Share

BAB 8: Keputusan Winter

“Mengenai Paula”  Winter mengalihkan pembicaraanya seketika “Apakah Kakak menyukai dia?.”

“Aku hanya menyukaimu,” jawab Vincent secepatnya.

“Bukan itu maksudku.” Winter memelankan laju treadmill, seluruh tubuhnya terasa basah dan panas, kakiya benar-benar sangat tersiksa kesakitan menahan beban tubuh yang terlalu besar saat berjalan.

Winter mengambil air dan menegaknya beberapa kali karena haus.

Kondisi tubuh Winter yang memiliki ukuran lambung besar membuat dia terus menerus merasakan perasakan lapar palsu, Winter mensiasatinya dengan minum air putih lebih banyak agar merasa kenyang.

Winter hanya akan makan dua kali sehari apapun yang terjadi, dia tidak akan mengkonsumsi apapun lagi menjelang malam selain air putih.

“Apakah Kakak menyukai pertemananku dengan Paula?” Winter memperjelas pertanyaannya.

Vincent mengerut bingung, selama ini dia selalu memantau pertumbuhan Winter dan mengetahui bagaimana sangat dekatnya Winter dengan Paula.

Jika boleh jujur, Vincent sangat tidak menyukai Paula, namun karena Winter sangat dekat dengan Paula, Vincent memilih diam saja.

“Biasanya kau akan marah jika aku membahas hal buruk tentang Paula” jawab Vincent bingung.

Winter mematikan treadmillnya dan perlahan turun, dia terduduk dengan napas kasar karena lelah. “Katakan saja dengan jujur.”

Kimberly benar-benar harus tahu seperti apa Paula di mata orang lain.

Vincent terdiam cukup lama, dia mengenal Paula sejak kecil karena ibunya Paula berteman dengan ibunya.

Setelah kecelakaan besar yang membuat Winter trauma dan amnesia, Paula adalah salah satu orang yang membantu membangkitkan Winter untuk kembali bersemangat dengan kehidupannya.

Paula selalu memberikan makanan manis untuk menghibur Winter yang bersedih, kebiasaan itu akhirnya membuat Winter menjadi ketergantungan kepada makanan hingga akhirnya Winter gemuk seperti sekarang.

Vincent senang Paula bisa mebuat Winter kembali bangkit, namun Vincent tidak suka karena semakin sering dan semakin lama adiknya bergaul dengan Paula, kepribadian Winter menjadi berubah tidak normal.

Vincent merasa cukup bimbang, dia sangat ingin menjauhkan adiknya dengan Paula. Namun di sisi lain, Winter yang tidak memiliki teman dekat selain Paula.

“Kakak, kenapa diam saja?” tanya Winter mendesak.

“Kau terlalu berlebihan dalam mempercayai Paula,” jawab Vincent terlihat ragu untuk berkata jujur karena terakhir kali Vincent berkata jujur, Winter marah kepadanya dan membela Paula.

“Lanjutkan.”

“Kau selalu melakukan apapun atas saran Paula, bahkan kau memaksa ayah untuk mempekerjakan ibu Paula sejak ayah Paula meninggal. Ayah tidak mau menerimanya karena ibu Paula pernah memiliki beberapa catatan buruk penggelapan dan meloby bisnis kotor perusahaan swasta. Tetapi, karena kau memaksa, akhirnya ayah mempekerjakan ibu Paula dengan jabatan yang bagus meski pekerjaannya tidak maksimal. Kau hidup dalam aturan orang lain, aku sangat berharap kau memiliki pendirian sendiri dan berhenti hidup di bawah aturan Paula.”

Winter terdiam dan mendengarkan baik-baik ucapan Vincent.

 Kini Winter sudah menemukan benang merah permasalahannya.

Melihat keterdiaman adiknya yang merenung membuat Vincent terlihat khawatir bahwa Winter akan marah lagi kepadanya. Vincent segera beranjak dan mendekati adiknya.

“Jangan marah kepadaku, aku tidak melarangmu berteman dengan Paula, aku juga tidak akan melakukan apapun selama kau bahagia,” ujar Vincent seraya menepuk bahu Winter.

“Aku tidak marah” jawab Winter dengan tenang.

Vincent tercekat kaget, jawaban Winter cukup menenangkan pikiran Vincent. Perlahan Vincent membuat napasnya dengan lega karena sepertinya perubahan Winter sekarang akan menjadi sedikit lebih baik dari sebelumnya.

