Share

Pelajaran untuk Heri

5. SUAMI DAN MERTUA TAK TAHU AKU BANYAK UANG

 

Mohon dukung cerbungku dengan cara klik SUBSCRIBE DAN RATE BINTANG LIMA sebelum membaca.

 

 

Pelajaran Untuk Heri

 

"Maksudnya kamu ga akan kasih nafkah lagi sama aku, Mas?" tanyaku biasa saja.

 

Dalam hati mencoba mengontrol emosi, percuma marah-marah dan protes pun takkan di dengar, yang harus kulakukan adalah memberi mereka pelajaran agar merasa jera.

 

"Ya engga gitu maksudnya, kamu tetep dikasih makan kok, cuman bedanya kali ini Ibu yang pegang keuangan," jelas Mas Heri santai.

 

"Lagian uangnya juga ga dimakan semua sama Ibu, sebagian mau Ibu tabung buat renovasi rumah, apa kamu ga malu punya rumah butut begini, tuh lihat rumah Rista megah dan mewah," sahut ibu sambil mengunyah.

 

"Kecuali, kalau kamu mau ngasih motor baru itu buat aku, baru deh berubah fikiran," ungkap Mas Heri.

 

Oh ternyata ini sebuah ancaman, jadi ingin terbahak rasanya, siapa juga yang mau menyerahkan motor baru demi sejumlah uang bulanan yang ga seberapa.

 

Aku berfikir sejenak lalu terlintas sebuah ide cemerlang, mungkin dengan cara mengalah maka aku bisa memberikan mereka pelajaran biar tahu rasa.

 

"Ya sudahlah kalau itu mau kamu," jawabku santai.

 

Ibu terlihat saling memandang dengan putra pertamanya, lalu bibir merah ibu melengkung membuat sebuah senyuman penuh kemenangan, padahal sejatinya itu hanya awal dari pembalasanku saja.

 

Biarlah ibu merasakan sendiri bagaimana pusingnya mengatur keuangan yang sedikit sedangkan kebutuhan begitu banyak.

 

"Ok, mulai gajian sekarang ya gajimu kasih ke Ibu."

 

Mas Heri mengangguk, dasar ga punya prinsip.

 

*

 

Hari ini waktunya Mas Heri gajian, aku hanya menelan ludah saat melihatnya memberikan sebuah amplop coklat pada ibu, benar ternyata semua gajinya diberikan.

 

"Loh kok jumlahnya kurang 200ribu sih?" tanya ibu sambil menghitung lagi uang yang ada di tangannya.

 

"Iya kemarin aku kasbon buat beli rokok, minta sama Amira ga dikasih," jawabnya sambil mendelik ke arahku.

 

"Ngapain dikasih kamu saja ga mau ngasih aku uang lagi 'kan," selaku dengan tatapan menantang.

 

"Dasar perhitungan!" tegas Mas Heri.

 

"Dasar pelit! Duitmu ga bakal berkah kalau pelit sama anak istri," balasku tak mau kalah.

 

Mereka berdua memandangku dengan tajam, karena capek habis jualan maka aku segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

 

Keesokan harinya.

 

"Amiraaa! Amira!" 

 

Terdengar suara Mas Heri teriak-teriak, aku berjalan dengan santai menghampirinya.

 

"Apaan sih?" 

 

"Kok ga ada makanan? jangan males kamu ya." Mas Heri mendelik lalu meletakkan tudung saji ke meja dengan keras.

 

"Masak apa sih uangnya 'kan dipegang ibu kamu, gimana mau belanja apalagi masak," jawabku ketus.

 

Aku berjalan menuju kulkas butut kami lalu membukanya.

 

"Tuh di kulkas aja ga ada makanan ataupun sayuran, gimana mau masak," cetusku, Mas Heri terlihat jengkel.

 

"Padahal saat keuangan aku yang pegang kulkas selalu terisi oleh sayuran, daging atau aneka camilan dan minuman, lah sekarang setelah dipegang ibu cuma ada air putih dingin." Aku terkikik

 

Rasain kamu, Mas! Ini baru satu hari gajimu dipegang ibu, gimana sebulan mungkin bisa kurus kering dia karena kekurangan makanan.

 

"Terus Ibu mana? kenapa ga belanja pakai uang kamu saja sih, atau beli makanan apa kek yang udah jadi," gerutunya memprihatinkan.

 

"Ibu keluar tadi ga tahu mau ke mana, aku ga ada uang buat beli makanan, suruh siapa gajimu diberikan semua sama ibu, kelaparan 'kan jadinya," cerocosku lalu pergi ke kamar.

 

Di tempat berukuran empat kali empat meter ini aku terbaring rebahan dan merasa puas menyaksikan penderitaan Mas Heri, lalu membuka ponsel sambil santai untuk melepas rasa lelah.

 

Saat membuka akun efbe aku terkejut dengan status yang ibu buat, ia mengunggah makanan enak yang sepertinya disajikan di sebuah restoran, tak hanya itu ia juga upload potonya sendiri yang sedang belanja di sebuah toko baju yang terkenal di kota ini.

 

Waah, sepertinya Poto ini akan menjadi kompor untuk membakar hati Mas Heri, dia pasti akan kesal melihat ibunya foya-foya sedangkan dirinya menderita menahan lapar di rumah.

