Banyu keluar lebih dulu ke dalam kabin, Rock masih terduduk di sana dengan mata hampir tak bisa terbuka lagi."Tidurlah, aku akan gantikan." Ucapnya pada Rock, lelaki itu berdiri dan berpindah posisi ke belakang, menyandarkan tubuhnya pada kursi yang lebih lega."Aku masih ada di jalur yang benar, kemudikan saja begitu, mungkin beberapa jam lagi kita sampai di darat." Ucap Rock dengan suara sedikit meracau.Banyu hanya tersenyum tipis menyadari kantuk menguasai sahabatnya itu. "Tidur saja di dalam, aku akan Pastika semua aman." Ucap Banyu lagi, namun Rock sudah tak mendengar, dengkurannya halus sudah menemani tidurnya yang lelap.Banyu kembali menatap ke laut, semalam benar-benar membuatnya ketakutan, matanya yang bening seolah menelisik arah mana dirinya dan yang lain datang semalam."Cari sesuatu?" Sky masuk degan semangkuk mie dalam sterofom, aromanya membuat perut banyu serasa meronta."Baru buat?" Tanya banyu."Ya, di belakang ada, air panas yang aku buat juga masih, bikin saja s
Kanaya begitu marah mendengar kabar pelarian Banyu, dia sudah berbuat banyak sejauh ini, namun justeru kebodohan demi kebodohan dia dengar."Tolol kalian semua!" Teriaknya kesal di ruang sunyi tempatnya bersembunyi.Panggilan dari Philip tak lagi di gubrisnya, Kanaya merasa semua sudah berakhir sekarang. "Aku benci pada Kalian semua!" Teriaknya lagi, bayang wajah Banyu semakin membuat hatinya tercabik dan nyeri.Mencoba perbikir jernih bagaimana dia akan menemui Banyu sekarang, Kanaya berjalan keluar ruangan, berusaha tersenyum pada beberapa orang staf nya di luar, Kanaya berjalan menuju lif."Ada apa lagi Naya?" Khan menarik tangan adiknya itu.Kanaya menatap Khan dengan kesal, berusaha melepaskan tangan kakaknya."Aku ada urusan.""Soal Banyu lagi?" Khan bertanya, setelah pertengkaran dengan adiknya tempo hari, Khan mencoba kembalu memberikan kesempatan."Bukan, aku harus pergi menemui temanku!" Ucapnya dingin lalu meninggalkan Khan di depan Lif.Kanaya turun ke lanti dasar, ingin
Sky yang melihat itu tersenyum, dia tau Banyu akan punya cara membawaanya pergi. Ya, Tali itu di ayun Terus agar ujungnya bisa mendekati Sky. beberapa kali ayunan membuat ujungnya lebih dekat ke arah Sky, dirinya mencoba meraih namun masih belum tergapai."Kamu harus lompat!" Teriak Banyu, dipa merasakan angin terlalu kuat sekarang."Lompat Sky!" Banyu merasakan ombak mulai tinggi menghantam"Kompat? sekarang?""Tahun depan, sekarang lah!" Ucap Banyu kesal, kapal terbakar itu mulai tenggelam dan Sky masih juga ragu untuk meninggalkan nya.Sky melihat air laut semakin dekat, jika dia gagal melopat, artinya takk ada lagi kesempatan, tali kapal tak cukup jika harus menyentuh lautan dan jangkar tak bisa di keluarkan dengan segera, sementara gulungan awan hitam mulai terlihat di atas mereka."Kenapa cuaca tiba-tiba berubah mbak?" Anik panik melihat badai akan segera datang."Tidak tiba-tiba, awan itu sudah bergelantung di atas kita sejak pagi hanya saja tidak sebesar ini.""Sky, lompat!" T
"Din, Siapkan baju-bajuku, besok ada tugas luar kota"Aku mengambil tas kerja ditangan Mas Haris. Meletakkan sepatunya dirak dekat pintu dan mengikutinya kekamar."Berapa hari mas?""dua hari, minggu malam mungkin aku sudah pulang.""Kenapa setiap libur selalu ada tugas luar kota sih mas?""Mau bagaimana, aku kan bawahan! Memangnya kamu nggak tau, aku kerja juga buat menghidupi kamu!" Ucapnya penuh penekanan lalu berjalan mengambil handuk kering di rak ujung kamar, Mas Haris masuk ke dalam kamar mandi.Aku mendengus kesal dan mengambil koper kecil di sudut kamar kami. Aku mulai menata beberapa kemeja dan celana kain, pakaian dalam dan baju santa lalu mengambil tas perlengkapan mandi di atas lemari dan memasukkannya pada koper bagian depan. "Kenapa susah sekali sih?" Aku bergumam sendiri.Kembali ku coba memasukkannya, tas kecil yang kubawa tak juga mau masuk, seperti ada
Aku mulai mengusap layar HP mas Haris. Rupanya Tersandi, aku tersenyum kecut dan berjalan ke arah dapur. Kuambil kunci di bawah Oven, lalu membuka lemari paling ujung dan mengambil kotak pipih yang terselip di antara Loyang kue dan peralatan dapur lain.Kubawa benda itu kemeja makan, membuka bungkus plastik dan tas yang menutupinya. Sebuah laptop dan dua ponsel tersimpan di dalamnya. Aku menyalakan laptop dan sebuah kabel USB kusambung pada ponsel mas Haris. "Mari beraksi!" Ucapku pelan mulai membuka sandi ponsel suamiku.Tak akan sulit membobolnya, bahkan dengan ponsel yang tersambung ke laptop, aku bisa dengan mudahnya masuk ke semua akun pribadi suamiku.Satu persatu kubuka akses dari laptopku, semua tak luput dari mata ini. Aku masuk membuka pesan chatnya dengan perempuan yang bernama Mayang.[Sayang, aku tak sabar menunggu besok][Aku juga sayangku, Tak sabar memanjakanmu di atas ranjang.]