***

Winter duduk di kursi belakang  dan menurunkan kaca jendela mobilnya untuk melihat Vincent yang kini berdiri di teras melambaikan tangannya terlihat tersenyum memaksakan meski khawatir melepaskan Winter pergi ke sekolah lagi.

Sikap Vincent sangat mirip seperti seorang  ibu yang khawatir dengan anaknya yang baru pertama kali akan pergi ke sekolah.

Pagi ini Winter akan pergi ke sekolah setelah beberapa hari menenangkan diri dan mempelajari keadaan yang memaksa jiwa Kimberly harus beradapatasi dengan situasi.

Selama menenangkan diri, jiwa Kimberly merasakan kehidupan yang sedikit membosankan karena Vincent terus memperlakukan dia seperti anak kecil selama berada di rumah.

Tubuh Winter boleh saja berusia tujuh belas tahun.

Namun sekarang  jiwa di dalam tubuh Winter adalah jiwa yang baru, dan jiwa itu milik Kimberly yang berusia dua puluh tujuh tahun.

Kimberly yang terbiasa dengan aktifitas yang padat, kini dia harus menahan diri dengan jiwanya yang memberontak, dia harus berusaha bersikap seperti anak tujuh belas tahun yang lugu dan polos.

“Nona Winter,” panggil Nai yang sedang fokus menyetir.  “Anda mau menjemput Paula?  Jika Anda belum menghubunginya, saya akan menelponnya.”

Winter yang terdiam sambil menopang dagu langsung melihat ke arah Nai. “Kenapa kita harus menjemputnya?” tanya balik Winter.

“Anda selalu menjemputnya setiap kali akan pergi sekolah bersama” jawab Nai  dengan datar. “Jika Anda dan Paula masih bertengkar, kita akan langsung ke sekolah saja.”

“Kita langsung ke sekolah saja” jawab Winter dengan tenang. Winter segera mengambil cermin kecil dari saku jass sekolahnya dan bercermin sejenak memeriksa penampilannya.

Kimberly memandangi tubuh dan wajah barunya yang beberapa hari ini dia tempati.

Kini Kimberly sedikit sedikit terbiasa dan tidak begitu setres lagi saat melihat fisiknya yang baru.

Bibir Kimberly bergerak tersenyum merasa sedikit puas karena wajah cantik Winter sudah cukup bagus meski hanya di polesi pelembab bibir, dan makeup yang membuat dia terlihat lebih segar, apalagi kini rambutnya menjadi lebih berkilau setelah menghabiskan setengah hari perawatan.

Kimberly menurunkan cerminnya lagi.

Kimberly yang berada dalam tubuh Winter itu sudah bertekad.

Dalam waktu setengah tahun dia akan berubah seratus persen dengan cara yang tepat, dia akan menghancurkan siapapun orang yang sudah berani memperalat dan memanfaatkan kebaikan, kepolosan dan keluguan gadis yang bernama Winter di masa lalu.

Kimberly membuang napasnya dengan berat kembali melihat ke sisi ketika mobil yang di tumpanginya perlahan berhenti karena lampu merah. Kimberly menurunkan kaca jendela mobilnya dan melihat ke atas gedung alun-alun kota yang menanyangkan berita.

Mata Winter terbelalak kaget, wajahnya sedikit memucat melihat berita mengenai tutupnya beberapa yayasan sekolah gratis yang dulu pernah di bangun olehnya Kimberly Feodora.

Kini, Yayasan itu tutup karena bangkrut.

Dulu, ketika Kimberly naik daun dan menjadi model yang mendapatkan bayaran yang fantastis, dia selalu menyisakan uangnya untuk membangun banyak sekolah dan yayasan.

Apa yang Kimberly bangun tidak sedikit.

Mungkin ada lebih dari seratus yayasan dan sekolah yang dia bangun.

Kimberly menyumbangkannya banyak uang untuk membangun sekolah agar dia bisa mendorong anak-anak kecil yang tidak beruntung untuk bisa menjadi sukses sepertinya.

Namun sepertinya  perjuangannya di masa lalu berakhir tidak baik karena kini yayasan yang dulu dia bangun harus tutup karena bangkrut.  Jika yayasannya bangkrut, maka sekolah-sekolah yang Kimberly bangun akan terkena imbasnya juga.

Winter mengerjap sedih.

Mobil kembali bergerak membuat Winter menaikan kaca mobilnya lagi.

Winter menautkan jari-jarinya dengan kuat merasa khawatir dengan masa depan anak-anak yang pernah dia bantunya.

To Be Continue..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status