Share

4. Ban Bocor

Derrick akhirnya turun dari panggung dan berjalan menuju ke arah Vesa yang baru saja meletakkan gelasnya. Dia menghampiri Vesa dengan ekspresi yang rumit dan membuat semua orang yang berada di gedung itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari Derrick.

"Katakan, Vesa. Dari mana kau dapat arloji ini?" ulang Derrick sambil menggenggam arloji itu.

Ayah Derrick berserta istrinya mengikuti putranya dan berdiri di belakang Derrick.

Vesa hampir saja menjawab tapi kemudian Alea menyikut lengannya. Dia berkata, "Cepat jawab, kenapa kau diam saja?"

Vesa memutar bola matanya kesal. Gadis itu sungguh sangat kasar.

Aku sudah mau menjawab tapi kau malah memotongnya, batin Vesa sebal.

"Aku..."

Ucapan Vesa terpotong.

"Astaga, apa yang sudah diberikan oleh teman kita ini? Ya Tuhan, teman-teman. Vesa memberikan Derrick sebuah arloji tua. Itu barang bekas kan? Kau gila ya. Bagaimana bisa kau memberikan temanmu sebuah barang bekas?" Sebastian menggelengkan kepalanya tak percaya. Pemuda itu sengaja memotong ucapan Vesa yang menurutnya tidak penting.

Pria itu menatap Vesa dengan tatapan merendahkan dan semua orang pun mulai menyerukan seakan mereka setuju oleh ucapan Sebastian.

Derrick tidak menggubris sahabat baiknya itu dan malah berujar, "Vesa, apa kau tidak mau menjawab pertanyaanku?"

Vesa menghela napasnya dan melirik ke arah kanan dan kirinya menunggu apakah ada orang yang akan menyelanya saat berbicara. Setelah yakin tidak ada lagi yang ingin berbicara, dia pun menjawab, "Aku tidak sengaja melihatmu membuang arloji itu saat sangat marah dan aku mengambilnya. Aku ingin mengembalikannya langsung karena mungkin itu barang berharga untukmu tapi karena aku lihat arlojimu itu rusak jadi aku mencoba untuk memperbaikinya dulu sebelum menyerahkannya kepadamu. Maaf jika kau tidak berkenan."

Derrick terdiam dan Sebastian kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Gila. Jadi kau memberikan arloji milik Derrick yang sudah dia buang? Kau ini. Kau benar-benar sangat memalukan. Astaga, Vesa. Aku tak tahu jika kau ternyata benar-benar sangat menyedihkan," ujar Sebastian lagi.

Alea yang ikut tertawa itu pun berujar, "Kau benar, Sebastian. Vesa benar-benar tidak niat untuk memberikan Derrick kado. Yang benar saja, arloji rongsokan yang sudah dibuang malah dikembalikan lagi. Kau tak tahu malu ya?" cibir Alea.

Arloji rongsokan? batin Derrick. Hatinya memanas mendengar teman-temannya berkata seperti itu.

Derrick tanpa diduga oleh teman-temannya malah berkata, "Diamlah, kalian!"

Derrick kemudian malah mendekat ke arah Vesa dan langsung memeluk Vesa.

Semua orang di gedung itu merasa terkejut saat melihat Derrick yang bahkan terlihat begitu bahagia sambil memeluk pemuda itu.

"Vesa, terima kasih banyak. Terima kasih. Asal kau tahu saja, arloji ini adalah peninggalan kakekku yang paling berharga untukku. Saat itu aku sedang marah terhadapnya dan kemudian membuangnya. Aku menyesal karena telah membuangnya dan mencoba mencarinya lagi tapi tidak bisa kutemukan. Aku sudah frustrasi sekali mencarinya, tapi ternyata kau yang telah menemukannya."

Derrick melepaskan pelukannya dan kemudian dia menggenggam arloji itu dengan senyum cerah di wajahnya. Pemuda itu bahkan terlihat lebih bahagia daripada saat menerima kado dari teman-temannya yang lain.

"Sekali lagi terima kasih karena kau sudah menyimpannya dan memperbaikinya untukku. Ini adalah kado yang terbaik yang pernah aku terima di hari ulang tahunku hari ini," ucap Derrick tulus.

Kedua orang tua Derrick pun juga turut mengucapkan terima kasihnya pada Vesa. Arloji itu memanglah bukan arloji mewah tapi sangat berarti untuk Derrick karena itu adalah kado terakhir dari kakeknya sebelum kakeknya meninggal.

Alea dan Sebastian tak mampu berkata-kata setelah melihat semua itu.

