Share

6. Sisi Lain

"Hentikan, Sebastian!" teriak Derrick yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Sebastian.

"Kenapa aku harus berhenti?" ucap Sebastian. Dia tidak melonggarkan cengkeraman tangannya pada leher Vesa.

"Lepaskan dia atau aku ..."

Suara Derrick dipenuhi dengan tekanan yang terdengar seperti sebuah ancaman. Sayangnya, Sebastian tidak mendengarkan dan malah semakin mencekik leher Vesa.

Vesa berusaha melepaskan dirinya tapi tentu saja gagal, Sebastian mencengkeramnya begitu kuat hingga pria muda itu kesulitan untuk bernapas.

Alea yang menyaksikan itu tiba-tiba saja merinding. Dia memang membenci Vesa tapi dia tak ingin Vesa mati.

"Sebastian Wright, lepaskan dia!" teriak Derrick.

Sebastian masih mengacuhkannya. Derrick melihat wajah Vesa yang memerah, Derrick lalu menarik jaket Hoodie yang dikenakan Sebastian berbarengan dengan Alea yang ternyata mendorong Sebastian.

Sebastian terjatuh dengan agak keras akibat dorongan itu. Alea terkejut dengan tindakannya sendiri. Sedangkan Sebastian menatapnya tak percaya.

Derrick membantu Vesa yang sangat lemas akibat hampir kehabisan napas itu.

Sebastian berdiri dan menatap aneh ke arah Alea, "Apa yang sudah kau lakukan? Kau membelanya?"

Alea merasa linglung, "Aku .."

"Kenapa? Jangan bilang kalau kau ternyata menyukainya. Benar begitu, Alea? Jangan-jangan selama ini kau hanya berpura-pura saja tidak menyukainya. Alea, jawab!" ucap Sebastian setengah berteriak.

Alea tetap membisu. Derrick yang sudah melihat Vesa baik-baik saja itu berkata, "Memang kenapa kalau Alea menyukai Vesa? Apa yang salah? Lagi pula apa urusannya denganmu, Sebastian?"

Sebastian memandang sahabatnya itu dengan tatapan kesal. "Kau juga, Derrick. Kenapa kau malah membelanya? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau dan Alea berubah?"

Derrick hanya menatapnya lelah. Dia tak ingin berdebat. Dia lalu berjalan menuju bangkunya sendiri dan berniat duduk tapi Sebastian kemudian malah menjegalnya.

"Sialan. Apa maksudmu, hah?" bentak Derrick yang baru saja terjerembab.

Sebastian malah tersenyum mengejek.

"Aku sudah bosan harus bersikap lunak padamu, brengsek. Kau? Benar-benar orang yang menyedihkan, Derrick. Kalau kau bukan anak dari keluarga White, mana sudi aku menjadi temanmu. Dasar pecundang. Aku sudah muak melihat wajah sombongmu itu," ucap Sebastian dan dia menendang tas Derrick.

Derrick tentu saja terkejut melihatnya. Dia tak pernah mengira sekalipun jika ternyata orang yang telah berteman dengannya sejak mereka masih anak-anak itu tak pernah benar-benar tulus berteman dengannya.

Vesa melihat wajah kecewa Derrick. Dia lalu berjalan mengambil tas Derrick yang ditendang oleh Sebastian itu.

Sebastian berteriak, "Mau apa kau, sialan?"

Vesa tak menanggapi dan dia hanya memberikan tas milik Derrick itu pada sang empunya tas.

Sebastian geram melihat kedua orang yang terlihat saling membela itu. Dengan kesal dia kemudian meninju perut Vesa tapi dengan gesit Vesa berhasil menghindar dan kemudian mendorong Sebastian hingga pria itu membentur meja.

Alea membekap mulutnya sendiri menggunakan kedua tangannya. Selama ini Vesa tak pernah membalas siapapun yang menghinanya. Dia hanya diam dan mengabaikan mereka. Namun, kali ini dia melawan dan terlihat tak takut sama sekali.

Vesa lalu menarik leher Sebastian dan ganti mengunci tangan pemuda itu hingga Sebastian tak bisa bergerak.

"Lepaskan aku. Berani sekali kau. Apa kau sudah siap kehilangan nyawamu, hah?" ucap Sebastian marah.

Vesa malah semakin memelintir tangan Sebastian yang kemudian berteriak kesakitan itu.

"Brengsek. Tamatlah riwayatmu nanti, Vesa."

"Apa tidak kebalik? Kaulah yang bisa tamat sekarang. Apa kau tidak sadar jika saat ini kau tidak bisa lepas dariku? Kalau aku mau, dengan mudah aku bisa mematahkan tanganmu ini," ucap Vesa dengan tenangnya.

Vesa kembali memelintir tangan kanan Sebastian.

"Hentikan, sialan." Keringat dingin Sebastian sudah mengalir dengan deras. Tangannya sudah sangat sakit. Dia hampir tak kuat menahan rasa sakitnya. Wajahnya pun sudah memucat.

"Kenapa aku harus menghentikannya? Atau mau ku patahkan saja kakimu? Bagaimana? Tadi kau menendang tas Derrick kan? Baiklah, sekarang giliran kakimu."

Sebastian melotot kaget. Dia lalu berteriak, "Oke. Oke. Aku. Aku tak akan melakukannya lagi."

"Melakukan apa? Bicara yang jelas, Sebastian Wright!" ucap Vesa dingin.

"Aku tak akan mengganggumu lagi." Sebastian mengucapkan itu dengan sangat terpaksa. Dia tak mau kehilangan kaki dan tangannya sekarang. Tak masalah kali ini dia mengaku kalah saat ini.

Vesa tentu tak percaya pada perkataan Sebastian yang sejak lama sekali membully dirinya tapi untuk sekarang, dia tak ingin memperpanjang masalah itu jadi dia melepaskan teman sekelasnya itu.

Sebastian cukup malu atas perlakuan Vesa itu dan diam-diam dia berjanji jika dia akan membalas perbuatan Vesa itu nanti.

Derrick White yang sedari tadi tak melepaskan pandangannya dari kejadian di depan matanya itu hanya bisa ternganga. Dia terlalu terkejut melihat sisi lain Vesa. Vesa yang dulu seolah-olah menjadi seorang pencundang, saat ini terlihat sangat berbeda.

"Vesa, apa kau baik-baik saja?" tanya Derrick dengan tatapan bingungnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Herman
lanjut terus bro,,,,,,,
goodnovel comment avatar
Oliva Koneng
seruh ceritanya
goodnovel comment avatar
Ginanjar Kurniadi
lanjut thor...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status