"Kalau diskors mungkin aku percaya, tapi kalau sampai dikeluarkan aku rasa itu tidak mungkin."
Ansley menelan habis isi gelasnya sebagai alasan untuk memikirkan apa yang tepat untuk jawaban dari perkataannya sendiri. Tidak mungkin jika dia harus mengakui bahwa ayah Clare-lah pemilik kampus itu. Apalagi Clare sendiri telah melarangnya untuk tidak membongkar informasi tersebut kepada siapapun.
Setelah isi gelasnya habis Ansley membersihkan mulutnya dengan tisu lalu berkata, "Kan kau tahu sendiri Reagan adalah anak dari salah satu investor terbesar di kampus ini. Sekali saja keluhan yang dikatakan Reagan rektor pasti akan segera bertindak. Apalagi kesalahan yang dilakukan Chloe bukan hal biasa, tapi dia telah mengunci gadis yang disukai Reagan."
"Kau benar, berarti sebentar lagi perang akan segera dimulai."
"Perang, maksudmu?"
Luke menatap Ansley. "Chloe sangat mencintai Reagan dan dia tidak akan pernah mengijinkan satu pun gadis di kampus ini yang bo
"Memangnya kenapa? Dia hanya mahasiswi biasa yang masih baru di kampus ini, Ans," kata Chloe dengan nada meremehkan. Luke dan Reagan hanya menggeleng kepala melihat sikap Chloe yang begitu sombong. "Dia memang mahasiswi baru di kampus ini, tapi kau sendiri yang melihat bagaimana emosi rektor saat tahu kau menguncinya di dalam toilet?" "Apa jangan-jangan dia juga anak salah satu investor di kampus ini?" tanya Luke, "Investor kampus ini kan banyak." Reagan terkejut dan menatap Ansley. "Apa itu benar?" Gadis itu menelan ludah. Seandainya Clare tidak memperingatkannya mungkin saat ini dengan bangga ia akan membuka latar belakang Clare yang sebenarnya kepada mereka agar Chloe tidak meremehkannya lagi. Tapi karena sahabatnya itu sudah memperingatkannya Ansley pun terpaksa memendam informasi itu sampai batas kemampuannya. "Aku tidak tahu, sumpah. Tapi coba kalian pikir secara logika, mana mungkin kalau dia hanya orang biasa rektor akan marah-
Soraya tersenyum lebar. "Aku baik-baik saja, aku hanya sedang mengingat nama kerabat saya. Awalnya aku pikir nama orangtuamu sama dengan nama kerabatku yang kebetulan tinggal di sini juga tapi ternyata tidak. Nama belakang kalian memang sama, tapi nama depannya bukan. Maaf, tadi aku cukup kaget mendengar nama belakangmu yang kebetulan sama dengannya.""Oh," balas Clare.Soraya berpamitan. "Baiklah, aku harus pergi. Sampai nanti.""Iya. Hati-hati, Nyonya.""Terima kasih."Clare pun melanjutkan kembali aktivitasnya untuk membersihkan mobil.Soraya dengan cepat berjalan ke depan kampus untuk mencari taksi. Tak menunggu lama taksi pun melintas dan Soraya menaikinya."Selamat sore, Bu. Mau ke mana?" tanya si supir dengan nada sopan.Soraya marah. "Aku belum ibu ya, Pak! Panggil saja nyonya. Jalan saja, nanti kalau sudah di depan aku akan mengatakannya."Si supir merasa bersalah. "Baik, Nyonya."Dengan tergesa-gesa Sora
"Tadi dia dipanggil rektor karena ketahuan menguncimu di kamar mandi. Awalnya aku dan Luke berpikir Reagan yang melaporkannya, ternyata setelah kami tanya Regan bilang tidak. Terus mulai besok dia diskorsing selama sebulan dan tidak boleh mengikuti kegiatan kampus bersama kita."Alis Clare berkerut. "Benarkah? Kalau memang bukan Reagan yang melaporkannya lalu dari mana rektor tahu dia yang melakukannya?""Aku rasa ada seseorang yang melaporkannya ke rektor. Kau tahu, tadi dia bilang rektor sangat marah padanya. Dia berpikir Reagan yang telah melaporkannya kepada rektor karena sikap beliau yang sangat jelas begitu membelamu."Clare tertawa. "Syukurlah kalau begitu. Setidaknya itu pelajaran buat dia agar berhenti mengerjaiku.""Tapi, Clare, sepertinya mereka mulai curiga padamu.""Curiga bagaimana maksudmu?""Mereka berpikir bahwa kau bukan mahasiswi biasa di kampus ini. Luke dan Reagan beranggapan bahwa kau mungkin adalah anak salah satu inve
