Ayo, subscribe dulu dan jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya, ya!
Selamat membaca, sayang!****[Mas jangan lupa, segera tranfer uang lima juta ke nomor rekening Adek, ya!]Dinda membaca pesan itu berkali-kali. Sejak kapan Helmi punya Adik? Yang ia tahu Helmi itu anak bungsu, dari dua bersaudara.Ketika Helmi sedang mandi, Dinda berhasil menyadap aplikasi w******p suaminya. Berkat bantuan sahabatnya, Vio. Ia yang menyarankan Dinda untuk melakukan itu, ketika suami dirasa mencurigakan gerak-geriknya."Vio, aku wajib curiga gak, sih? Kalau suamiku tiba-tiba aneh?" tanya Dinda, beberapa waktu lalu."Aneh gimana, sih, Din?" Vio malah balik bertanya."Suka senyum-senyum sendiri sambil mainin ponsel, atau saat menjawab panggilan telepon dia akan berusaha menjauh dariku, bergaya ala anak muda, pokoknya mencurigakan gitu, lah," jawab Dinda. Sebenarnya ia malas mendeskripsikan semuanya."Hati-hati loh, jangan-jangan suamimu puber kedua!" celoteh Vio sambil tertawa puas."Jangan nakut-nakutin, dong, Vi!" "Usia berapa suamimu sekarang, Dinda?" tanya Vio lagi."Empat puluh lima.""Tuh!" sahut Vio, telunjuknya tepat di depan wajah Dinda."Tuh, apaan?" Vio sukses membuat Dinda penasaran dengan ucapannya yang tak jelas dan terkesan menggantung."Biasanya laki-laki itu akan mengalami masa puber kedua diusia segituan, tapi tenang aku tahu cara membajak aplikasi whatsappnya. Nanti kuajarkan, ya!" ucap Vio.Lagi-lagi membuat Dinda meriang di siang hari begini. Ia segera mengambil minumannya untuk sekadar mendinginkan tenggorokkan yang berasa panas akibat mendengar ucapan sahabatnya itu.'Apa ia, suamiku sedang jatuh cinta lagi?' batin Dinda.****Namanya Adinda Putri syakira dan suaminya, bernama Helmi Aditya. Mereka terbilang pasangan yang jarang sekali bertengkar, meskipun Helmi orangnya dingin dan jauh dari kata romantis. Namun tak masalah, selama dia tak selingkuh dan berpaling ke hati yang lain.Usia Dinda lebih muda delapan tahun dari Helmi. namun, ia masih terlihat fresh karena rutin melakukan senam zumba bersama teman-teman sosialitanya. Lumayan, olahraga itu mampu menguras lemak yang bersarang indah di perutnya.Dinda telah memiliki dua anak lelaki, yaitu Adam dan Alif. Adam berusia dua belas tahun, dan sedang menempuh pendidikannya di sebuah pesantren ternama di kota ini. Sedangkan si Alif baru genap lima tahun, bulan ini.Tak ada angin tak ada hujan, Helmi sedikit demi sedikit memperlihatkan perubahannya. Ia akan marah jika Mbak Sri menyetrika bajunya kurang rapi atau Mbak Sri lupa menyemir sepatunya. Ia akan mendatangi toko-toko milik kami setiap hari dengan gaya nyentriknya, serta parfum yang baunya sembriwing. Terkadang, membuat istrinya langsung pusing tujuh keliling saat mencium baunya, meski dari jarak dua meter sekalipun.Pernah, waktu itu dia berdandan ala anak muda. Memakai kaus berbahan rajut dan bertangan panjang warna hitam, jeans yang super ketat dan dipadukan dengan sepatu sport. Ya Allah, Dinda terkekeh melihat perutnya yang terpampang nyata buncitnya. Namun, setelahnya ia ketakutan sendiri kenapa suaminya jadi bertingkah