Share

Bab 2 Affair

Di sebuah kamar kosong, sepasang manusia tengah melakukan aktifitas di luar batas norma. Keduanya tidak mempedulikan tentang status mereka yang sama-sama terikat oleh tali suci pernikahan. 

"Oh... baby," racau seorang wanita yang duduk di atas tubuh lelakinya. "Apa kamu yakin istrimu itu tidak akan pulang lebih awal?" tanya perempuan tersebut menggoyang-goyangkan pinggulnya. 

"Ayolah Agatha... jangan membahas nenek peot itu. Membuat mood-ku hancur seketika!" 

Gadis bernama Agatha mempercepat gerakan tubuhnya. Suara desahan dan erangan bersahutan dari bibir para pencari kenikmatan. Semakin lama semakin cepat, tubuh Agatha menggelinjang dengan kepala tertarik ke belakang. 

"Faster baby..." sahut si lelaki. Dia turut menggerakkan pinggul, menyambut puncak kenikmatan yang ditunggu-tunggu. Akan tetapi, suara pekikan Agatha menghancurkan khayalannya. 

"Beatrize?" teriak Ronald pada wanita yang menjambak rambut kekasihnya. "Lepaskan dia, Beatrize!!" teriaknya lagi. 

Beatrize terbahak. "Jadi ini alasan kenapa kamu tidak pernah lagi menyentuhku, Ronald?" 

Ronald tertawa meremehkan seraya mengarahkan jari telunjuk dari atas kepala hingga ujung kaki. "Ayolah Beatrize lihat dirimu sekarang, tubuhmu saja sudah tidak menggairahkan. Kamu sudah tidak bisa memuaskanku lagi di atas ranjang!" 

Beatrize mengencangkan cengkeraman tangannya di rambut Agatha, membuat wanita selingkuhan suaminya itu memekik kesakitan. "Lepaskan aku Beatrize! Harusnya kamu sadar diri. Suamimu masih muda, gejolak hasratnya masih sangat tinggi. Sementara kamu sudah tidak mampu memberikan apa yang dia butuhkan!" 

Beatrize berteriak dan menyerang simpanan suaminya secara membabi buta lalu menyeret wanita itu dari dalam kamar dengan menarik rambutnya. "Keluar kamu dari sini!!" 

Ronald menggunakan pakaiannya dan menyusul Beatrize berjalan sangat cepat. Dia melayangkan sebuah pukulan ke wajah Beatrize, membuat wanita itu terpaksa melepas cengkeramannya. Agatha memanfaatkan celah ini untuk melepaskan diri 

"Kamu berani menghajarku demi perempuan tidak tahu malu ini, Ronald?" Beatrize memegangi pipinya yang mulai membengkak. 

"Menurutmu?" Ronald tersenyum miring. 

"Tapi kenapa?" lirih Beatrize. 

Ronald berjalan satu langkah mendekat. "Karena aku sudah bosan denganmu, Beatrize. Kamu sudah tidak berguna." 

Beatrize mengusap air matanya. "Aku masih bisa memuaskanmu. Aku masih mampu melayanimu, Ronald. Lalu, apa lagi kurangku? Cepat katakan!!" 

Ronald mendorong kasar punggung Beatrize dan membawanya ke depan cermin. "Perhatikan dirimu baik-baik, Beatrize! Lihat, kulitmu saja sudah mengendor. Di wajahmu banyak kerutan-kerutan. Terima saja kenyataannya kalau kamu sudah tua. Sudah payah!" 

"Tapi aku sangat mencintaimu, Ronald. Kenapa kamu mengkhianatiku?" isak Beatrize terluka atas perkataan suaminya. 

Ronald menautkan dagu di atas bahu istrinya. "Apa kamu melupakan dosamu dua puluh tahun yang silam, Beatrize? Anggap saja... ini karma buatmu!" 

