Semilir angin menerpa wajah Bima. Ia menyeka air mata yang meleleh tak tertahan. Di sampingnya, Arman sang putra terdiam termangu menatap air tenang di hadapannya.
Sekarang ini mereka sedang duduk memancing di sebuah bendungan di kota mereka."Lalu apa yang Om Seno lakukan pada pelayan itu, Yah?" lirih Arman setelah mendengar semua cerita tentang masa lalu Ayahnya.
Bima sedikit terisak dan dengan cepat menghapus air matanya. "Seno membunuhnya," jawabnya dan Arman tersentak hingga mulutnya menganga.
"Sekejam itu kah?" lirihnya hampir tak terdengar.
"Ketika mengetahui gadis tak berdosa itu mati, ayah memutuskan untuk pergi dari rumah Opamu, tanpa membawa apa pun. Bahkan sehelai baju pun tidak. Ayah datang ke rumah Ibumu dalam keadaan papa, tidak punya apa pun. Bahkan ijazah sekolah sengaja ayah tinggal di rumah.
Karena kebaikan Kakek-nenekmu lah, akhirnya ayah bisa bangkit lagi. Orang yang diremehkan, di rendahkan oleh Papa,
Ruang tamu yang kecil dan sempit itu hanya terdengar suara celoteh dari si kecil Arman. Marini duduk termenung di hadapan Tuan Hamdan dan Sapto.Sikapnya terlihat gelisah dan tak nyaman. Berkali ia melirik ke arah pintu dan jalanan, kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Apa ini rumah kalian sendiri?" Pertanyaan Tuan Hamdan menyentaknya."Bu-bukan. Kami hanya menyewa.""Apa pekerjaan Bima sekarang?"Marini menelan ludahnya susah payah. "Berdagang. Sama seperti Bapak dan Ibu. Jika malam, sering narik ojek motor," jawab jujur wanita itu. Berkali ia mengusap lembut perutnya yang agak membuncit."Sudah berapa bulan usia kandunganmu?" Kembali pria itu bertanya dengan datar membuat Marini semakin gelisah dan tak nyamana."Empat bulan, Tuan.""Ibu … mau jajan itu," tunjuk Arman saat seorang pedagang mainan lewat depan rumah mereka.Dengan sigap, Marini mengambil dompet lusuh di atas nakas ya
"Kenapa kalian belum menemukan siapa di balik penabrak Lena?" Elmer menatap satu-persatu anak buahnya dengan tajam."Posisi Nyonya saat itu jauh dari cctv toko, Tuan," jelas Doni.Elmer megeratkan rahangnya. "Firasat ku mengatakan, ini ada hubungannya antara Vena atau Davin. Kenapa kalian tidak ikuti lagi mereka?""Sudah, Tuan. Tapi, tidak ada pergerakan sama sekali dari mereka. Bahkan Davin sekarang ini selalu menjadi Angga dan hanya sering mencari kesenangan bersama jalang.""Tidak. Aku yakin firasat ku benar tentang mereka yang ada dibalik kecelakaan itu. Sadap ponsel mereka atau apa pun itu," perintahnya dengan gusar.Empat orang anak buah Randy itu mengangguk, lalu mereka undur diri."Doni."Pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik lagi ke arah Elmer. "Ya, Tuan."Lelaki muda itu menyulut sebatang rokok."Apa yang sedang dilakukan pria tua itu sekarang?" tanya Elmer dingin.Doni meneguk ludahn
Delapan bulan kemudian.Avena yang baru saja melahirkan tidak membuat keluarga Mahendra bahagia. Terutama bagi Kai yang terlihat sangat enggan. Meski ia merasa gemas pada bayi tak berdosa itu, namun entah kenapa hatinya tidak bisa menerima kehadirannya.Reta berjalan dengan langkah lebar menuju kamar sang Nyonya. Ia mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat jawaban dari dalam.Nyonya Merry dan Electra terlihat sedang bermalas-malasan di atas ranjang."Kenapa, Reta?"Kepala pelayan itu mendekat dan berdiri di samping ranjang. "Kenapa wajah bayi itu tidak mirip dengan Tuan Kai, Nyonya?"Nyonya Merry dan Electra berpandangan."Kamu kemarin lihat bayi itu, bukan? Gimana wajahnya?" Nyonya Merry menatap putrinya."Wajah bayi 'kan berubah-ubah, Mi. Entah mirip siapa," balasnya."Haisshh kamu ini. Kalo mami jelas belum lihat karena dah males duluan. Ini mami tetap di kamar karena males ketemu dengan p
Nyonya Merry sangat bahagia hari ini. Tadi malam, putra kesayangannya--Elmer mengabarkan bahwa ia hari ini akan pulang."Kamu sudah suruh chef kita memasak semua makanan kesukaan Elmer 'kan?" Mata wanita paruh baya itu berbinar menatap Reta."Beres, Nyonya. Semua yang akan di hidangkan nanti malam, hampir semua kesukaan Tuan muda," ujar Reta bersemangat."Mi … gimana rencana kita untuk menjodohkan Elmer pada Karin?" bisik Electra."Nanti kalau Adikmu itu sudah di rumah, kita atur pertemuan dengan Karin. Oke?"Electra mengangguk dan tersenyum lebar."Apakah akan ada pesta nanti malam?"Nyonya Merry dan Electra terkejut ketika melihat Vena sudah berdiri dengan angkuh di belakang mereka."Itu bukan urusanmu!" ketus Electra."Oke. Apa pun yang akan kalian lakukan, aku juga tidak peduli," balas Vena melenggang pergi."Ular betina!" desis Electra terlihat sekali sangat benci pada Vena.
