Share

Perguruan Tapak Naga

Candaka terbangun pagi-pagi dengan kagetnya karena pendekar pedang kemarin entah bagaimana sudah berada di dalam kamarnya. “Ayo, cepetan bangun, aku mau menunjukkan sesuatu yang menarik ke kamu”, sahut Isyana dengan nada cuek dan tidak peduli dengan keadaan Candaka yang masih terkantu-kantuk.

“Ada apa sih bangunin orang pagi-pagi, lagian tidak sopan banget kamu masuk begitu saja ke kamar aku”, seru Candaka dengan perasaan kesal

Ia tidak mengerti dengan perempuan ini. Paras wajahnya cantik tapi kelakuannya serampangan dan tidak peduli sama sekali dengan perasaan orang lain.

“Tuh, lihat ke bawah. Ramai banget kan ya’, tunjuk Isyana dari atas balkon penginapan ke arah jalanan di bawahnya yang dipenuhi aksi pawai silat

“Itu orang-orang dari Perguruan Tapak Naga. Kamu harusnya belajar ilmu bela diri sedikit di Perguruan itu biar tidak gemetaran kayak kemarin, hahaha”, tawa Isyana tanpa merasa Candaka tersinggung dengan ucapannya.

“Siapa yang gemetaran. Aku juga bisa ilmu bela diri sedikit. Ibu aku sering mengajari aku agar tidak disemena-menain orang lain”, tantang Candaka

“Yuk turun, ntar aku kenalin kamu sama guru silat di sana. Mau belajar atau tidak itu semua terserah kamu”, ajak Isyana

“Bukannya kamu janji mau ajak aku ke tempat kakek Wicaksono hari ini?”, tanya Candaka heran.

“Kenapa juga aku harus mengikuti gadis cantik ini, padahal urusanku lebih penting”, pikirnya. Walaupun pikirannya berontak untuk tidak mengikuti Isyana tapi kakinya melangkah mengikuti perempuan itu ke sudut desa alih-alih ada papan nama merah bertuliskan PERGURUAN TAPAK NAGA.

“Nanti dari sini aku pasti ajak kamu ke sana, jangan khawatir. Aku selalu nepatin janji kok”, jawab Isyana dengan tenangnya.

Perguruan ini luas sekali. Candaka melihat beberapa orang berpakaian merah sedang mempraktekan jurus ilmu bela diri. Isyana masuk dengan santainya, dan penjaga pun tidak menghalanginya sama sekali.

“Kak, kenalin ini teman aku Candaka”, kata Isyana ke seorang pemuda yang tinggi tegap yang sedang melatih di perguruan itu.

Candaka bersopan santun menyodorkan tangannya bersalaman dengan pemuda tadi.

“Brahma Mukti sebut saja Bram”, ekspresi pemuda tadi biasa saja tanpa senyum dan dingin padahal Candaka sudah bersusah payah memasang muka senyum

“Sontoloyo”, sahutnya dalam hati. “Kalau tahu gini mendingan aku pasang muka dingin saja tadi”

“Ini loh kak, Candaka mau belajar ilmu bela diri di sini bisa tidak kak”, tanya Isyana langsung ke intinya

Candaka kaget dengan inisiatif Isnaya memasukkannya belajar di perguruan tersebut.

“Tidak, aku tidak lama di desa ini. Setelah bertemu paman aku mau kembali ke ibukota. Jadi maaf bukan menolak tapi aku tidak punya waktu lama”, jawab Candaka dengan gengsinya

“Kalau gitu tolong ajarin beberapa jurus kak biar tidak babak belur kalau dikeroyok bandit-bandit itu lagi”, lanjut Isyana tidak mau kalah

“Lah, memangnya bandit-bandit itu beraksi lagi Is”, tanya Bram

“Iya kak, kemarin mereka mengeroyok pria yang gemetaran ini makanya aku bawa ke sini biar bisa belajar sama kakak”

“ Ya sudah kalau memang Candaka mau, besok pagi-pagi ke sini biar aku kasih beberapa tips jurus silat buat bela diri”, lanjut Bram

“Oh iya tadi kamu dicariin ibu. Pergi pagi-pagi tidak bilang-bilang malahan bawa cowok ke sini”

Candaka terdiam lagi dengan muka kaget lagi mengetahui kalau ternyata pemilik perguruan ini adalah keluarga Isyana. Pantes dia bisa seenaknya masuk ga ditegur sama sekali.

“Mau tidak, tuh kakak aku sudah mau ajarin kamu. Mau ya cuman satu hari saja kok”, rayu Isyana agar Candaka mau menuruti kemauannya

“Iya kak nanti aku minta maaf sama ibu”, jawab Isyana pelan

Merasa tidak enak dengan kebaikan Isyana dan juga dia tidak mau menyinggung perasaaannya karena dia masih memerlukan pertolongan Isyana maka Candaka mengangguk pelan menyetujui kemauannya

“Horeeeee...!!! Gitu donk baru Candaka namanya”, teriak Isyana kegirangan

“Memangnya kalau aku menolak bukan Candaka namanya”, pikir Candaka. “Ada-ada saja tingkah perempuan ini, tapi lugu polos dan baik hati. Lah kok aku jadi suka sama dia. Tidak boleh kan aku mau balik ke ibukota setelah urusan di sini selesai”. Perasaan Candaka mulai campur aduk tidak karuan.

“Udah yuk jangan ganggu kakak aku mau melatih murid-muridnya”, ajak Isyana sambil menarik tangan Candaka yang hampir jatuh saking kagetnya

“Yang ganggu kakak kamu bukannya kamu”, kata Candaka dalam hati lagi.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Alexis Walker
mantaplah ceritanya
goodnovel comment avatar
Zhu Phi
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Zhu Phi
Pengaruh jaman kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status