Share

Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku
Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku
Penulis: BEBBIKITTEN

Bab. 1

Dean dan Kensky sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu anak semata wayang mereka pulang.

Setelah melahirkan seorang bayi perempuan yang bernama Clare Agatha Stewart delapan belas tahun yang lalu Kensky telah divonis penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Kensky sudah tidak bisa hamil lagi dan hal itu menyebabkannya frustasi. Tapi berkat dorongan dan semangat yang diberikan sang suami dan anak semata wayangnya Kensky melewati masa-masa itu dan menjalani hidup sebaik mungkin. Ia menganggap hal itu tidak pernah terjadi dan merasa bahwa dirinya memang tidak ingin menambah anak dengan alasan tidak ingin cintanya kepada Clare terbagi.

Sekarang dengan wajah puas ia dan suaminya sedang membicarakan tentang masa depan sang anak. "Kau yakin dia mau menerima keputusan ini?" tanya Kensky kepada Dean.

Dean yang duduk di sampingnya langsung tersenyum sambil menggenggam tangan istri tercintanya. "Usia Clare sudah delapan belas tahun dan sebentar lagi dia akan duduk di bangku Universitas. Jadi, sudah saatnya ia tahu tentang ini. Aku takut kalau kita menunda untuk mengatakannya yang ada dia akan jatuh cinta kepada pria lain."

"Malam," sapa Clare dari arah depan. Ia segera menghampiri kedua orangtuanya kemudian mencium mereka secara bergantian. Gadis yang rambut panjangnya berwarna cokelat kehijauan itu mengambil posisi di samping Kensky. Sambil memeluk sang ibu ia berkata, "Mami dan Papi kenapa belum tidur, ini kan sudah larut malam?"

Kensky hanya tersenyum sayang sambil mengusap belakang kepala Clare saat gadis itu memeluknya.

Dean berkomentar. "Ada hal penting yang ingin kami sampaikan. Itu sebabnya kami belum tidur dan menunggumu pulang."

Saat itulah Clare bangkit dari tubuh Kensky dan memasang wajah datar. "Hal apa itu, Pi?"

Dean dan Kensky saling menatap sebelum akhirnya mereka kembali menatap Clare. "Maafkan kami jika hal ini mengejutkanmu. Tapi kau harus percaya, rencana ini sudah kami siapkan jauh sebelum mami dan papi menikah," kata Dean.

Clare semakin bingung. Ia menatap kedua orangtuanya secara bergantian dengan mata abu-abunya yang diwariskan oleh sang ayah.

"Setelah mendengar ini papi harap kau tidak keberatan atau menolaknya, Clare."

Kensky hanya tersenyum.

Clare yang semakin penasaran terus bertanya kepada mereka dengan kedua alis terangkat untuk menunggu penjelasan.

"Kami telah menjodohkanmu dengan seseorang," kata Dean.

Clare terkejut "Dijodohkan?" Mulutnya terbuka lebar, "Oh, Papi ... mengapa harus dijodohkan? Memangnya Papi pikir tidak akan ada laki-laki yang mau padaku, hah? Anakmu ini cantik, Pi. Tidak perlu dijodohkan pun aku pasti akan laku. Lihat, aku ini perpaduan dari kalian berdua. Rambutku indah seperti rambut Mami, mataku juga indah seperti mata Papi. Apa yang kurang, hah? Tubuhku tinggi seperti Papi dan seksi seperti Mami."

Dean menggeleng kepala dan tertawa.

Kensky ikut tertawa dan berkomentar. "Bukan begitu, Sayang. Kamu jangan salah paham, ya? Kami menjodohkanmu bukan berarti dirimu tidak akan laku. Perjodohan ini sudah terjadi sejak pesta pernikahan kami berlangsung dan jauh sebelum kau hadir di perut mami."

Mulut Clare terbuka lebar karena kaget. "Aku sudah dijodohkan bahkan sejak aku belum hadir di perut Mami?"

Dean yang melihat ekspresi anaknya ikut tertawa.

Kensky menjelaskan. "Saat pernikahan pesta kami di adakan, salah satu teman papi datang bersama istri dan anaknya yang masih sangat kecil. Usia kalian hanya selisih satu tahun, dan mami sendiri yang langsung memutuskan untuk menjodohkan anak itu dengan anak kami jika nanti mami melahirkan anak perempuan."

Clare tertawa. "Untung Tuhan mendengarkan doa Mami. Coba kalau tidak, pasti anak Mami dan Papi laki-laki dan perjodohan itu tidak akan terjadi."

Kensky tersenyum sambil melirik suaminya yang juga tersenyum. "Anak itu sangat tampan, Sayang. Dia anak pengusaha kaya, sama seperti papi. Hanya saja sekarang ini mereka semua ada di Amerika."

Clare terdiam sesaat sebelum akhirnya berkata. "Aku percaya kepada kalian. Apa yang sudah kalian putuskan itu berarti hal yang terbaik buatku. Jika menurut Mami dan Papi laki-laki itu yang terbaik buatku, aku akan menerima perjodohan ini."

Kensky dan Dean terkejut dan bahagia. Saking bahagianya mereka saling bertatapan dengan senyum yang sangat lebar.

"Tapi dengan satu syarat," balas Clare cepat.

Ekspresi Dean dan Kensky langsung berubah.

"Kau ingin bernegosiasi dengan papi?" tanya Dean denyan nada meledek.

