Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala
Dean dan Kensky sedang duduk di ruang tamu sambil menunggu anak semata wayang mereka pulang. Setelah melahirkan seorang bayi perempuan yang bernama Clare Agatha Stewart delapan belas tahun yang lalu Kensky telah divonis penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Kensky sudah tidak bisa hamil lagi dan hal itu menyebabkannya frustasi. Tapi berkat dorongan dan semangat yang diberikan sang suami dan anak semata wayangnya Kensky melewati masa-masa itu dan menjalani hidup sebaik mungkin. Ia menganggap hal itu tidak pernah terjadi dan merasa bahwa dirinya memang tidak ingin menambah anak dengan alasan tidak ingin cintanya kepada Clare terbagi.
Reagan tersenyum samar. Karena cukup lama tangannya melayang di udara tapi diabaikan, ia kembali menarik perhatian lalu berdeham. Ini pertama kali dia dibaikan oleh seorang perempuan. Jika biasanya para mahasiswi akan berbondong-bondong bertemu dengan mahasiswa yang paling top di universitas itu Clare justru mengabaikannya. "Kurangajar sekali kau. Ketua ingin berkenalan kau malah mengabaikan," kata wakil ketua yang bernama panggilan Luke. Clare sama sekali tidak merasa takut. Ia terus berdiri dan menatap wajah mereka dengan santa
"Setelah ini kau mau ke mana?" tanya Ansley kepada Clare. "Aku mau ke kantin, perutku lapar." Ansley tersenyum lagi. "Aku bawakan makanan dan minuman untukmu," ia menunjukan sebuah kantong palstik yang berisi paper bag dan minuman cup rasa cokelat, "Tapi sebelumnya aku ingin memberitahumu, makanan ini bukan aku yang membelinya." Clare terkejut. "Kalau bukan kau lalu siapa?" "Ketua," jawab Ansley sambil tersenyum lebar, "Dia menemuiku tadi dan menyuruhku untuk memberikan ini kepadamu. Sepertinya dia menyukaimu, Clare." Clare menatap ragu. "Dari mana dia tahu kau mengenaliku?" "Aku yang mengatakannya. Sebenarnya dia ingin memberikan ini secara langsung padamu, tapi takut kau akan menolaknya," ia memberikan bungkusan itu kepada Clare, "Makanlah. Kau sudah lapar, kan?" "Tidak, aku tidak mau." Ansley terkejut. "Kenapa?" "Jika aku menerima makanan ini itu artinya aku memberikan lampu hijau kepadanya. Aku tidak mau mem
Ting! Bunyi notifikasi dari ponsel Willy mengejutkan Reagan. Dengan cepat ia menoleh dan menatap pria itu. Willy yang juga sadar akan segera melihat ponselnya lalu berkata, "Uangnya sudah masuk, Tuan." "Bagus, mana kartumu?" Dengan sigap Willy meraih dompet dari saku celana kemudian mengeluarkan sebuah kartu hitam dan memberikannya kepada Reagan. "Ini, Tuan."
Reagan mengendus. "Aku tidak peduli, Milly. Suka atau tidak suka yang pasti aku sudah mendapatkan perempuan yang cocok denganku." "Reagan, kau mabuk cinta. Bisa saja sekarang kau merasa bahwa dia yang terbaik, tapi bisa jadi nanti kau akan merasa bosan dan menyesal karena sudah mencintainya." Reagan diam sesaat, apa yang dikatakan kakaknya benar. Saat ini ia hanya sedang mabuk, mabuk cinta terhadap gadis bernama Agatha. "Lalu menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Reagan pelan.
Ansley menelan ludah. "Oke, oke, kalau begitu aku ke kantin dulu. Jika ingin mencariku kau bisa ke sana atau telepon saja aku." Clare hanya mengangguk. "Aku ke toilet dulu, sampai nanti." Ia pun berlalu meninggalkan temannya sendirian. Ansley yang masih berdiri di posisi yang sama pun hanya bisa menatap gadis itu hingga tubuhnya menghilang di kerumunan mahasiswa baru. Reagan muncul, matanya mengikuti arah pandang Ansley. "Mau ke mana dia? Kau tidak mengajaknya makan di kantin?" "Dia mau ke toilet dan setelah itu ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas yang kau berikan tadi." Reagan tersenyum sayang. "Dia gadis yang luar biasa, Ans. Aku sangat menyukainya." Tanpa mereka sadari Chloe sedang memandang mereka dari jarak yang cukup dekat. Matanya menyipit, wajahnya merah akibat rasa cemburu melihat ekspresi Reagan saat menatap ke arah Clare. "Aku harus memberinya pelajaran. Dia tidak boleh ada di kampus ini." Dengan emosi yang mel
Reagan, Ansley dan Luke tiba di area toilet. Khawatir karena di dalam sana ada gadis yang dicintainya sedang terkunci, Reagan tak peduli dan langsung masuk ke dalam toilet wanita bersama Ansley. Melihat Reagan masuk tanpa memperdulikan jenis kelaminnya Luke juga ikut-ikutan masuk sambil mengekor di belakang mereka. "Kenapa gelap sekali? Apa lampunya mati?" tanya Luke. "Clare, kamu di mana?" pekik Ansley. Klik! Reagan menekan sakelar lampu dan ternyata lampu itu menyala. "Aku di sini!" Dengan cepat Ansley bergerak ke arah pintu toilet yang diketuk dari dalam. Ia membuka handle kunci kemudian menatap Clare yang wajahnya tampak biasa-biasa saja. "Apa yang terjadi, kenapa kau bisa terkunci dari luar?" Clare melirik ke arah Reagan dan Luke yang berdiri tak jauh dari mereka. "Aku tidak tahu. Tadi pas aku masuk ke dalam tidak lama setelah itu lampunya mati, dan saat aku ingin keluar ternyata pintunya terkunci dari luar."