Derrick kemudian malah bersikap lebih ramah sepanjang pesta itu pada Vesa dan hal ini tentu saja semakin membuat Alea sangat kesal sekali terhadap pemuda itu.

Dia yang masih belum bisa menerima hal itu kemudian memiliki rencana licik dan keluar dari gedung itu.

Dia mencari mobil butut milik Vesa dan kemudian berjalan menuju mobil itu.

"Oke, kalau begitu selamat menuntun mobilmu, Vesa Araya."

Alea membuat ban mobil Vesa kempes.

Gadis itu tersenyum riang dan masuk ke dalam gedung kembali. Dia berpura-pura bersikap seperti sedia kala.

***

Vesa menghela napasnya dengan kesal saat melihat ban mobilnya yang kempes.

Dia memikirkan cara untuk mengatasi masalahnya dan langsung saja menghubungi bengkel terdekat tapi sayangnya tidak ada yang mau membenarkan ban mobil tersebut karena sudah larut malam.

Sebagian besar teman-temannya sudah pulang dan hanya tinggal beberapa orang saja yang masih berada di gedung itu.

Vesa kemudian berniat untuk menelepon sang kakek tapi mengingat kakeknya yang sudah tua renta itu, dia tidak tega untuk merepotkannya di tengah malam seperti itu.

Alea yang melihat Vesa kebingungan tentu saja tersenyum manis dan kemudian berjalan mendekati pemuda itu.

"Ah, apa yang terjadi dengan mobil butut kesayanganmu ini? Wah, bocor ya bannya?" tanya Alea dengan nada santainya.

Vesa berusaha keras untuk membuat dirinya bersabar.

"Makannya tadi seharusnya kau tidak usah datang saja ke acara ini. Kenapa kau berusaha memaksakan dirimu sendiri untuk hadir di acara yang tidak sesuai dengan kelasmu?" ucap Alea yang lagi-lagi membawa status sosial mereka.

Vesa sungguh tidak mengerti kenapa teman kelasnya yang cantik itu yang juga dia sukai begitu tidak menyukai dirinya. Padahal kalau dipikir-pikir pemuda itu tak pernah berbuat salah terhadapnya.

"Apakah kau begitu menganggur sehingga kau menyempatkan diri untuk berbicara denganku bahkan di tengah larut malam begini?" ucap Vesa tenang.

Alea melotot.

"Kau. Kau pikir kau siapa? Menuduhku menganggur? Benar-benar tidak tahu diri."

Vesa tak ingin menanggapinya lagi jadi dia pun melongokkan kepalanya dan mencari-cari petugas gedung itu. Dia akan membiarkan mobilnya tersebut di gedung itu dan akan mengambilnya besok pagi.

"Vesa. Kenapa kau begitu menyebalkan sekali?" ucap Alea lagi.

Vesa lelah tapi pemuda berwajah tampan itu menoleh, "Alea, bukankah kau itu sangat membenciku? Jadi apakah tidak lebih baik jika kau tidak pernah mengajakku bicara lagi? Kenapa kau malah selalu menggangguku?"

Alea terkejut hingga dia tidak tahu bagaimana caranya dia menjawabnya.

"Apa jangan-jangan ini hanya alasanmu saja padahal sebenarnya kau itu menyukaiku tapi pura-pura membenciku? Apakah begitu?" desak Vesa yang menatap gadis itu dengan tatapan tajamnya hingga membuat Alea terperangah.

Alea masih tetap terdiam dan tidak mampu mengeluarkan kata-katanya. Tenggorokannya seperti tercekat hingga dia tak bisa mengeluarkan suaranya.

"Ada apa ribut-ribut di sini?" tanya Derrick White baru saja keluar dari gedung dan berjalan menuju ke arah mereka.

Derrick terkejut saat melihat Vesa dan Alea saling mendelik seolah mereka sedang bertengkar hebat.

"Apa yang terjadi? Apakah kalian sedang bertengkar lagi? Alea, apakah kau mengganggunya lagi?" tuduh Derrick yang langsung saja membuat Alea menoleh kepada sahabatnya itu.

Derrick White sedang menatapnya tajam.

"Oh tidak, Derrick. Apakah kau sekarang mau membelanya? Apakah sekarang kau menganggapnya sebagai teman?" tanya Alea dengan tatapan tak percaya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Asni Puri
Fuih... manusia tak berakhlak.
goodnovel comment avatar
Yakunyafakun
oke masih disimak dulu. zemoga saja cerita berbelit dan menegangkan...
goodnovel comment avatar
Herman
wow,,,,sombong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status