Share

BAB 5: Selamat Tinggal Kimberly

Kimberly membuka matanya perlahan dan mengeliat dengan kesusahan, cuaca pagi ini sangat cerah membuat Kimberly terbangung lebih cepat karena tidak nyaman.

Cukup lama Kimberly terdiam, pikirannya berkelana memikirkan apa yang sudah terjadi hari kemarin. Tangan Kimberly perlahan terangkat untuk memastikan bahwa apa yang terjadi hari kemarin masih terjadi kepada dirinya sekarang.

Kimberly menahan napasnya dengan berat melihat tangannya masih sama besarnya dengan kemarin malam, itu artinya saat ini jiwanya masih terperangkap di dalam tubuh Winter Benjamin.

“Aku masih ada di tubuh Winter,” gumam Kimberly napas yang sesak di landa rasa lega bercampur kesedihan.

Kimberly menarik napasnya dalam-dalam mencari ketenangan yang masih tersisa di dalam dirinya untuk menjalani situasi yang kini dia hadapi.

Perlahan Kimberly terbangun dan melihat seisi ruangan kamar yang berantakan, dengan susah payah Kimberly bergeser dan turun dari ranjang, Kimberly segera pergi ke kamar mandi.

Kimberly berdiri di depan cermin kamar mandi dan memperhatikan penampilannya sendiri yang terlihat aneh.

Napas Kimberly terdengar sangat berat, dia tidak bisa berhenti memandangi wajah barunya yang sangat cantik namun ada sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Wajah yang kusam, rambut yang tidak terurus, kulit yang kering, tubuh yang tidak begitu jelas bentuknya dan sangat lemah, semuanya harus di perbaiki secara besar-besaran.

Kimberly harus menguruskan tubuh Winter, mungkin Kimberly harus menurunkannya lebih dari empat puluh kilogram berat badannya dan melakukan banyak perawatan.

Kurus ideal bukan hanya karena untuk tampil cantik karena kecantikan juga harus dari hati.

Kimberly adalah mantan super model yang sangat menjaga penampilan dan wajahnya, dia juga sangat menyukai olaharaga, dia akan sangat frustasi bila berolahraga dengan lancar dan tidak bisa memakai pakaian cantik sesuka hatinya karena halangan bentuk tubuh.

Perlahan Kimberly menarik ke atas gaun tidurnya dan melepaskannya, Kimberly tersenyum samar melihat tubuh yang kini terpampang lebih jelas di cermin.

Winter yang harus Kimberly tangani.

“Aku harus bertemu dokter gizi dulu sebelum olahraga dan diet,” kata Kimberly seraya melihat-lihat tubuh Winter yang tidak enak dia pandang dari sudut manapun.

Kimberly membuang napasnya dengan berat, Kimberly semakin berdiri lebih tegak di depan cermin memandangi mata indah Winter dalam-dalam.

Sungguh cantiknya mata Winter, wajahnyapun begitu sempurna di setiap sudut dan lekukannya meski kini tertimbun lemak, sangat di sayangkan Winter tidak menyadari seberapa cantiknya dia. Tidak mengherankan seberapa cemburu dan irinya Paula pada kecantikan dan semua yang di miliki Winter.

Kimberly sudah bertekad semalam.

Tuhan sudah memberikan jawaban apa yang Kimberly khawatirkan.

Pagi ini Kimberly tetap masih hidup dengan tubuh Winer. Itu artinya mulai pagi ini Kimberly harus menerima diri dan belajar menjadi Winter seutuhnya.

“Selamat pagi Winter. Selamat tinggal Kimberly.” Sapa Kimberly pada tubuh barunya.

***

Benjamin dan Vincent duduk saling berhadapan di meja makan, keduanya hanya diam memandangi banyaknya makanan untuk sarapan pagi. Semua jenis kue makanan berat kesukaan Winter memenuhi meja, namun Winter tidak muncul sejak kemarin bahkan Winter tidak mau memakan apapun selain minum teh.