Clare tertawa. Ia merasa lucu saat melihat ekspresi di wajah kedua orangtuanya yang kini berubah kusut. "Bukan, Papi. Kalau pun aku ingin bernegosiasi yang ada aku akan kalah dari Papi."

Dean tersenyum. "Kalau begitu apa? Katakan, apa syaratnya?"

Clare tersenyum sambil menatap Dean dan Kensky secara bergantian. "Aku ingin dijodohkan dengannya, tapi aku ingin bertemu dengannya setelah lulus kuliah. Aku tidak ingin melihatnya sekarang, karena aku tidak ingin hal itu mengganggu pikiran dan sekolahku."

Kensky meledek. "Anak mami takut jatuh cinta, ya?"

Wajah Clare lagi-lagi memerah. Ia tak sanggup menjawab akibat rasa malu yang menyerangnya.

"Tidak masalah," jawab Dean, "Lagi pula memang itu yang kami inginkan. Papi dan mami sudah membicarakan hal itu dengan keluarganya; kami akan mempertemukan kalian setelah kau lulus kuliah nanti."

Clare tersenyum sayang. "Aku percaya pada Mami dan Papi, kalian adalah orang tua yang paling baik yang pernah kutemui."

Kensky memeluknya. "Kami sangat mencintaimu, Nak. Sebagai orang tua kami ingin yang terbaik untukmu."

"Aku percaya, Mami. Aku percaya," balas Clare.

"Kalau begitu pembicaraan selesai," kata Dean, "Hanya itu yang ingin kami sampaikan."

Clare berdiri dan mencium pipi kedua orangtuanya. "Aku juga harus istirahat, besok hari pertama orientasi studi dan pengenalan kampus. Aku tidak boleh terlambat, selamat malam."

"Malam, Sayang," balas Kensky. Ia dan Dean masih di posisi yang sama sambil mengungkapkan tubuh Clare ketika gadis itu menaiki tangga, "Oh, Dean, aku sangat senang."

Dean mendekati sang istri lalu memeluknya dengan erat. "Besok aku akan menelepon Alex dan memberitahukan kabar baik ini."

Setelah menikah Kensky dan Dean sudah pindah ke Eropa. Karena Mrs. Stewart, nenek Kensky sekaligus ibu angkatnya Dean ingin menikmati sisa umur di tanah kelahirannya, mereka memutuskan untuk pindah ke Eropa. Perusahaan mereka yang ada di Amerika saat ini di bawah naungan Eduardus, ayah Kensky. Tak ingin mertuanya melakukan apa saja yang berdampak pada kerugian, Dean menyuruh orang untuk mengawasinya. Saat ini meskipun ada tangan kanan yang menjadi wakil pimpinan di kedua perusahaannya di Amerika dan Eropa, Dean tetaplah CEO dan menjadi pewaris tunggal di perusahan itu.

***

Keesokan hari Clare berlari dengan napas terengah-engah di pagi hari. Karena lupa memasang alarm sebelum tidur ia akhirnya terlambat ke kampus dan orang terakhir yang muncul di saat semua mahasiswa baru sedang menerima penyampaian dari kakak tingkat.

Tanpa merasa bersalah Clare segera bergabung dengan tim-nya. Tapi saat ia hendak menuju ke dalam barisan yang sedang berdiri dengan kostum masing-masing, tiba-tiba suara laki-laki dengan keras meneriakinya.

"Hei, kamu! Siapa yang menyuruhmu masuk, hah?"

Teriakan laki-laki itu mengundang semua mata untuk menatap gadis cantik bertubuh tinggi yang ada di samping mereka.

Clare terperanjat. Dengan jantung berdetak cepat ia menatap sosok yang berdiri di depan dengan pakaian putih dipadu almamater abu-abu.

"Kemari kau!"

Semua mata mengikuti langkah Clare. Ada yang menatap kaget karena takut, ada juga yang menatap iri karena kecantikannya. Meski memakai kaos kaki dua warna dan rambut dua warna serta tali yang menjuntai di dada, Clare tetap terlihat cantik dan menarik.

"Siapa yang menyuruhmu masuk ke barisan, hah?" ketus laki-laki yang merupakan wakil panita dari kegiatan tersebut. Ia melihat sosok tinggi di sampingnya, "Ketua, kita apakan gadis ini? Sepertinya dia tidak tahu diri, sudah terlambat tapi tidak merasa bersalah."

Wajah Clare pucat. Ia menatap ke arah pria berambut cokelat yang merupakan ketua dari kegiatan tersebut.

"Suruh bersihkan toilet saja, Ketua!" kata gadis yang merupakan sekertaris kegiatan. Ia berdiri di samping wakil ketua dan melihat Clare dengan pandangan tidak suka.

Laki-laki yang merupakan ketua itu tersenyum sambil menatap Clare. "Siapa namamu, Nona?"

Karena nama sekolahnya adalah Agatha Clare dengan cepat menyebutkan nama sambil menatap pria itu. "Namaku Agatha."

Laki-laki itu mengulurkan tangannya. "Kenalkan, namaku Reagan Harvest. Kau tidak usah memanggilku ketua, kau panggil saja aku Reagan."

Semua mahasiswa senior itu bersorak seolah meledek. Tapi Clare sama sekali tidak membalas uluran tangan Reagan dan tidak peduli dengan ledekan mereka.

Bersambung___

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status