demikian?Dengan ragu Dinda mengikutinya. supaya Helmi tak curiga Ia sengaja memakai taksi online. Tak lupa ia mengenakan masker dan kacamata hitam serta jilbab yang lebar agar Helmi tak mengenalinya.Tidak ada yang mencurigakan, ia benar-benar datang ke toko, melakukan rutinitas seperti biasanya. Memeriksa laporan penjualan dan menyapa beberapa karyawan perempuan yang berusia muda. Tentunya, mereka cantik dan menarik."Mas, anak-anak SPG disuruh berhijab saja," saran Dinda waktu itu."Buat apa? Biarlah mereka begitu agar menarik minat pembeli. Menurut Mas cara berpakaian mereka masih sopan-sopan, Kok.""Lalu kenapa Mas meminta aku berpakaian yang longgar-longgar?" tanya Dinda memancingnya."Kamu istri Mas , jelas cuma Mas yang bisa menikmati indahnya lekuk tubuhmu," kilah Helmi beralasan.Dinda hanya bisa menghela napas dengan kasar, mendengar jawaban yang menyiratkan keegoisan. namun, Dinda tak bisa memaksakan kemauannya untuk di turuti oleh Helmi. Karena bagaimana pun yang berkuasa di bagian pemasaran adalah Helmi. Sedangkan Dinda hanya berperan dibalik layar. Dinda bertanggung jawab di bagian produksi. Ia sekaligus merangkap sebagai perancang busana yang sedang di gandrungi anak muda jaman now dan memilih bahan-bahan yang nyaman saat dipakai. Namun, untuk bagian penggajian Dinda serahkan pada orang keparcayaannya, jadi setiap pemasukan dan pengeluaran tentu melalui pengecekan Dinda terlebih dahulu.Untuk sampai dititik ini tidak semudah membalikan telapak tangan pemirsa, waktu itu Dinda dan Helmi merangkak dulu dari bawah. Dulu, pertama kali toko ini berdiri, Dinda pernah menjadi kasir. Padahal, waktu itu ia sudah menyelesaikan pendidikannya menjadi sarjana akuntan, tetapi entah kenapa ia tak berminat mencari pekerjaan yang menjanjikan gaji besar, malah senang berjibaku dengan pekerjaan dan sekaligus hobinya sejak dulu.Orang tuanya memberikan modal yang cukup besar untuk bisnis yang sedang ia geluti, mereka menggantungkan harapan besar pada Dinda. Setelah kakaknya gagal berbisnis dibidang ini."Dinda, di Bandung toko kita sudah ada enam dan sudah berjalan dengan baik. Mas rencananya ingin membuka cabang di Jakarta, di Pasar Abang 'kan pusat grosir, Mas rasa keuntungannya akan jauh lebih besar. Apalagi barang kita barang produksi, pasti laku keras, tuh!" ujar Helmi setahun yang lalu.Dinda menyetujuinya, Ia menggelontorkan dana yang lebih besar untuk membuka cabang di sana, tiga toko sekaligus. Beberapa kali ia menemukan ada pengeluaran yang tak singkron, tetapi Helmi bilang biaya renovasi di sana lebih mahal jika dibandingkan di kota Bandung. Untuk karyawan awal, mereka sengaja memutasikan karyawan lama dari Bandung, dengan iming-iming tinggal di rusun, biaya mudik di tanggung perusahaan, dan gaji dua kali lipat. Dinda cukup paham di sana biaya hidup pun akan jauh lebih mahal dibandingkan di kota ini, dan itu yang membuat karyawan betah bekerja dengan mereka.Sejak membuka cabang di Jakarta, Helmi kadang harus menginap di sana barang dua atau tiga hari, dengan alasan memantau kerja para karyawan. Dinda tak keberatan soal itu, lagipula pernikahan