Share

Detektif Janeta : Memburu Pembunuh Madu Tua
Detektif Janeta : Memburu Pembunuh Madu Tua
Penulis: Neliwati Nelisaja

Bab 1. Janeta Dan Pembunuhan Pemilik Butik.

Janeta, seorang detektif yang usianya tidak terlalu muda. Wanita yang berumur 28 tahun tersebut masih betah hidup melajang karena hidupnya frustasi semenjak kedua orang tuanya menjadi korban pembunuhan oleh orang tak dikenal (OTK) sekitar 10 tahun yang lalu. Pelaku pembunuhan tidak berhasil ditemukan polisi karena minimnya bukti yang didapatkan pada tubuh korban serta tidak adanya saksi yang melihat kejadian itu.

Sampai saat ini, Janeta masih ingin memburu pembunuh kedua orang tuanya itu dan menyeretnya ke penjara. Untuk itu Janeta mengabdikan hidupnya menjadi seorang detektif swasta yang di bentuknya bersama pamannya Rusmidi seorang polisi yang sudah memasuki masa pensiun. Sepak terjang mereka sukses membantu tugas polisi dalam menyibak banyak kasus pembunuhan yang rumit. Dengan menemukan pelaku kejahatan, Janeta merasa puas bisa memberikan keadilan pada korban dan keluarganya.

*

Malam mulai larut, jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.15 wib. Janeta memacu sepeda motornya menuju sebuah rumah makan yang masih buka dan menerima pelanggan. Ia memang terbiasa berkeliaran dikala malam telah tiba.

Baru saja akan memarkirkan sepeda motornya, tiba-tiba terlihat beberapa orang berlarian menuju suatu arah dan berteriak ‘pembunuhan’.

Naluri detektif Janeta segera bekerja. Ia ikut berlari mengikuti beberapa orang di depannya lalu berhenti di sebuah halaman parkir sebuah butik yang bertuliskan ‘Butik Lusyana’.

Sesosok tubuh wanita tergolek di samping sebuah mobil Fortuner tahun terbaru berwarna putih. Tubuh wanita itu bermandikan darah dan belum diketahui bagian mana dari tubuh wanita malang itu yang terluka. Bau anyir darah menyeruak menyesak rongga pernafasan dan mereka yang berkumpul hanya mampu melihat saja tanpa berani mendekat apalagi menyentuh tubuh wanita itu. Mereka, termasuk Janeta hanya membidikkan kamera untuk mengambil beberapa gambar untuk kepentingan yang ada di dalam otak masing-masing. Umumnya hanya untuk di share di media sosial. Namun bagi Janeta yang berprofesi sebagai seorang detektif,  tentu lebih khusus kegunaannya.

Entah siapa yang menghubungi polisi, tidak begitu lama lima orang polisi telah sampai di tempat kejadian perkara.  Janeta dan beberapa orang yang berkumpul di usir agar tidak mengganggu jalannya penyelidikan. Tubuh korban kemudian terlihat di bawa menuju rumah sakit dengan menggunakan mobil polisi.

Keesokan harinya  Janeta baru mengetahui dari berita televisi, bahwa wanita yang tergeletak bersimbah darah semalam sudah meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit. Korban di sebutkan bernama Lusy, berumur 40 tahun dan ia adalah pemilik butik Lusyana yang cukup besar dan ternama. 

Diam-diam Janeta ikut memantau kasus itu dengan mendatangi rumah sakit untuk mengenali orang-orang terdekat korban. Ia mempersiapkan dirinya apabila nanti diperintahkan untuk ikut menangani kasus tersebut.

Seorang lelaki hitam manis berusia sekitar empat puluh tahunan nampak begitu berduka. Ia tidak hentinya menangis sambil menggendong anak lelaki yang berumur sekitar 2 tahun. Kabarnya anak lelaki itu bernama Arkhas dan merupakan pemberian madu muda korban karena korban tidak bisa memiliki keturunan. Dan lelaki hitam manis tersebut adalah Tuan Fidel suami korban.

Disamping Tuan Fidel, ada seorang wanita cantik yang masih muda. Umurnya masih sekitar 25 tahun. Ia bernama Shania dan dirinya adalah istri muda Tuan Fidel. Shania juga terlihat sangat bersedih dan tak hentinya meratapi kematian korban sambil membimbing putrinya bernama Ricana yang masih berumur 5 tahun.

Sudah hampir sebulan kasus itu berlalu namun belum ada tanda-tanda keberhasilan polisi mengungkap siapa pembunuh wanita malang itu.

Dreet...

Ponsel Janeta bergetar lalu terdengar suara Janeta menyahut dengan lirih.

