Share

Bab 2. Tuan jangan hukum aku

Satu hari satu malam Helena terkurung di dalam gudang tanpa makan dan minum. Ia sudah berkali-kali mendobrak pintu dengan sekuat tenaga dan berteriak meminta tolong. Tetapi tidak satupun yang mendengar dan membuka pintu. Helena hanya bisa pasrah dan berdoa di dalam sana untuk meminta pertolongan dari yang kuasa.

Rasa lelah membuat Helena tertidur di dalam gudang hanya beralaskan kain bekas yang sudah tidak digunakan lagi. Matanya baru saja terpejam, tetapi tiba-tiba telinganya mendengar suara pintu terbuka. Ia refleks membuka mata untuk melihat siapa yang datang. Tetapi wajahnya kembali kesal setelah melihat Michella berdiri di bibir pintu.

"Hay, bagaimana tidurmu satu malam ini ? Apa kamu merasa nyaman bersama para tikus dan kecoak ?" ucap Michella untuk mencibir Helena. 

"Dasar wanita gila" Helena bangkit dari lantai, ia melangkah menuju pintu, tetapi langkahnya terhenti karena seorang pria bertubuh tinggi dan gagah berdiri di bibir pintu untuk menghalanginya ke luar. 

"Nyoya tidak bisa ke luar" ucap pria itu sambil menghalang pintu.

"Minggir jika kamu tidak ingin menyesal seperti mereka" ancam Helena.

Pak...pak...pak... Michella bertepuk tangan "kamu benar-benar sudah berubah Helea. Dulu kamu tidak berani untuk membuka mulut, tetapi sekarang kamu justru mengancam semua orang yang ada di rumah ini" ucapnya sambil tersenyum sinis.

"Kalian benar-benar tidak waras" sentak Helena.

"Tutup mulutmu wanita jalang"  sentak Michella dengan nada yang tidak kalah tinggi "aku akan memberikan pelajaran yang lebih dari itu" ancam Michella sebelum ia meninggalkan gudang.

Helena berusaha untuk ke luar, tetapi tubuhnya terjatuh di atas lantai karena pria yang bertubuh tinggi itu mendorongnya dengan kasar.

"AW...." Jerit Helena ketika bokongnya terhempas dengan kasar di atas lantai marmer. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk ke luar dari sana. Tenggorokannya yang terasa pedih akibat kering karena tidak minum satu hari satu malam, memaksanya untuk meraih botol air mineral yang diletakkan Michella di atas meja yang penuh debu.

................

Tepat pukul 1 malam, Helena mendengar seseorang membuka pintu, tetapi ia tidak peduli, karena yang ada di dalam pikiran saat ini, pasti Michella yang datang untuk menghina dan mencibirnya. Jadi lebih baik ia berpura-pura tidur dari pada mendengar ocehan wanita tidak waras itu.

"Nyonya, nyonya, apa anda sudah tidur" ucap seorang wanita.

Helena membuka mata dengan lebar, ia bangkit dari lantai "kamu siapa ?" Ucapnya.

Wanita itu menghela napas dengan kasar "bagaimana kamu bisa melupakanku nyonya, sementara selama ini hanya akulah tempatmu mengadu dan berbagi duka" ucap wanita itu.

*Ya Tuhan, apa semua penghuni rumah ini sudah gila ? Mengapa mereka bersikap seolah-olah sudah lama mengenalku* ucap dalam batin Helena. 

"Nyonya makan dulu, aku sudah membawa makanan kesukaan anda" ucap wanita paruh baya itu sambil menaruh kotak makan di hadapan Helena.

Mata Helena membulat saat membuka kotak makanan dan melihat isinya adalah sayur-sayuran yang ditaburi dengan kuah kacang. Jangankan makanan kesukaannya, melihatnya saja belum pernah, di Amerika ia belum pernah melihat makanan seperti itu. Tetapi rasa laparnya yang sudah menusuk hingga ke jantung ! Membuat Helena terpaksa memakannya dan menghabiskannya walaupun rasanya terasa asing di lidahnya. Dari pada mati kelaparan, lebih baik menikmati apa yang ada, yang penting bisa mengganjal perut dan menambah tenaga. Itulah yang ada di dalam pikiran Helena saat ini. 

"Nyonya kenapa kembali lagi ke sini ? Anda kan sudah tahu kalau nyonya Michella dan nyonya Saras tidak suka kepada nyonya dan mereka selalu menyiksa anda setiap hari. Apa yang anda harapkan kembali ke rumah ini ? Tuan saja tidak pernah memperlakukan anda sebagai istrinya" ucap wanita itu.

