Share

BAB 6: Perkara Rokok

Tangan Winter sedikit membasah karena gugup, dia sangat ingin menggebrak meja dan mengomel berkata jujur jika berat badannya sangat mengganggu. Namun kini Winter harus menahan makian dan umpatannya dengan berpura-pura menjadi anak baik seperti Winter yang sesungguhnya.

Winter menggaruk pipinya yang tidak gatal.

“Semalam aku berpikir keras mengenai bentuk tubuhku. Aku merasa sangat kesulitan sepanjang waktu dengan tubuhku, aku tidak bisa berjalan dengan cepat, aku juga tidak bisa memakai pakaian indah seperti gadis lain, aku kesulitan melakukan banyak hal, aku juga merasa cepat lelah saat melakukan sesuatu, aku jga khawatir dengan kesehatan tubuhku jika aku semakin gemuk. Aku berpikir sebaiknya aku memulai hariku yang baru, aku akan mulai melakukan diet untuk menurunkan berat badanku.”

Benjamin dan Vincent saling memandang dengan wajah pucat pasi.

“Aku ingin bertemu dokter gizi untuk melakukan diet dengan tepat,” kata Winter lagi.

Vincent menekan batang hidungnya dengan kuat, sangat sulit untuk Vincent menerima perubahan Winter yang tiba-tiba menjadi tidak seperti Winter yang dia kenal.

“Pak Han, Tolong siapkan juss brokoli dan beberapa potong wortel untuk Winter!” Panggil Vincent yang langsung memanggil koki pribadi, Vincent kembali melihat Winter dan tersenyum. “Jika itu yang kau pikirkan, kakak tidak akan ikut campur selama itu membuatmu nyaman.”

“Vincent, ikut aku.” Benjamin segera berdiri dan membungkuk mengecup kening Winter sekilas.

Tanpa bertanya Vincent ikut beranjak dan pergi mengikuti Benjamin meninggalkan Winter sedirian.

***

Benjamin bersedekap dan berpikir keras mengenai sesuatu setelah perbincangan kecilnya bersama Winter. Nampaknya bukan hanya dia yang kini di buat menjadi bertanya-tanya, Vincent juga tampak berpikir keras.

Winter sangat benci beraktifitas fisik setelah mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu, Winter juga tidak pernah sedikitpun memikirkan diet meski tubuhnya kian membesar.

Sangat mengejutkan begitu mendengar Winter langsung berpikir ingin diet dan menjalani kehidupan yang sehat. Apakah ini hanyalah keinginan sesaat Winter yang labil?.

Banyak pertanyaan langsung muncul memenuhi kepala Benjamin.

“Ayah” Vincent menahan ucapannya seketika, sorot matanya memancarkan keraguan untuk berkata-kata. Tangan Vincent terkepal kuat mengumpulkan keberanian untuk mengatakan apa yang di pikirannya kepada Benjamin. “Apa mungkin Winter yang dulu sudah kembali?.”

Kening Benjamin mengerut samar, “Dulu, saat mengalami kecelakaan, dokter bilang Winter akan sembuh dan menemukan kembali ingatannya namun membutuhkan waktu yang sangat lama. Ini sudah tujuh tahun lebih lamanya setelah kecelakaan itu.”

“Mungkinkah ini sudah waktunya?”

Benjamin terdiam.

Sepuluh tahun yang lalu, Winter adalah gadis yang sangat periang, cerdas dan sangat bersinar karena kecantikan dan keramahannya. Semua itu hancur dalam semalam ketika Winter dan ibunya mengalami kecelakaan mobil.

Di kecelakaan malam itu, ibu Winter meninggal dunia usai menyelamatkan Winter.

Karena kecelakaan dan kehilangan ibunya, Winter mengalami trauma yang sangat berat hingga membuat dia mengalami banyak perubahan termasuk dengan wataknya. Winter mulai melarikan semua traumanya ke makan dan hanya mengurung diri di dalam kamar, gadis itu menjadi sangat pendiam dan selalu banyak meminta maaf meski dia tidak bersalah.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Ayah?” tanya Vincent lagi.

“Kita ikuti keinginan Winter. Untuk sementara waktu, tolong jaga Winter karena ayah harus pergi ke Singapur dalam waktu beberapa hari. Kita harus memantaunya,” kata Benjamin dengan serius.