"Aku ingin kau menyelidikinya. Aku tidak mau dia berpacaran dengan wanita lain di universitas selain wanita yang kujodohkan dengannya. Apalagi sekarang gadis itu kuliah di univrrsitas yang sama, aku takut Reagan akan mengencani wanita lain dan gadis itu mengetahuinya kemudian mengadukan kepada ayahnya. Aku tidak ingin perjodohan mereka dibatalkan, Dim." "Kau tenang saja, aku akan menyelidikinya." "Terima kasih, Dim." Tut! Tut! Lelaki memutuskan panggilannya lalu membuang napas panjang. Ia hendak berdiri, tapi getaran ponsel kembali terdengar. Drtt... Drtt... Lelaki itu menoleh ke arah meja dan menatap layar yang ternyata dari Reagan. Tanpa berlama-lama ia menggeser tombol hijau untuk menyambungkan panggilan "Ada apa?" "Dad kau di mana?" "Aku di kantor, ada apa?" Ia kembali mendudukan tubuhnya ke kursi dan bersandar. "Ada yang ingin kutanyakan mengenai relasinya Daddy." Alisnya berkerut. "Relasi apa?" "Para investor universi
Lelaki yang ternyata adalah ayah Clare itu menjawab, "Apa? Kau sedang bercanda, kan?" "Aku tidak bercanda, Kawan. Barusan Reagan menghubungi dan bicara padaku, dia menanyakan soal Clare kepadaku. Dia penasaran kenapa rektor memperlakukan Clare sangat spesial, itu sebabnya dia menghubungi dan bertanya apakah Clare anak investor juga atau bukan." "Aku senang mendengarnya, akhirnya anak-anak kita bisa bertemu. Mr. Harvest tertawa. "Aku sendiri cukup kaget waktu Reagan menghubungiku dan menanyakan soal putrimu. Dia heran rektor sangat membela Clare dan menghukum temannya, sedangkan yang dia tahu Clare hanyalah mahasiswi baru di universitas itu." Dean tertawa. "Ngomong-ngomong kenapa temannya mengerjai Clare? Pasti dia sudah kelewatan mengerjai putriku sampai rektor menghukumnya." "Aku tidak sempat menanyakan hal itu, aku takut Reagan curiga. Hanya saja dia sempat bilang bahwa ada teman wanitanya yang cemburu karena dia sering mendekati Clare. Tema
Lagi-lagi Reagan tertawa. Ia kembali mengenang saat pertama kali bertemu. "Namanya Agatha, dia mahasiswi tercantik yang pernah aku lihat. Dia___" Drtt... Drtt... Getaran ponsel Dimitry menghentikan perkataan Reagan. "Maaf," kata Dimitry. "Tidak masalah." Dimitry merogoh ponsel dari saku jas.
Drtt... Drtt...Bunyi getaran ponsel mengejutkan Mr. Harvest. Ia menatap istrinya sambil merogoh ponsel dari saku celana. "Mungkin ini Reagan."Mrs. Harvest hanya diam sambil memperhatikan suaminya. Begitu mata lelaki itu menatap layar ia dengan penasaran langsung bertanya, "Siapa?""Dimitry," kata Mr. Harvest sambil tersenyum.Mrs. Harvest ikut tersenyum dan mengangguk."Halo, Dim?" sapa Mr. Harvest."Apa kau sibuk?""Tidak, kenapa?" Ekspresi Mr. Harvest langsung berubah sambil menatap istrinya. Alisnya berkerut setiap kali mendengar penjelasan Dimitry dari balik telepon, "Agatha?" ulangnya dengan wajah semakin kusut, "Baiklah. Terima kasih banyak, Dim."Tut! Tut!"Ada apa?" tanya Mrs. Harvest penasaran, "Kenapa wajahmu begitu, Sayang? Siapa itu Agatha yang kau sebutkan tadi?"Tangan Mr. Harvest mengepal erat hingga urat-urat di tangannya sangat terlihat. "Dimitry tadi ke apartemen Reagan, katanya anak itu sedang
"Mami dengar anaknya kuliah di universitas kita. Benar, Clare?" Clare terkejut dari pikirannya. "Maaf. Apa, Mi?" Kensky tersenyum. "Anaknya si Harvest kuliah di universitas kita juga." "Apa kau sering bertemu dengannya, Sayang?" tanya Dean. "Berarti benar, papi mengenalnya," kata Clare dalam hati, "Kalau benar anaknya Harvest yang Mami dan Papi maksud itu adalah dia, berarti kalian benar. Dia adalah ketua panitia dalam kegiatan kami. Tapi sumpah, aku tidak tahu kalau dia adalah anak investor di universitas kita." "Harvest orang yang kontribusinya paling besar di universitas kita. Jadi tidak mungkin ada Harvest yang lain lagi," kata Kensky. Dean berdeham. "Clare?" "Iya, Pi?" "Papi rasa tidak ada salahnya kau menjalin pertemanan dengan dia, papi dan ayahnya sangat dekat. Jadi, papi harap kau dan dia juga bisa akrab seperti kami. Tapi ingat, kau harus menjaga jarak karena___" "Aku sudah dijodohkan," sergah Clare la