mereka sudah berjalan hampir lima belas tahun, rasanya tak akan mungkin Helmi akan berpaling darinya!Kepercayaan demi kepercayaan untuk Helmi terus Dinda pupuk, hingga ia merasa begitu sangat percaya padanya. Ia menjadi perempuan yang terlalu naif tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada Helmi akhir-akhir ini.'Apa Mas Helmi benar-benar berhianat dariku? Apa kurangku? Aku cantik, meski tak muda lagi. Pelayananku di atas ranjang juga tidak monoton, berkali-kali aku mendapatkan pujian darinya, katanya aku sangat memuaskan.' Dinda seperti bermonolong. "Sayang, kenapa kamu diam saja?" tanya Helmi.Dinda hampir berhenti bernapas mendengar pertanyaan Helmi, sejak kapan ia memanggilnya dengan kata sayang? Ia tak seromantis itu!"Eh, anu ... Mas, aku sedang kepikiran Alif." Dinda gugup karena sebenarnya pikiran Dinda sedang travelling ke pesan tadi. "Alif kenapa, Din?" tanya Helmi, terdengar panik. Seketika ia menghentikan aktivitasnya dari ponsel yang akhir-akhir ini terlihat selayu bergelayut manja di tangannya."Minta jalan-jalan, Mas, tapi bareng kamu!" Dinda terpaksa kembali berbohong."Nanti kita atur waktunya, ya!" "Oke, Mas."'Terus saja kamu berpura-pura, Mas, sampai kamu ketahuan berkhianat dariku akan kubuat kamu menyesal seumur hidupmu!'_______________Pastikan dirimu sudah subscribe , ya!Selamat membaca!****'Terus saja kamu berpura-pura, Mas. Sampai kamu ketahuan berkhianat dariku, akan kubuat kamu menyesal seumur hidupmu.'****Jam dinding hampir menunjukkan pukul 22:00 malam, tapi Helmi masih saja anteng dengan ponselnya, entah apa yang sedang ia lihat hingga membuatnya senyum-senyum sendiri.Dinda mengambil ponselnya di atas nakas, mengecek hasil bajakan aplikasi whatsappnya tapi kosong.'Mas Helmi sedang apa sebenarnya?' Dadanya bergejolak, penasaran dengan apa yang sedang dilakukan suaminya."Dinda, belum tidur?" tanya Helmi tanpa menoleh, tatapannya masih fokus pada layar ponsel yang menyala."Belum, Mas. Nggak tau kenapa Aku susah tidur, Mas sendiri lagi ngapain jam segini belum tidur? Bukannya besok ada acara di Jakarta?" tanya Dinda berapi-api."Belum ngantuk, tadi aku ngopi di kantin. Jadinya nggak ngantuk gini," kilah Helmi beralasan."Ya sudah, Dinda temani, ya!" tawar Dinda. Ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat den
Yang belum subscribe, bisa tolong subscribe dulu ya, biar sama-sama semangat.Selamat membaca!****"Mau kemana sepagi ini?" tanya Mas Helmi ketika melihat Dinda telah cantik dan berpakaian rapi."Ke toko, Mas." Dinda menjawab singkat."Untuk apa? Lagipula, toko baik-baik saja dan tak ada masalah. Kamu di rumah, biar Mas saja yang handle semuanya!" sahut Helmi lagi tak suka."Emh, kamu, kan sering bolak-balik Jakarta, apalagi kamu sering menginap di sana. Yang di Bandung biar aku saja yang handle. Lagipula, aku harus tahu betul model apa yang sedang trandy sekarang ini." Dinda beralasan.'Tentu saja aku harus bermain cantik untuk menghempaskan benalu sepertimu, Mas!'"Kan, ada Hana. Dia bisa menangani semuanya, Dinda!" Dalih Helmi terdengar mulai sewot."Mas, Hana itu hanya kerja dan dia di bayar untuk itu! Apa salahnya aku sebagai istri dari pemilik toko ingin ikut serta dalam membesarkan toko kita?" ucap Dinda. Kali ini dengan intonasi tinggi karena berpura-pura baik di depan orang y