Vincent mengangguk tanpa suara.

***

“Winter tunggulah di sini. Kakak sudah harus membuat janji dengan dokternya dan ingin menemuinya lebih dulu untuk membicarakan sesuatu.” Kata Vincent yang hari ini mengantar Winter pergi ke tempat terapi khusus untuk melakukan berbagai penyembuhan.

“Baiklah, terima kasih Kakak,” jawab Winter dengan nada merendah bersikap sedikit manja.

Begitu Vincent pergi, Winter juga pergi menuju halaman tempat terapi.

Setiap kali melangkah, beberapa kali Winter harus memukul mulutnya sendiri karena kakinya tersandung. Biasanya saat masih hidup sebagai Kimberly, dia akan mengumpat dan memaki, namun kali ini dia harus menahannya karena masih berada di bawah umur.

Orang-orang akan akan memandang negatif Winter jika kebiasaan terburuk Kimberly masih di bawa-bawa.

Butuh waktu yang sedikit lebih lama lagi bagi jiwa Kimberly untuk bisa beradaptasi menggunakan tubuh barunya dalam beraktifitas karena semuanya tidak sama lagi seperti dulu.

Winter menuruni beberapa anak tangga sebelum menginjak rumput taman. Kaki Winter melangkah lebih hati-hati sambil melihat-lihat ke sekitar memperhatikan banyak orang yang berjalan-jalan, beberapa di antara mereka terlihat sedang latihan di temani oleh pendamping khusus.

Perhatian Winter terpaku melihat seorang pria muda duduk di kursi roda tengah merenung.

Bila di perhatikan, tubuh pemuda itu terlihat sangat sehat bugar, pakaiannya rapi dan mewah, pria itu terlihat muda dan sedikit mencolok karena pesonanya yang mudah untuk menjadi pusat perhatian banyak perempuan meski duduk di kursi roda.

Winter segera duduk di bangku kosong dekat pria itu, kaki Winter terangkat menumpang ke satu kakinya lagi dengan sedikit kesulitan.

Mata indah Winter melirik ke sisi, dia kembali melihat pria itu karena ketampanannya sedikit mencuri perhatiannya. Winter menyadari bahwa kemungkinan pria itu hanya memiliki jarak usia beberapa tahun lebih tua darinya.

Pandangan Winter tiba-tiba terjatuh pada jaket yang di kenakan pria itu.

“Bung” panggil Winter dengan alis sedikit terangkat.

Pria itu menengok dan menatap Winter dengan tatapan dinginnya.

Seketika Winter bergeser ke ujung kursi lainnya dan membuat mereka menjadi sedikit lebih dekat. Winter memeriksa ke sekitar untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar. Tubuh Winter mencondong dan menempatkan tangannya di sisi mulutnya, Winter langsung berkata, “Kau punya rokok?” bisik Winter dengan serius.

Pria itu langsung tercengang mendengar pertanyaan Winter yang tidak terduga. “Aku tidak merokok.”

Winter berdecih malas mendengar jawaban yang tidak dia inginkan terdengar, padahal kepalanya sangat suntuk butuh merokok.

“Kau tidak berbohong kan?”

“Meski aku memilikinya, aku tidak akan mungkin memberikannya pada anak di bawah umur.”

Kening Winter mengerut bingung karena pria itu mengetahui bahwa dia masih berada di bawah umur, dengan tenang Winter tersenyum miring meremehkan, “Bung, aku seorang mahasiswa.”

“Bukannya kau anak Sekolah Menengah Atas yang minggu kemarin ramai di perbincangkan?” Tanya balik pria itu dengan tatapan tajam tidak kalah meremehkan karena Winter sudah ketahuan berbohong kepadanya.

Senyuman Winter memudar, Winter sedikit gugup karena pria itu tahu bahwa minggu lalu Winter menjadi terkenal di sekolahnya karena dia menyatakan cinta kepada seorang pria lalu di balas dengan di permalukan.

“Dari mana kau tahu?”

“Aku, anak kepala sekolah tempat kau sekolah,” jawab pria itu dengan senyuman jahatnya.

To Be Continue..

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
udah ketemu cees wkkwkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status