Share

Berkunjung kerumah Orang Tuaku

Semakin hari tubuhku terasa lunglai, lemas dan letih seringkali menghampiriku. Namun aku tak berniat untuk mengutarakan tentang kesehatanku pada suamiku.

Aku takut hal ini mengganggu aktivitasnya.

Hari ini Mas Tama berangkat ke kantor lebih awal, karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Tut tut tut, aku mencoba menelpon suamiku.

"Assalamualaikum Mas, hari ini aku mau ke rumah Mama boleh?" tanyaku melalui telepon.

"Boleh dek, kamu hati-hati ya," jawab suamiku.

"Iya Mas, Assalamualaikum," ucapku menutup telepon.

Segera kulangkahkan kaki menuju kamar mengambil tas dan pashmina.

Kembali ku raih ponselku yang tergeletak di meja ruang tamu untuk menelpon mama dan memesan taksi online.

"Assalamualaikum Mah, Mama di rumah? Rina mau kesana," ucapku.

"Di rumah nak, mama tunggu ya," balas Mama.

Ku akhiri obrolan bersama Mama dengan ucapan salam.

Taksi yang aku pesan melalui aplikasi pun sudah datang.

"Ibu Rina?" tanya pengemudi taksi online tersebut.

"Iya Pak," kataku menatap Plat No untuk memastikan kebenaran kendaraan yang ku pesan.

Tak ada masalah pada taksi yang kupesan, akupun memasuki mobil.

"Pak jalan ya," pintaku.

"Baik Bu," jawab sang pengemudi.

Mobil mulai berjalan, aku tak sabar ingin berjumpa dengan wanita yang sudah melahirkanku.

"Bu sepertinya sedang macet," ucap Roni sang pengemudi.

"Macet kenapa Pak? Tumben jam segini macet," tanyaku.

"Kurang tahu Bu, di depan rame banget," kata Roni.

Terlihat seorang wanita berjalan dari arah keramaian mendekat menuju arah kami. Hatiku yang penasaran pun memberanikan diri membuka kaca mobil.

"Permisi mbak, di depan ada apa ya?Kok rame banget," tanyaku.

"Oh itu istri sah ketemu sama selingkuhan suami nya, terus adu mulut dan berantem," kata wanita itu.

"Oh gitu ya, makasih Mbak," ucapku.

Kututup kaca mobil kembali, keadaan mulai kondusif dan mobil mulai bisa berjalan meskipun merangkak pelan.

Akhirnya tiba juga di rumah Mama,

"Ini Pak, kembaliannya buat bapak aja ya," kataku.

"Terima kasih ya Bu," ucap Roni.

Di depan rumah terlihat Mama sudah menantiku.

"Assalamualaikum Mah," kataku memeluk Mama erat.

"Waalaikumsalam, masuk yuk Mama masak banyak biar bisa kamu bawa pulang juga." kata Mama.

Kami mulai memasuki pintu rumah dengan langkah bersamaan.

"Oh iya Rin, Papa nanya hasil pemeriksaan kemarin gimana? Mama juga penasaran," kata Mamaku

"Nah Rina kesini mau jelasin itu Mah," kataku lemas.

Lidahku seketika kembali kelu, tak tega hati ini mengungkapkan berita buruk untuk ibundaku.

"Jadi dalam rahim aku ada Miom, harus nyembuhin miom ini dulu," jawabku.

"Kamu yang sabar ya," kata Mama membelai kepalaku. Terlihat aura kesedihan dari raut wajah cantik Mama. Sesekali kutatap kedua bola mata beliau nampak berkaca-kaca.

"Mama akan carikan referensi pengobatan buat kamu," sambung Mama.

"Iya Mah," kataku mengangguk.

"Tama sudah tau," tanya Mama.

"Sudah Mah," jawabku meneteskan air mata.

"Udah jangan nangis, semua penyakit itu ada obatnya. Terus tanggapan Tama gimana?" tanya Mama lagi.

"Mas Tama bilang semua ada solusinya. Dan dia bilang mau cari info dokter yang bagus," kataku.

"Nah, kata Tama dan langkah yang diambil suamimu udah benar," kata Mama.

Aku hanya menganggukan kepala. Sedangkan Mama memegang erat tanganku seolah sedang menguatkanku.

"Rin, dhuha dulu yuk sayang," ajak Mama.

"Iya Mah," kataku.

Kami segera mengambil wudhu yang menuju mushola rumah kami.

Usai melaksanakan sunnah tersebut, kami berbincang di taman belakang.

