penasaran kenapa teman-temannya bergerombol. Mereka mendekat, dan Lena tersentak saat tahu siapa yang datang."Ve … na.""Oh, jadi benar kamu kerja di sini. Pantes sih ya, berkumpul dengan para gembel," sinisnya dengan tatapan angkuh dan merendahkan.Lena ter
Randy menatapnya sendu dan prihatin. Wanita di hadapannya ini, yang sedang menangis terisak dan memohon, membuat hati pria itu mencelos.Sungguh beruntung tuannya memiliki ia. Sorot cinta dan ketulusan dari matanya, membuktikan jika Alena benar-benar mencintai Elmer.Ia mengembuskan napas kasar. "Baiklah, Nyonya. Kalau begitu, mari saya antar kembali ke toko."Dengan cepat, Lena menyeka air matanya. Randy mengulurkan tisu dan juga air mineral botol padanya.Gadis itu meneguknya dengan cepat, lalu menyiramkan sisa air pada wajahnya.Setelah Lena benar-benar tenang, mereka beriring-iringan menuju toko.Tepat saat mereka sampai di depan toko, Kaindra juga baru saja sampai. Ia terkejut melihat Randy dan seorang anak buahnya yang seakan berjalan mengawal Alena.Dan yang membuat ia lebih terkejut lagi, mata sembab dan wajah sendu gadis itu."Kenapa kamu?""Tuan, jangan ganggu dia." Randy maju dan berhadapan dengan Kai.
"Badar!" Teriakan Seno terdengar nyaring.Seorang lelaki tegap dengan bekas luka codet di pipi kirinya menghampirinya dengan tergopoh.Sekarang, Seno hanya tinggal memiliki Badar sebagai orang kepercayaannya pengganti Jalu. Sebenarnya Badar juga banyak mengetahui rahasianya selama ini. Tapi, Seno lebih suka pada Jalu karena pria itu sangat gesit dan selalu patuh padanya.Sementara Badar, meski ia juga patuh, tapi pria dengan codet itu sedikit lemot cara berpikirnya. Dan Seno sering tidak sabar menghadapinya."Ya, Tuan.""Apa Davin masih kambuh?"Badar mengangguk. "Bahkan semalaman ia memasukkan seorang wanita ke dalam kamar, Tuan. Juga …." Pria itu berhenti sejenak seperti berpikir."Dan juga apa?" sentak Seno."Kemarin siang Tuan muda hampir memperkosa Murti, pelayan kita yang paling muda."Seno mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa, Davin kambuh menjadi pribadinya yang lain sangat lama sepert
Seperti biasa, mobil yang dikendarai Randy dan sopir berhenti tidak jauh dari toko. Lena keluar dari mobil dan segera berjalan menuju tempat kerjanya. Saat ia sampai di depan toko, Vita baru saja turun dari angkot. Ia berteriak memanggilnya."Lena!" Vita melambaikan tangannya dengan wajah ceria."Kelihatannya lagi happy banget. Habis ditembak cowok ya," goda Lena."Lebih dari ditembak cowok," balas Vita semangat."Apaan tuh. Masa ga mau kasih tahu.""Gini aja deh. Kita tukaran rahasia mau ga? Kasih tahu aku dimana kamu tinggal sekarang.""Duh, jangan gitu dong Vit. Aku belum siap mengatakan dimana aku tinggal sebenarnya." Wajah Lena muram."Iya deh aku ngerti." Vita tersenyum jahil padanya sambil meletakkan tas pada laci loker, disusul oleh Lena di sebelahnya.Beberapa karyawan yang lain sudah mulai berdatangan."Aku di terima bekerja," bisiknya dengan semangat."Oh ya. Wah selamat ya. Emang kamu diter