Share

BAB 9 SUMBANGAN

"Kalau begitu kau dengan si Lily sama gilanya." Gerutu Bapak.

"Coba Ishaq, kau didiklah bagaimana seharusnya istrimu itu." Kata Bapak kepada Ishaq. 

Kulihat wajah Bang Ishaq memerah.

"Si Rossy, umurnya paling muda diantara kalian tapi isi pikirannya lebih baik." Ucap Bapak lagi.

"Coba sih dijaga bicaramu, Rara, Lily, terutama di depan besan kami. Bukan kau yang dianggap kurang ajar, tapi aku, Bapakmu yang dipandang orang kurang ajar akibat perbuatanmu. Terutama kau, Rara. Macam tak punya otak kau kulihat. Malu saya kau buat didepan Pak Ikram, kalian minta mereka membayar biaya si Marry. Si Naya ini menantu kami, dunia akhirat dia sudah jadi bagian keluarga ini, kalian masih anggap dia dan keluarganya seperti orang lain. Lagipula yang terjadi pada Marry bukan sepenuhnya kesalahan Naya, salah si Marry bikin gara-gara." Bapak bicara panjang lebar.

"Lily yang nyuruh aku ngomong." Rara membela diri.

"Mana ada aku nyuruh kau ngomong." Elak Lily.

"Tadi itu, bilang sama ayahnya Naya, Ra, dia harus tanggungjawab bayar biaya pengobatan Marry, anaknya yang bikin ulah. Begitu kan kau bilang?" Balas Rara.

Wajah Lily merah padam, mungkin ia malu dan marah.

"Bodohnya kau, Rara. Mau saja dijerumuskan si Lily. Memang tak ada otakmu kurasa." Ujar Bapak.

"Pergilah kau dari depan saya! bukannya membantu memecahkan masalah malah kau tambah-tambah masalah. Kupecahkan juga nanti kepalamu!" Bentak Bapak.

"Selama ini kau anggap orangtuamu ini bodoh, karena kami tak berpendidikan. Sengaja kami sekolahkan kalian tinggi-tinggi, supaya bagus kelakuanmu, tapi rasanya percuma saja sekolahmu itu. Tetap saja kurang ajar kau pada orangtuamu. Tak ada artinya gelar di depan dan di belakang namamu itu. Mulutmu itu berbahaya, meracuni saudaramu sendiri. Saya yakin ada andil si Lily dalam peristiwa Marry ini."

Kami semua terdiam.

Aku tercengang dengan kalimat terakhir Bapak. Benarkah dalam kejadian kemarin ada keterlibatan Lily?

Tak lama Rossy memberikan catatan kepada Bapak. Terlihat jumlah sumbangan yang disepakati dari masing-masing orang. 

Rara: Rp. 0,- 

Lily: Rp. 0,-

Anggun: 5 JT

Naura: 15 JT

Nandean : 50 JTRossy: 20 JT

Bapak: 100 JT

Di ruang perawatan Leang, keluargaku berdiskusi. Mereka sepakat bahwa Ayah, ibu, dan kedua kakakku tetap akan memberikan santunan untuk biaya pengobatan Marry.

Siang itu Leang terbangun, makan bubur, minum obat, bercanda sebentar, lalu tidur lagi. Dia tidak mau menggunakan Pampers sehingga kakakku bergantian menggendongnya ke kamar mandi.

"Nay, batu permata yang bagus tidak terbentuk di dalam lumpur, tapi didalam bumi. Dihimpit bebatuan, ditempa panas yang tinggi. Sehingga ia kuat, sulit dipecahkan, dan bernilai jual mahal." Kata Ayah.

"Jadi jika kita sering menghadapi kesulitan, dihimpit kesedihan, dipanasi penderitaan, artinya kita sedang dibentuk menjadi manusia yang kuat dan berharga." Lanjut ayah.

"Kamu bersyukur bertemu dengan orang-orang seperti iparmu. Dari mereka kamu bisa belajar bahwa disakiti itu sangat tidak nyaman, maka jangan menyakiti orang lain. 

Kamu juga bisa mempelajari berbagai karakter manusia, bahwa tidak semua orang sama seperti kita, tapi kita harus yakin bahwa orang baik biasanya akan dipertemukan dengan hal-hal dan orang-orang baik."

"Dari yang menyakitkan kita belajar bahwa tidak semua hal harus kita dekap erat saat suka dan kita lepaskan saat benci. Sesuatu yang kita benci kadang juga memiliki manfaat, sesuatu yang sangat kita sukai kadang-kadang juga membawa mudharat."

"Ayah bersyukur mendapati bahwa kau pernah dikelilingi mereka yang berperangai buruk, tetapi engkau tak terbawa menjadi buruk. Tapi itu saja belum cukup. Harus diupayakan bahwa mereka yang berperangai buruk bisa berubah karena kebaikan-kebaikan yang kita lakukan."

"Yang pasti, tidak ada manusia yang sempurna. Engkau mungkin telah bertahun-tahun menahan diri, tetap bersikap baik, namun akhirnya kontrol dirimu terlepas. Pasti engkau pernah merasa bahwa percuma berbuat baik toh mereka tetap berbuat buruk padamu. Tapi kita semua tahu, baik atau buruk perbuatan kita akan kembali ke diri kita sendiri."

Ayah bicara panjang lebar.

Suasana hening.

Aku terpekur mendengarkan.

Air mataku mengalir perlahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status