Balasan untuk Suamiku 4Untuk Kamu yang belum subscribe, ayo subscribe dulu!Selamat membaca.****"Non, ada telepon dari Non Vio," ucap Mbak Sri.Mbak Sri adalah ART di rumah Dinda. Ia sudah bekerja lama dan pekerjaannya cukup memuaskan."Makasih, Mbak Sri," sahut Dinda. Mungkin, karena ponsel Dinda yang raib di ambil jamret itu sudah tak aktif. Makanya, Vio menghubunginya via telepon rumah."Ya, Vi, ada apa?" tanya Dinda santai."Kenapa sulit banget di hubungi, sih, Din? Dari semalam aku chat kamu berulang-ulang tapi nggak aktif terus. Ponselmu rusak?" cecarnya dari seberang telepon."Ponselku kena jamret, Vi. Aku belum sempat cari gantinya, mungkin nanti sore," sahut Dinda masih santai."Pantas. Aku ke rumah kamu sekarang, ada yang mesti aku tunjukin sama kamu!" Tut.Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Vio tanpa pamit, malah di akhir percakapan seperti ada kata penekanan, kalau dia punya sesuatu yang sangat penting untuk Dinda.'Hm, Vio itu memang begitu. Selain grasa-grusu,
Balasan Untuk Suamiku 5Mulut Netizen****"Bunda, kapan Mas Adam pulang?" tanya Alif dengan wajah polosnya."Kenapa Alif nanyain Mas Adam? Kangen, Nak?" tanya Dinda. Ia membingkai wajah mungil putra keduanya, lalu mengecup keningnya dengan lembut."Iya, Alif kangen Mas Adam. Di rumah sepi, bukan cuma Ayah aja yang sibuk tapi Bunda juga!" Alif menjawab dengan penuh penekanan.Hm, mungkin Alif sudah merasakan dampak dari masalah orang tuanya yang sudah berada di ujung tanduk. Semenjak Dinda mengusir Helmi, ia tak pernah pulang lagi ke rumah ini. Mungkin tinggal di rumah gundik kesayangannya!Pagi itu, Dinda kedatangan Umi, Bang Diki juga adik perempuannya, Disha. Mereka menanyakan tentang kebenaran video yang tengah viral itu."Iya, Umi itu mas Helmi. Do'akan aku, agar kuat melewati ini semua!" ucap Dinda sambil tertunduk sedih.Hanya itu yang mampu Dinda ucapkan pada Umi, dan keluarganya."Yang sabar, Dinda, kami semua pasti mendo'akan untuk kebaikanmu. Bagaimana Alif dan Adam, apa mer
****"Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Umi ketika mereka berkumpul di ruang keluarga."Aku baik-baik saja, Mi," jawab Dinda. Ia mencoba tersenyum semanis mungkin di depan Umi, wanita terhebatnya."Maaf, Umi tak bisa berlama-lama di sini, kasihan Abi di rumah sendirian. Mungkin Disha, sementara waktu akan tinggal di sini, untuk menemani kamu dan Alif." Sambil mengusap punggung putrinya, Umi berkata dengan lembut."Iya, Umi.""Tenang, Kak. Disha akan jagain Kak Dinda dari orang-orang jahat!" sahut Disha sambil cengengesan."Jagain Kakak kamu dan Alif dengan baik, ya, Dis!" pesan Umi lagi. 'Sekhawatir itukan Umi padaku? Berasa masih di perlakukan seperti anak kecil, nyatanya sekarang usiaku sudah masuk di angka 37. Ah, Umi I Love You!'