"Oh iya Rin, mertua kamu gimana? Udah baikan?" tanya Mama.

"Belum lihat perkembangan beliau Mah, rencananya besok mau kesana," ucapku.

"Mama ada kenalan dokter syaraf, dia dulu praktek di Penang coba kamu bicara sama suami kamu." kata Mama.

Tak terasa suara adzan dzuhur berkumandang, waktunya kami melaksanakan sholat wajib.

"Sholat dzuhur yuk Mah," ajak.

Mama pun beranjak dari kursinya, kami kembali mengambil wudhu dan menuju mushola.

Selesai sholat, kami makan siang di taman belakan. Bi Inah asisten rumah tangga Mama membantu kami menyediakan makanan yang akan dibawa ke taman. Bi Inah sudah mengabdi di rumah ini sejak aku berumur dua tahun.

"Yang dibawa ke taman apa saja Bu?" tanya Bi Nah.

"Semuanya Nah, kamu nanti makan bareng kita di belakang ya," pinta Mama.

"Baik Bu," jawab Bi Inah.

Kami bertiga menyantap hidangan lezat yang sudah Mama masak.

Kami pun menikmati beberapa menu masakan western yang diolah Mama.

Perutku terasa penuh, begitu juga dengan yang lain. Kami menyudahi acara makan siang itu.

"Aku bantu beres-beres Bik," kataku.

"Nggak usah Non," tolak Bi Inah.

"Udah kamu istirahat aja Rin," potong Mama.

Aku dan mama masih menikmati suasana taman belakang yang asri. Sementara Bi Inah sibuk beberes dan bersih-bersih.

"Oh iya Mah, jangan bicara sama Papa dulu ya soal Kista ini," ujarku kepada Mama.

"Iya Rin, kamu yang kuat ya," pinta Mama.

"Yuk nonton Televisi," ajak Mama.

"Ayo Mah," kataku beranjak.

Kami menonton acara semacam kajian Islam yang pembahasan kali ini tentang perselingkuhan dan poligami.

Tak terasa mataku mendadak berat, akupun tertidur di depan televisi.

Suara adzan Ashar mulai berkumandang, Mama segera membangunkanku.

"Rin bangun, mandi terus sholat yuk," ajak Mama.

"Aku pun bergegas menuju kamar mandi dan mengambil baju ganti dari dalam tas jinjing.

"Mah, sholat bareng yuk," kataku.

"Mama udah sholat Rin," jawab Mama.

"Yaudah aku sholat dulu ya Mah," ucapku.

Setelah selesai sholat aku berpamitan kepada Mama untuk pulang.

"Mah, Rina pulang dulu ya," pamitku.

"Iya, Mama anter kamu ya," ucap Mama.

"Nggak usah Mah, nanti Mama capek" tolakku.

"Mama sekalian mau ke swalayan," imbuh Mama.

"Jangan lupa bawa lauk ya Rin, udah disiapin sama Bi Inah," kata Mama.

"Ini Neng," ucap Bik Nah memberikan beberapa rantang berisi makanan.

Aku terpaksa mengiyakan permintaan Mama, sepanjang jalan menuju rumahku kami habiskan dengan mengobrol.

Mobil Mama terhenti di depan rumahku, aku pun segera turun.

"Mama ayo mampir," ajakku.

"Sudah sore Rin, bentar lagi Papa sama suami kamu pulang," tolak Mama.

Aku pun hanya mengangguk.

"Mama balik ya," kata Mama memutar balik mobilnya.

Setelah mobil mama menjauh dari gerbang, kaki ku melangkah memasuki rumah.

Dua jam lagi suamiku pulang, aku membersihkan rumah dan menaruh rantang di meja makan. Tak ada kegiatan yang aku lakukan setelah nya. Tanganku pun mulai usil membuka media sosial, tak hanya di kajian yang sedang viral membahas isu perselingkuhan. Di media sosial pun sedang ramai dibicarakan.

Tak terasa langit menggelap, suara mobil dan langkah kaki suamiku mulai terdengar.

"Assalamualaikum," ucap suamiku.

"Waalaikumsalam," jawabku mencium tangannya.

"Mas makananya sudah ada di meja makan,baju mas udah aku siapin, habis mandi dan sholat kita makan ya," kataku memanja.

"Iya sayang," ucap mesra suamiku.

Ia pun bergegas ke ruang belakang. Aktivitas malam kami berlangsung seperti biasa hingga fajar tiba.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status