Elmer menggenggam erat dan hangat jemari Lena yang gemetar, ketika mobil memasuki kediaman keluarga Mahendra."Tenang dan bersikaplah biasa saja," bisik Elmer memberinya penguatan.Berkali, Lena menarik napas dan menghembuskan perlahan. Ia sangat gugup untuk memasuki rumah ini lagi. Rumah yang sudah hampir satu tahun ia tinggalkan.Elmer yang memakai setelan jas lengkap terlihat sangat tampan malam ini. Ia tetap menggenggam jemari Lena saat mereka masuk ke dalam rumah."Selamat malam semuanya," sapa Elmer pada keluarganya yang sedang makan malam.Semua mata menoleh dan mereka terhenyak. Bahkan Nyonya Merry nyaris pingsan melihat kehadiran putra yang sudah sangat di nantikannya, bergandengan tangan dengan mesra dengan gadis itu. Gadis kembaran Avena. Tidak jauh dari sang Mami, wajah Electra juga terbengong.Kaindra menatap mereka dengan gamang. Ia tahu jika saatnya akan tiba, Elmer akan membawa Lena pulang dan mengatakan pada se
Mentari pagi masuk melalui cerah tirai. Lena menggeliat dan menoleh pada tubuh polos suaminya. Ia tersenyum dan merasakan tubuhnya yang terasa remuk. Semalaman mereka menghabiskan waktu hingga empat kali pelepasan. Meski sekarang seluruh tubuhnya terasa lelah, tapi Lena bahagia membuat Elmer bisa benar-benar melupakan emosinya.Ia mengecup kening Elmer dan beringsut bangun, setelah menyelimuti tubuh polos suaminya. Setelah selesai membersihkan diri, ia turun ke bawah. Jantungnya terasa berdetak cepat ketika menuruni anak tangga. Bagaimana pun, ia kembali ke rumah ini lagi bukan sebagai Avena, melainkan sebagai menantu di rumah ini. Ia berdoa dalam hati agar tidak bertemu dengan Nyonya Merry, Electra atau Reta, meski kemungkinannya hanya 1%."Kamu mau kemana?" Sebuah hardikan benar-benar membuat jantungnya mau copot."Ma-mau ke dapur, Nyonya." Ia menjawab dengan gugup."Baguslah kalau kamu masih ingat derajatmu dengan memanggilku Nyonya," sin
Nyonya Merry terkejut saat ada yang memeluknya dari belakang."Mami sehat?"Wanita itu memutar tubuhnya perlahan dan memencet hidung putranya. "Anak nakal. Kamu sudah membuat mami khawatir selama satu tahun ini." Wajahnya di tekuk dan masam."Maafkan aku, Mi." Elmer mencium punggung tangannya.Wanita paruh baya itu menatap wajah putranya yang kini sangat berbeda. Wajah yang bersih dengan sorot bahagia di kedua matanya. Ia mengusap lembut pipinya."Kamu bahagia, Nak?" lirihnya dan mendapat anggukan dari putranya."Ceritakan tentang istrimu pada mami."Kening Elmer berkerut."Ceritakan keseharian kalian hingga kamu bisa melupakan mami."Elmer tertawa kecil. "Aku tidak pernah melupakan Mami. Aku hanya belum siap pulang membawa Alena masuk ke rumah ini lagi. Dan aku tidak bisa pulang tanpa dia. Hanya itu, Mi.""Baiklah. Apa dia mengurusmu dengan baik?""Sangat baik.""Apa kalian sering bertengkar?""Sama sekali tidak pernah. Meski terkadang Lena kesal sama aku, tapi itu hanya sebentar. S
"Lepaskan anak itu dan berikan pada dia," desis Elmer dengan menggeram. Matanya menatap nyalang pada Vena yang semakin di cekiknya hingga wanita itu hampir kehabisan napas."Iya, iya, aku berikan bayi ini. Tapi, aku mohon lepaskan dia." Lena segera menarik tangan Vena dan memberikan bayi itu kepadanya, lalu dengan cepat ia memeluk tubuh Elmer.Randy dan Doni yang akan bertindak menarik Elmer, mengurungkan niatnya karena Lena sudah bertindak lebih dulu."Sudah, lepaskan," bisik lembut Lena di telinga Elmer. Dengan kasar dan menyentak, ia melepas cengkeraman tangannya pada leher wanita itu, membuat Vena terbatuk."Bangsat kamu Elmer! Aku ga pernah takut sama kamu! Aku …." Randy dengan cepat menyambar tubuh Vena, memberikan bayinya pada Doni, lalu membungkam mulutnya dengan tangannya. Wajah Elmer masih sangat menakutkan dengan mata merah berkilat, seakan ia ingin menerkam Vena. Sedangkan Lena masih memeluknya erat dan dengan perlahan menuntun Elmer supaya pergi meninggalkan tempat it