****Sepeninggalnya Umi, Dinda masih duduk di ruang keluarga. Menyandarkan kepalanya di kepala kursi, tatapannya menatap kosong ke luar jendela. video berdurasi beberapa menit itu menyisakan luka dan kehampaan dalam jiwanya.Suara bel pintu menyadarkan lam
****"Pak, boleh izin keluar sebentar nggak? Sepupuku minta di antar ke toko sebelah," ucap Hana, karyawan terbaik Helmi .Helmi menatap perempuan muda berambut pendek yang berdiri di samping Hana, sampai-sampai jiwa mudanya meronta-ronta kerena terpesona."Pak, boleh nggak?" desak Hana lagi. Lamunannya buyar seketika padahal sudah traveling kemana-mana."Oh, iya. Jangan lama-lama, Han!" jawab Helmi dengan gugup.Ketika hendak pulang, Helmi melihat gadis itu berjalan sendirian di area parkiran. Entah bagai mana ceritanya, ia yang sedang mengemudi refleks berhenti ketika gadis itu tepat di samping mobilnya."Kamu sepupunya Hana, kan? Ayo masuk!" ucap Helmi tanpa malu-malu."Ta-tapi ..." Gadis itu kebingungan."Ayo, masuk dulu saja!" bujuk Helmi dengan lembut.Akhirnya, gadis itu pun masuk dengan malu-malu. "Jangan takut, aku hanya akan mengantarmu saja! Namanya siapa?" tanya Helmi kemudian."Ma-Mariah, Andara Mariah." Ia menjawab gugup."Mariah, kemana tujuanmu?" tanya Helmi lagi. Enta
****Dinda menatap nanar ketika Helmi tiba-tiba datang dan membawa perempuan itu ke rumahnya. Ia merasakan dadanya seketika sesak luar biasa hingga untuk bernapas pun rasanya sangat sulit."Sayang, dengar Mas! Dia itu bukan gund*k, bukan pelakor. Namanya Mariah, dia itu istri Mas juga!" bela Mas Helmi ketika Dinda menyebut perempuan itu seorang pelakor.Entahlah, sebutan apa yang pantas untuk perempuan itu? Namun, pembelaan Helmi membuatnya sangat sakit."Ayaaaah!" teriak Alif. Ia menghambur ke pelukan Helmi. Sungguh, pemandangan yang membuat hati Dinda makin teriris-iris. Sedangkan Disha yang sejak tadi bersama Alif, tak mampu menghentikan langkah kecil anak itu."Hai, anak Ayah, apa kabar?" tanya Helmi, Ia lalu menciumi kening putra bungsunya."Tidak baik. Karena Ayah tak pulang-pulang, Alif rindu!" rengek bocah itu sambil terus memeluk leher ayahnya.Dinda menatap Helmi. Semoga ia tak mengatakan hal-hal yang aneh, yang mampu membuat Alif bingung sekaligus patah hati."Maaf, Ayah ba
Balasan untuk suamiku 9****"Disha, tolong jaga Alif selama Kakak keluar, ya! Jangan biarkan perempuan itu mengambil kesempatan untuk mendekati Alif, cukup Mas Helmi saja yang berpaling!" Dinda berpesan pada adiknya, Disha."Siap, Kak!" sahutnya semangat.Belum kakinya melangkah, tiba-tiba Mariah dan Helmi berjalan dengan terburu-buru menghampiri Dinda. Wajah keduanya terlihat panik membuat Dinda sedikit penasaran."Dinda, aku pinjam mobilmu, mobilku sedang di bengkel!" pinta Mas Helmi."Tidak bisa, Mas. Hari ini aku ada urusan," jawab Dinda acuh."Kamu, kan bisa pergi pakai taksi online, Din!" ucap Helmi kemudian."Kenapa tak kamu saja yang pakai taksi, Mas?" Dinda mulai sewot."Ini darurat. Bapaknya Mariah sedang kritis di rumah sakit. Tolong, Din!" sahut Helmi dengan wajah memelas."Hah, bukankah bapaknya sudah meninggal, Mas?" Dinda keceplosan.Wajah Helmi tiba-tiba memucat. Dia terlihat gugup dan salah tingkah mendengar ucapan dinda.'Hm, jadi Hana berbohong padaku? Tega sekali d