“Siap Om!”

“Siap Om!”

Setelah menutup pembicaraan dengan seseorang lewat sambungan telepon,  Janeta kembali asyik dengan laptopnya. Ia mencatat beberapa nama di sebuah buku catatan kecil yang kemudian ia simpan di dalam laci mejanya.

“Oh, Shania adalah penggila tanaman hias.” gumam Janeta lalu mengintip laman f******k wanita yang tengah ia curigai itu.

Shania ternyata cukup aktif di media sosial. Itu terbukti dengan banyaknya status yang hampir tiap hari ia publikasikan. 

Statusnya kebanyakan tentang tanaman hias dan beberapa tentang keluarganya. Disana di pajang banyak sekali foto-foto kebersamaannya dengan suami dan anak-anaknya serta Lusy yang merupakan madu tuanya. Mereka terlihat sangat harmonis, tersenyum dan tertawa ke arah kamera dan di beberapa foto terlihat Shania dan Lusy saling berangkulan.

“Aku akan membeli bunga yang ini, berapa pun harganya!” ujar Janeta kepada seorang kenalannya yang berprofesi sebagai petani tanaman hias. 

“Eit, tidak bisa Janet! Tanaman jenis itu hanya satu-satunya milikku dan itu juga sudah dipesan pelangganku.” jawab perempuan yang nampaknya sebaya dengan Janeta. Wanita itu bernama Anggi dan sudah dua tahun menjanda karena suaminya di gondol janda kaya.

Walaupun sudah mengenal Janeta hampir setahun lamanya, Anggi tidak menyadari kalau Janeta adalah seorang agen rahasia. Yang ia tahu hanyalah, Janeta yang tengah patah hati karena di tinggal pacarnya yang sudah menikah lalu hidup menyendiri di sebuah rumah kontrakan yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Janeta memang sering bertandang ke rumah Anggi karena ia tidak setiap waktu memiliki tugas. 

“Di tawar berapa?” tanya Janeta tanpa berniat mengembalikan pot yang ia pegang. Di dalam pot yang tidak begitu besar itu tumbuh sebatang tanaman berdaun kecil dan berwarna unik antara hijau dan ungu. Daunnya tebal dan sedikit berbulu. Konon kabarnya tanaman itu tidak mudah berkembang biak seperti tanaman lain pada umumnya. Untuk menumbuhkan satu tunas baru saja, di butuhkan waktu sekitar satu tahun bahkan lebih. Kalau pandai merawat tunas baru itu maka akan mendapat anak tanaman tersebut dengan warna yang berbeda dengan induknya. Tapi kebanyakan gagal, hingga tanaman hias yang satu ini memang di buru dan sangat di minati karena kelangkaannya.

“Sepuluh juta!” seru Anggi dengan mata berbinar.

Bagaimana tidak, angka itu cukup besar untuk melebel tanaman yang tingginya masih sejengkal dari tanah.

“Hm, sepuluh juta.” gumam Janeta sambil mematut tumbuhan kecil itu.

“Yaa..!” seru Anggi sambil melipat tangan di dada dan sedikit menaikkan bahunya. Ia yakin kalau Janeta pasti bergidik mendengar jumlah uang yang ia sebutkan tadi.

“Aku bayar dua puluh juta.” ujar Janeta lalu merogoh uang dari tas yang ia selempangkan di dadanya.

“Serius kamu Jan?” tanya Anggi sambil membesarkan biji matanya. Syukur saja tidak ada ayam di situ, kalau ada, pasti biji mata Anggi sudah di patoknya.

“Seriuslah! Tapi aku pinjam mobilmu berikut beberapa pot tanaman ya.” pinta Janeta menatap Anggi yang terlihat kebingungan.

Janeta segera menyodorkan segepok uang.

“Dua puluh juta, kontan!” ujar Janeta.

*

Dengan menggunakan mobil pik up milik Anggi, Janeta menawarkan tanaman hias di perumahan elit tempat tinggal Tuan Fidel bersama istri mudanya yang sering di panggil dengan sapaan Nyonya Muda Shania. Target Janeta tentu saja Shania yang ia selidiki adalah tipe wanita penggila tanaman hias. Di teras dan di taman rumahnya tertata banyak sekali tanaman hias yang terlihat indah dan menyejukkan mata.

“Nyonya, saya menawarkan tanaman hias langka yang paling dicari dan diminati di seluruh dunia.” ucap Janeta begitu ia mendapat kesempatan berbicara dengan Shania.

“Tanaman hias langka? Mana? Coba saya lihat!” ujar Shania nampak tertarik.

*******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status