Helena menghentikan gerakan mulutnya yang sedang mengunyah makanan. Ia terkejut dengan ucapan wanita yang ada di hadapannya. "Ta....tapi...." Helena tidak melanjutkan kata-katanya karena wanita itu menyelanya.

"Tidak ada tapi-tapian, kembalinya anda ke rumah ini hanya untuk menyiksa diri" ucap wanita itu "maaf jika aku sudah tidak bersikap sopan kepada nyonya. Tetapi sebaiknya nyonya segera pergi dari neraka ini" lanjutnya.

"Hm..." Sahut singkat Helena sambil menganggukkan kepala. Tadinya ia ingin mengatakan tentang dirinya yang sebenarnya kepada wanita itu, tetapi Helena mengurungkan niat karena ia penasaran apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu.

"Sekarang Rati pergi dulu. Nanti aku akan membantu nyonya untuk ke luar dari sini" ucap pelayan itu sebelum meninggalkan Helena.

Tidak lama wanita yang bernama Rati itu ke luar dari sana, tiba-tiba seseorang membuka pintu gudang. Helena memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia bisa melihat dengan jelas kalau yang masuk dari pintu itu adalah seorang pria yang bertubuh tinggi, gagah, dan pria itu terlihat berpakaian formal, seperti orang yang baru kembali dari kantor. Tanpa rasa ragu, Helena berlari dan memeluk pria itu dengan erat, ia sudah tidak ragu lagi kalau pria yang ada di pelukannya saat ini adalah tuan rumah ini.

"Tuan, aku merindukanmu" ucap Helena sambil memeluk Richard dari belakang.

"Kamu siapa ?" Ucap Richard sambil berusaha melepaskan kedua tangan Helena yang melingkar di dada bidangnya. Ia menarik tangan Helena hingga berdiri tepat di hadapannya.

"Kamu" ucap Richard.

"Tolong aku tuan. Nyonya Michella dan nyonya Saras mengunciku di sini" ucap Helena dengan berpura-pura menagis untuk menarik simpati Richard.

"Kapan kamu kembali ke rumah ini ? Dan kenapa kamu kembali lagi ? Aku kan sudah mengatakan kepadamu, kalau aku tidak mencintaimu, sama sekali tidak mencintaimu" sentak Richard dengan nada yang tinggi. Ia benar-benar kesal melihat Helena ada di sana.

"Aku datang untukmu tuan" sahut Helena.

"Cukup Helea, jangan membuatku semakin kesal" sentak Richard sambil mencengkram pergelangan tangan Helena dan membawanya ke luar dari sana.

Saat Richard menyeretnya menuju lantai dua mansion megah itu, Helena melihat Rati bersembunyi di balik Gucci yang ada di dekat tangga. Helena melemparkan senyum dan mengedipkan mata tanda mengucapkan terima kasih. Ia tahu kalau yang membuat Richard datang ke gudang itu adalah Rati.

"Tuan jangan hukum aku" mohon Helena sambil meronta untuk melepaskan tangannya dari genggaman Richard. Ia berpikir kalau Richard akan menghukumnya, tetapi ternyata apa yang ada di dalam pikirannya adalah salah. Richard justru membawanya ke sebuah kamar yang cukup luas dengan furnitur yang cukup mewah sama seperti kamar pribadinya di Amerika.

"AW...." Jerit Helena saat Richard melemparkannya dengan kasar ke atas tempat tidur.

"Malam ini tidurlah di sini" ucap Richard dengan wajah yang dingin sambil membuka arloji dari pergelangan tangannya "tapi ingat ! Sebelum tidur bersihkan tubuhmu terlebih dahulu" lanjutnya yang membuat Helena menelan salivanya dengan kasar. Pikirannya sudah melayang-layang entah ke mana saat mendengar Richard menyuruhnya untuk membersihkan tubuhnya.

"Hm.." sahut Helena dengan menganggukkan kepala.

Ia baru saja bangkit dari tempat tidur melangkah menuju kamar mandi, tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar.

"Sayang, kenapa kamu membawanya tidur di kamar ini ?" Protes Michella yang baru masuk dari pintu.

"Itu bukan urusanmu" sahut Richard dengan santai.

"Sayang, dia itukan bukan istri kamu lagi". 

Richard memutar tubuhnya dan menatap Michella dengan tajam "pergi dan tinggalkan kamar ini" ucapnya dengan penuh penekanan. Sementara Helena hanya diam dan tertunduk sambil menyimak ucapan antara Richard dan Michella.

*

*

*

*

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status