 

Kalau aku dan dan Nasya sih sudah kenyang karena tadi sebelum pulang mampir dulu di warung soto Lamongan.

 

"Lihat nih, Mas, ibu kamu lagi di mana?" kuperlihatkan layar ponsel yang memperlihatkan sebuah poto ibunya yang sedang makan enak dengan berbagai menu menggugah selera.

 

Mata Mas Heri membelalak.

 

"Dia lagi makan di restoran, sementara kita di rumah kelaparan ga ada makanan, enak banget ya jadi ibu bisa nikmati gaji kamu sesuka hati," ujarku lagi mengompori.

 

"Kamu tuh ya jadi laki kok ga punya prinsip, mau aja ditindas ibu sendiri, kasihan banget sih."

 

Aku menyeringai semanis mungkin, sedangkan Mas Heri terlihat sekali menahan rasa jengkel.

 

"Kamu masak sekarang, apa ajalah yang ada masak yang penting ada makanan," titahnya dengan ketus.

 

"Tapi Ibu belum belanja, Mas, beras ga ada, telor ga ada bumbu dapur juga ga ada, mau masak apa?" ujarku santai.

 

"Ya ampuun, pakai uangmu dulu pelit banget sih."

 

Tanpa mendengarkan jawabanku ia melangkah begitu saja ke kamar mandi, terdengar ia mengumpat tapi aku tak bisa mendengar dengan jelas ocehannya.

 

Terpaksa aku ke warung untuk membeli mie instan, makanan yang paling tidak disukai suamiku, mudah-mudahan saja dengan cara begini ia bisa sadar dan menghargai jerih payahku yang selama ini sering menutupi kekurangan nafkahnya.

 

Saat pulang ke rumah terlihat sendal ibu teronggok di teras, rupanya wanita itu sudah pulang. Dari arah pintu terdengar suara keributan antara Mas Heri dan ibunya.

 

"Ibu ga foya-foya, Heri, tadi tuh cuma poto-poto aja di toko baju, dan makanan yang diunggah ke efbe itu dapet nyomot dari g****e, kamu tuh ya kaya ga tahu aja Ibu kaya gimana." Terdengar suara ibu membela dirinya sendiri.

 

Aku cepat masuk menghampiri meraka.

 

"Kamu nih pasti sudah hasut Heri yang engga-engga." Ibu menunjuk wajahku dengan bringas.

 

Di meja terlihat beberapa kantong kresek hitam, sepertinya itu sayuran dan kebutuhan lainnya.

 

"Ibu tuh abis belanja keperluan rumah, bukan belanja buat diri sendiri, Heri," sanggah ibu.

 

Tiba-tiba aku melihat secarik kertas yang menyembul dari dalam tas ibu, tanpa fikir panjang segera kutarik saja lembaran kertas itu.

 

"Lah ini struk belanjaan toko Tiara Busana 'kan? dan ini juga struk dari restoran, kok bisa di tas Ibu." Aku mengangkat dua lembar kertas kecil itu setinggi wajah, ibu terlihat gelagapan.

 

Mas Heri merebut lembaran kertas di tanganku lalu membacanya.

 

"Lihat Mas, Ibu belanja gamis, dua buah daster, kerudung, baju tidur sama daleman, totalnya 850ribu. Belum makan di restoran 150ribu, wihh Ibu abis shoping nih, padahal Mas Heri kelaperan di rumah karena Ibu belum belanja kebutuhan dapur," celetukku membuat panas suasana.

 

"Hampir satu juta loh Ibu abisin duit, katanya mau ditabung gimana sih," lanjutku lagi.

 

Mas Heri menatap wajah ibu dengan penuh amarah.

 

"Emm ... Heri itu struk belanjaan Bu Kesih tadi kita belanja bareng bukan punya Ibu, lihat aja tuh di kresek ada ga belanjaan Ibu, dan kamu Amira jangan ngomong yang engga-engga ya!" 

 

Setelah diperiksa oleh Mas Heri benar ternyata baju-baju yang tertera di struk belanjaan itu memang tak ada, lalu disimpan di mana? orang tua ini cerdik juga ternyata.

 

"Bener 'kan ga ada?" Ibu menyeringai menatapku.

 

"Bu Ninik! Assalamualaikum." Terdengar suara ibu-ibu mengucap salam di depan.

 

Kami semua langsung keluar menghampirinya sambil menjawab salam, ternyata dia Bu Kesih, kebetulan.

 

"Saya mau ngasih belanjaan punya Bu Ninik, barusan sodara nelpon katanya bapak mertua meninggal jadi saya sekeluarga mau pergi sekarang, sudah pasti kita nginep di rumah mertua, saya balik dulu ya, Bu," ucap Bu Kesih lalu pergi.

 

Mas Heri segera merampas plastik warna putih berlogo sebuah toko pakaian itu, ternyata benar di dalamnya ada beberapa baju baru.

 

 

Bersambung

 

 

Kasih like, komen dan follow akunku.

 

 

Komen (19)
goodnovel comment avatar
Salasiyah Aura
rasa ingin lanjut membaca terbawa suasana cerita
goodnovel comment avatar
Nazarila Abdullah
Iya lanjut kak
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
kisahnya mulai menggigit ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status