Aku menunggu suami tercintaku bangun. Memasak semua makanan kesukaannya, memakai gaun terindah malam ini dan menyalakan lilin beraroma di setiap sudut ruangan.Saat kulihat tubuh itu mengeliat bangun, Kupasang senyum termanis mendekatinya."Capek sekali mas? Sampai tertidur begitu lama?""Iyaa, jam berapa ini?" Mas Haris memijat pelipisnya sendiri."Sepuluh malam.""Sepuluh? kau tak membangunkan aku Dina? lima jam lebih aku tertidur dan kau diam saja?""Lantas aku harus apa mas? Aku sudah coba membuatmu bangun, tapi kamu bilang 'Jangan ganggu aku' heem ?" Aku mencoba membela diri, meski aku ragu ini tak akan meredam rasa kesalnya padaku, tapi aku tetap berjalan dengan anggun kearahnya."Jangan konyol din, Kamu sedang apa ? Kenapa rumah begitu gelap?" Matanya menyisir ruang tengah rumah kami." Aku hanya ingin memberimu waktu spesial mas, sebelum kamu berangkat keluar kota.
Selamat pagi duniaku. Menikmati tarian mas sepanjang malam, Sunguh membuatku tertidur lelap. Siraman airnya di kamar mandi saja, bahkan jadi musik alami tersendiri. Masuk dan keluar kamar mandi, sambil memegangi perutnya yang entah serasa seperti apa, melihatnya lemas, bahkan untuk sekedar memegang ponsel pun dia tak sempat. Kasihan suamiku!Tapi hidup memang selucu ini ya, lelaki yang semenjak menikah kujaga kualitas hidupnya, makannya, bahkan vitamin dan kesehatannya. kini kubuat tak sangup lagi bercinta online, dengan g**diknya itu.Hari ini kusiapkann sarapan untuk mas Haris, membuatkanya bubur hangat dan juga beberapa lauk untuk menyambut tamu-tamu istimewaku nanti.Aku harus berperan menjadi istri terbaik untuk suamiku bukan? Semangat Dina!Setelah semua siap, Mas Haris terlihat lemas berjalan menuruni tangga lalu melempar tubuhnya ke sofa."Din, lihat ponsel mas?"Dikamar sepertinya, kenapa?"
Hay Queen..." Seseorang dengan tampilan glamour nya berjalan mendekat. Dialah Rose, Cantik, kaya, selebgram ternama, dan semua barangnya tak dapat disebut 'Murah'. Dia mudah bergaul, tapi tak semua diterimanya dengan baik. Aku mengenalnya dalam pertemuan singkat kami disebuah toko komik sembilan tahun lalu, dia masih sama, sahabat kecilku.Dibelakangnya seorang laki-laki dengan tubuh gempal ikut berdiri mendekatiku. Kukatupkan kedua tangan, mengingat kami bukan mukhrim. Dengan cepat dia melemparkan botol kosong kearahku."Sialan kau Queen!"Aku tertawa, tapi dia tau, aku memang tak mau disentuh lelaki lain. Dialah Rock.Sayangnya dia bukan pemain band. Rock seorang koki disalah satu Hotel berbintang dulu. Tapi sudah Tiga tahun ini berhenti. dan mebuka Cafe usahanya sendiri. Jelas saja dia memilih membuka usaha sendiri. pendapatanya didunia Cyber bahkan bisa sepuluh kali lipat dari gaji dan bonusnya seb