Share

85. Kekejaman Seno

Ruang tamu yang kecil dan sempit itu hanya terdengar suara celoteh dari si kecil Arman. Marini duduk termenung di hadapan Tuan Hamdan dan Sapto.

Sikapnya terlihat gelisah dan tak nyaman. Berkali ia melirik ke arah pintu dan jalanan, kenapa suaminya tidak kunjung pulang.

"Apa ini rumah kalian sendiri?" Pertanyaan Tuan Hamdan menyentaknya.

"Bu-bukan. Kami hanya menyewa."

"Apa pekerjaan Bima sekarang?" 

Marini menelan ludahnya susah payah. "Berdagang. Sama seperti Bapak dan Ibu. Jika malam, sering narik ojek motor," jawab jujur wanita itu. Berkali ia mengusap lembut perutnya yang agak membuncit.

"Sudah  berapa bulan usia kandunganmu?" Kembali pria itu bertanya dengan datar membuat Marini semakin gelisah dan tak nyamana.

"Empat bulan, Tuan."

"Ibu … mau jajan itu," tunjuk Arman saat seorang pedagang mainan lewat depan rumah mereka. 

Dengan sigap, Marini mengambil dompet lusuh di atas nakas ya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status