Share

Rencana Berlibur

Hari ini aku berniat menemui Raya di panti asuhan. Namun aku masih ragu untuk meminta izin kepada suamiku. Disisi lain jiwaku berkecamuk ingin segera mendapatkan jawaban, entah nantinya akan mengecewakan atau membahagiakan yang pasti aku ingin segera menemukan kepastian.

"Pagi sayang, kamu kenapa kok bengong? " sapa suamiku kala melihatku termangu di teras.

"Mas Tama sejak kapan disini?" tanyaku kaget.

"Baru saja, tadi aku nyari kamu di belakang tapi tidak ada. Kamu kenapa dek , kok sepertinya ada yang sedang dipikirkan?" tanya suamiku lagi.

"Engga apa-apa Mas, aku tadi cuma sekedar melamun saja," ucapku.

Terpaksa aku memendam dan tak mengutarakan apa yang ada di benakku. Hal tersebut sengaja kulakukan untuk menjaga perasaan suamiku yang mungkin masih syok dengan permintaanku untuk dimadu.

"Kamu yakin tidak apa-apa sayang? Tapi aku lihat kamu tidak seperti biasa Dek?" desak Imamku.

"yakin Mas, Mas hari ini ke kantor jam berapa? Jam segini kok belum siap-siap?" tanyaku.

"Aku hari ini dirumah saja dek, pengen nemenin kamu," ucap Mas Tama menatapku.

"Kok tumben banget Mas? Hehe," candaku.

Mendengar canda dariku, suamiku pun memandang wajahku dengan melemparkan senyuman.

"Kamu hari ini pengen kemana Dek? Nanti aku temenin?" tanya suamiku.

Sebenarnya ingin sekali ku utarakan niatku untuk bertemu Raya. Tapi kembali ku urungkan niatku itu, aku berusaha untuk tak mengedepankan ambisiku berburu istri baru untuk suamiku.

"Aku pengen dirumah aja mas, menghabiskan waktu berdua sama kamu," kataku.

"Beneran? Dek minggu depan kita liburan ke Bali mau?" tanya suamiku.

"Kerjaan kamu nggak apa-apa mas kalau ditinggal?" tanyaku.

"Semua sudah aku pasrahkan sama sekretaris aku Dek," jawabnya lembut.

Entah apa yang membuat suamiku tiba-tiba mengajakku berlibur disaat pekerjaannya sedang padat.

"Oke Mas, rencana berapa lama kita disana?" tanyaku lagi.

"Seminggu Dek, hari ini kita ke rumah orang tua kita buat izin dulu. Jadi minggu depan tinggal berangkat ke Bali," ucap Mas Tama.

Aku pun mengangguk menyetujui saran yang diberikan oleh imamku itu.

"Yaudah kita siap-siap dulu yuk, biar nanti nggak kesiangan jadi pulangnya biar nggak terlalu malam," ucap Mas Tama.

"Baik Mas," ucapku.

Aku segera beranjak dari teras untuk bersiap mengikuti saran suamiku. Kulangkahkan kakiku menuju kamar, kemudian ku ulurkan jilbabku dan ku poles sedikit lipstik dibibirku.

"Mas aku sudah siap, kita berangkat sekarang?" ucapku menghampiri Mas Tama di ruang Tamu.

"Iya Dek, kita berangkat sekarang yuk," ajak suamiku.

Kami segera menuju garasi mobil yang terletak di sudut sebelah kanan rumah kami. Suamiku mengemudikan mobil dengan santai.

"Dek, kita mampir ke warung makan langganan kita ya. Mas kangen pengen makan rendang disana," ajak suamiku.

"Iya Mas, aku juga kangen rendangnya sudah lama nggak mampir di warung makan itu," jawabku.

Beberapa menit kemudian Mas Tama memberhentikan mobilnya di parkiran warung makan langganan kami.

Aku dan suamiku segera memasuki warung makan dan memesan dua porsi rendang sapi.

"Bu saya pesan rendang dua sama es jeruk dua ya," ucap Mas Tama.

"Baik Pak, nasinya sedikit seperti biasa?" tanya Ibu Siti. Beliau merupakan pemilik warung makan ini Dan sudah hafal dengan makanan Yang sering kami pesan.

"Iya Bu," jawab suamiku.

"Iya Pak, silahkan duduk dulu ya," ucap Bu Siti.

Suamiku kembali menghampiriku di meja warung yang aku pilih, dan ia duduk di sampingku. Tak berapa lama Bu Siti menghampiri kami dengan membawa nampan Yang berisi pesanan kami.

