Share

16

Bagian 16

          Pagi itu, aku akhirnya dibawa Alrik ke kantor pengacara miliknya di bilangan Setia Budi. Bangunan dua lantai yang kini dicat serba putih tersebut terlihat sudah ramai parkirannya dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Aku langsung dilanda canggung. Terlebih, mataku sembab karena habis menangis. Buru-buru kuhapus air mata yang membasahi pipi sebelum kami berdua turun dari dalam mobilnya.

          “Ven, kamu udah nggak apa-apa, kan?” tanya Alrik dengan nada lembut.

          Aku mengangguk pelan. Menarik napas dalam-dalam, kemudian menoleh ke arah Alrik malu-malu. “Iya, Rik,” sahutku pelan.

          Alrik tersenyum manis. Dia mengangguk pelan, lantas mematikan mesin mobilnya. “Kita turun dulu, ya. Kamu ke kantorku aja dulu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status