Semalam Benjamin dan Vincent sudah mendiskusikan banyak hal mengenai Winter. Bila Winter masih bersikap aneh sampai hari ini, dengan terpaksa mereka akan membawa Winter pergi ke rumah sakit.

Tangan Vincent yang berada di atas meja saling bertautan, pria itu terlihat gelisah karena pagi ini Winter belum muncul juga, Vincent khawatir jika Winter akan kembali mengurung diri seperti hari kemarin.

“Aku sangat khawatir dengan Winter, sebaiknya kita hubungi psikolog lagi jika dia tidak mau berbagi cerita kepadaku maupun Ayah mengenai masalah yang dia hadapi.”

“Lakukan apapun yang bisa membuat Winter kembali seperti semula,” jawab Benjamin dengan sedih.

“Apa kita akan membawanya ke rumah sakit bila pagi ini dia tetap mengurung diri?”

“Kita harus berkonsultasi dulu dengan dokter. Ayah khawatir bila apa yang terjadi pada Winter sekarang bagian dari traumanya di masa lalu yang kembali muncul.”

Dengan berat hati Vincent mengangguk setuju.

“Selamat pagi.” Suara Winter dengar tegas menyapa membuat Benjamin dan Vincent langsung mengangkat kepala mereka dan beranjak berlari ke arah Winter.

“Winter, astaga” Vincent langsung memeluk Winter dengan erat dan merapalkan kata terima kasih karena lega akhirnya Winter keluar dari kamarnya dan tidak mengurung diri lagi. “Aku sangat senang akhirnya kau keluar kamar juga.”

Winter tersenyum memaksakan dengan napas begitu Vincent melepaskan pelukannya. Di detik selanjutnya giliran Benjamin yang memeluk Winter dan membuat Winter kembali sesak.

“Winter sayang, apa yang terjadi? Apa harimu sangat berat? Harusnya kau mengatakannya kepada ayah jika kau tidak kuat menjalani harimu. Puteriku yang cantik, ayah sangat khawatir padamu.” Benjamin terdengar seperti menahan tangisan sedihnya, namun di waktu bersamaan dia sangat lega karena puterinya baik-baik saja.

Winter terpaku kaget, tubuhnya terasa bergetar.

Dulu, saat berada di kehidupan Kimberly, dia hanyalah seorang wanita cerdas dan selalu bekerja keras sepanjang waktu karena dia terlahir tanpa di ketahui identitas keluarganya.

Kimberly memulai segalanya dari nol tanpa sosok orang tua.

Saat masih bayi, seorang suster menemukan Kimberly di tengah malam dan di tinggal begitu saja di depan panti asuhan.

Akhirnya Kimberly hidup di panti asuhan hingga tumbuh dewasa, hidup di panti asuhana membuat Kimberly selalu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang dia.

Kerja keras Kimberly akhinya membuat dia mencapai titik tersukses dalam kariernya dengan menjadi seorang super model meski pada akhirnya berakhir dengan tragis.

Kimberly tidak pernah merasakan di khawatirkan dengan tulus oleh sosok yang bernama keluarga. Kini Kimberly merasakan bagaimana rasanya di khawatirkan oleh sosok keluarga, rasanya sangat menakjubkan dan hangat.

Tanpa sadar Kimberly membalas pelukan Benjamin, sesaat dia teringat bahwa hari ini dia bukan lagi seorang Kimberly, namun Winter Benjamin.

“Katakanlah, apakah kau memiliki masalah di sekolahmu?” tanya Benjamin seraya melepaskan pelukannya.

Mata Winter bergerak kecil melihat Benjamin dan Vincent bergantian, pikirannya berkelana memikirkan alasan apa yang harus dia berikan karena Kimberly sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Winter Benjamin yang asli di temukan tidak sadarkan diri di atap gedung sekolah.

“Aku tidak memiliki masalah apapun,” jawab Winter dengan terbata.

“Setelah sadar dari tidur panjangmu, kau bersikap aneh Winter, kau tidak perlu menyembuyikan apapun karena kakak dan Ayah akan selalu membantumu jika kau membutuhkan bantuan,” kata Vincent dengan serius.