"Silahkan Bu, Bu Rina diet ya kok kurusan?" ucap Bu Siti.

"Iya Bu, kok Bu Siti yang mengantar makanannya? Pelayannya kemana?" Tanya balik suamiku.

"Lagi pada pulang kampung Pak, silahkan," ucap Bu Siti.

Sepertinya Mas Tama sengaja mengalihkan pertanyaan Bu Siti dengan balik bertanya supaya aku tidak kepikiran dengan keadaanku.

Kami segera menyantap hidangan yang tersaji di meja, suamiku terlihat lahap menyantap masakan Bu Siti.

"Alhamdulillah kenyang," ucap Mas Tama.

Kulihat tak ada nasi yang tersisa dipiringnya.

"Sudah habis Mas, lapar ya?" tanyaku meledek.

Suamiku membalas ledekanku dengan cubitan ringan di pipiku. Setelah nasi di piringku juga nampak tak bersisa, suamiku segera membayar pesanan kami.

"Berapa Bu?" tanya Mas Tama.

"Empat puluh lima ribu Pak," jawab Bu Siti.

"Ini uang nya ya Bu, kembalian nya tolong masukan kotak amal aja," ucap suamiku menunjuk kotak amal di salah satu meja di warung tersebut.

"Baik Pak, terima kasih ya," ucap Bu Siti.

Aku dan suamiku pun meninggalkan warung Bu Siti dengan merekahkan senyum dari wajah kami.

Suamiku segera mengemudikan mobil pribadinya dengan santai. Tak berapa Lama tibalah kami di rumah orang tuaku, asistan rumah tanggaku segera membuka gerbang kala mengetahui kedatanganku.

"Assalamuaikum," ucapku memberi salam kala memasuki rumah.

"Waalaikusalam Non," jawab Bi Nah.

"Kok sepi Bi, mama sama papa kemana?" tanyaku.

"Ibu sama bapak sedang ke Bandung Non, lusa katanya baru balik dari sana," jawab Bi Nah.

Mendengar jawaban yang terucap dari bibir wanita yang sudah mengabdi puluhan tahun untuk keluargaku itu, aku serta suamiku segera memutuskan untuk segera berpaling dan menuju rumah Mas Tama.

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu kami pamit dulu Bi," ucapku.

"Mari Bu," sambung suamiku.

"Iya Mas, hati-hati ya," ucap Bi Nah.

"Iya Bi," jawabku.

Kami segera melangkah menuju mobil untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju istana suamiku. Lima belas menit kemudian, sampailah kami di depan pagar mewah rumah Mas Tama.

Terlihat Mbak Rara Dan Mbak Wulan sedang mengobrol di teras. Keduanya segera membukakan pagar untuk kami.

"Tumben kalian kesini nggak ngabarin dulu," kata Mbak Wulan.

"Iya Mbak, mendadak Mas Tama ngajak kesini pengen ketemu mama sama papa," jawabku.

"Ada apa kok mendadak?" tanya Mbak Wulan lagi.

"Ayo masuk dulu," potong Mbak Rara.

Kedua kaki kami segera melangkah memasuki rumah Dan tak lupa kami ucapkan Salam saat memasuki rumah. Nampak mama dan papa sedang berada di ruang tengah, keduanya terlihat sedang bercengkrama.

"Mah Pah," sapa suamiku mencium kedua tangan orang tuanya. Aku pun tak lupa mengikuti langkah suamiku mencium kedua tangan mertuaku.

"Kalian kok tumben siang-siang kesini, nggak ngabarin lagi. Ada yang penting Tam?" tanya Mama.

"Enggak Mah, jadi rencana Tama mau minta izin. Kami akan pergi berlibur ke Bali minggu depan." jawab Mas Tama.

"Oh begitu, Mama kira kenapa," ucap Mama tersenyum.

Mendengar jawaban Mas Tama semua anggota keluarga kami hanya tersenyum.

"Iya Tam sekalian second honeymoon," canda Mbak Rara.

"Iya biar cepat hamil," sahut Mbak Wulan sinis.

Ucapan Mbak Wulan tersebut seketika membuat hening ruangan ini, telinganku juga terasa tak nyaman mendengar pernyataan yang keluar dari bibir iparku itu. Akupun bingung dengan sikapnya yang mendadak kaku, mungkin karena ia tak suka dengan keputusanku untuk mencari madu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status