“Kemarin aku kelelahan, jadi emosiku tidak stabil. Maafkan aku karena sudah membuat kalian khawatir.”

Mendengar jawaban Winter membuat Benjamin dan Vincent langsung saling melihat dan bertanya-tanya apakah Winter menjawab dengan jujur atau berbohong.

“Apa kamu yakin? Kakak tidak sengaja mengetahui bahwa kau memiliki masalah di sekolah, kau jangan khawatir, kakak sudah menuntut pihak sekolah atas pembullyan dan bodyshaming yang kau terima. Jadi, percaya dirilah, kau mengerti?” kata Vincent terdengar sangat hati-hati.

“Tidak perlu, aku akan mengatasinya sendiri.”

“Tapi Winter.”

“Aku baik-baik saja.” Winter tersenyum misterius, dia tidak akan membiarkan orang-orang yang pernah memanfaatkan dan menyakiti Winter berakhir dengan hukuman biasa.

Winter akan membalas mereka dan mempermalukan mereka satu persatu hingga mereka tidak bisa melewati hari esok lagi.

“Ehem, kau pasti lapar. Ayo, duduklah” Benjamin menepuk pundak Winter dan membawanya menuju meja makan, dengan penuh perhatian Vincent ikut membantu menarikan kursi.

Mata Winter bergetar menatap ngeri semua makanan berat yang tersedia di meja, hanya dengan melihatnya saja sudah membuat Winter langsung tidak berselera, malah tenggorokannya terasa langsung mual mencium aroma gula, pengembang, telur, cream di mana-mana.

“Winter minumlah.” Vincent memberikan segelas susu.

“Air mineral,” jawab Winter dengan penuh tekanan untuk mengoreksi kesalahan Vincent yang sudah mengambil segelas susu.

Vincent terlihat kaget, namun dia tidak bertanya. Vincent mengambilkan gelas air mineral dan memberikannya, Winter langsung mengambilnya dan meminumnya hingga habis.

“Lagi.”

Vincent menelan salivanya merasa bingung, dengan penuh perhatian dia tetap mengambilkan segelas air mineral lagi.

Winter meminumnya lagi hingga habis.

Itu adalah salah satu kebiasan Kimberly di masa lalu, dia akan minum dengan banyak agar ketika memakan sesuatu, dia menjadi cepat kenyang. Apalagi ketika akan runaway melakukan peragaan busana, Kimberly sangat menjaga berat badannya.

“Kau mau memakan apa Winter? Biar ayah ambilkan” Benjamin tersenyum lebar.

Dengan tegas Winter menggeleng, mulutnya menekan kuat menahan umpatan dan teriakan keras untuk tidak memaki karena semua jatah makanannya adalah makanan berat, sementara Benjamin dan Vincent memakan salad.

“Aku mau juss brokoli dan dua potong wortel,” jawab Winter dengan penekanan.

Vincent dan Benjamin tercengang, kini mereka benar-benar yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Winter. Winter tidak suka sayuran, di setiap kali sarapan dia hanya memakan makanan kue yang mengandung banyak gula dan cream.

Jika kue dan creamnya kesukaannya tidak di sediakan, Winter akan menangis dan merajuk seharian.

Vincent kembali berdiri dan memeluk Winter dengan erat sambil mengusap kening Winter untuk memastikan bahwa bahwa adiknya baik-baik saja. “Winter, kakak akan segera memanggil dokter, sepertinya kepalamu terbentur saat pingsan.”

“Aku baik-baik saja” jawab Winter dengan senyuman masam dan kepala yang memiring karena terus di usap Vincent.

Dengan terpaksa Vincent kembali duduk di kursinya, menatap Winter dengan sedih penuh kekhawatiran.

Benjamin dan Vincent sangat mencintai Winter, mereka sangat protektif dengan Winter semenjak kepergian ibunya Winter.

“Winter, katakanlah dengan jujur, Apa yang telah terjadi padamu?” tanya Benjamin.

To Be Continue..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status