Beatrize menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya dengan perkataan yang dilontarkan Ronald kepadanya. Dia menarik langkah dan membawa tas tangan meninggalkan Ronald yang tersenyum puas. Di depan pintu, Beatrize berpapasan dengan Agatha yang berdiri mematung. Dia mendelik dan seakan masa bodoh pada perempuan selingkuhan suaminya itu. 

"Mom!" Di waktu bersamaan Louisa pulang dan mendapati ibunya tengah terisak dengan luka memar di wajah. "Wajah Mom kenapa?" Louisa hendak menyentuh pipi Beatrize, tetapi wanita paruh baya itu mengindahkan pertanyaan putrinya dan berlalu begitu saja. 

"Dad ini ada ap—?" Pertanyaan Louisa terpotong lantaran dia melihat perempuan asing berada di kamar sang ayah. "Wanita ini siapa, Dad?" Louisa menyalang ke arah Ronald dan ke arah perempuan tak dikenalnya. 

Ronald menarik tangan Louisa menjauh dari kamarnya. "Kamu tidak perlu ikut campur dengan urusanku! Karena kamu pun terlahir dari hasil hubungan terlarang antara Dad and Mom!" 

Louisa menekan dada yang terasa sesak. "Lalu apa hubungannya Dad? Apa Dad tidak malu mengatakan ini semua pada putri Dad sendiri? Meski aku hasil dari hubungan terlarang, tetapi aku tetap darah daging Dad." 

Louisa mengeringkan derai kesedihan yang bergelayutan di atas kelopak mata. "Aku sangat kecewa pada, Dad!!!" 

*** 

Di saat hati tengah berkecambuk, pikiran tak tentu arah. Wanita bernetra biru, membawa diri ke tempat di mana dia bisa melupakan kemelut yang mendera hidup. Terlebih karena perkataan-perkataan lelakinya selalu terngiang-ngiang di dalam isi kepala. Dia membutuhkan pelampiasan dari masalah yang membuatnya merasa frustrasi. 

"Berikan saya satu botol wiskey, Alan!" pinta Beatrize pada seorang bartender yang dikenalnya. 

Seorang laki-laki yang mengenakan dasi kupu-kupu mengangguk dan mengambil minuman yang diminta oleh si pelanggan. Lima menit kemudian, dia kembali dengan satu botol wiskey dan satu buah gelas sloki. "Ini silakan Nyonya Beatrize." 

Beatrize menarik botol minuman beralkohol tersebut dari atas meja bar lanjut meneguknya. Kerongkongan naik turun, menelan kenikmatan yang membuat dada terasa panas. Mata Beatrize kini memerah dan terlihat sedikit sayu. Kepalanya bergoyang-goyang lalu direbahkan ke atas meja bar. 

"Kamu bajingan, Ronald!!" racau Beatrize tengah mabuk. 

"Aku rela meninggalkan suami dan anakku demi kamu. Tapi apa yang kamu perbuat kepadaku sekarang? Kamu malah berkhianat dengan perempuan itu!" Beatrize kembali meneguk minuman surga dunia hingga tak bersisa dan melempar botol kosong ke sembarang arah. 

"Bajingan kamu Ronald...!!!" Setelah meracau tak tentu arah, Beatrize terlengar di atas meja bar dengan lengan menopang kepala. 

"Bawa wanita ini ke dalam mobilku!" titah seorang pemuda kepada manajer club malam. 

"Baik Tuan Carlos... perintah Tuan saya laksanakan," jawab sang manajer mengangkat tubuh Beatrize dibantu oleh karyawannya. 

Sesampainya di tempat parkir, Carlos memencet tombol center lock otomatis kemudian membuka pintu mobil. Membiarkan bawahannya merebahkan tubuh Beatrize di atas kursi penumpang. 

"Terima kasih untuk bantuanmu, David." Carlos memberikan beberapa lembar uang kepada karyawannya. 

"Sama-sama Tuan Carlos," jawab David meraih lembaran uang tersebut lantas memasukkanya ke dalam saku celana. 

David melirik sekilas ke arah wanita yang terbaring di dalam mobil dan mempertanyakannya kepada Carlos. "Kalau saya boleh tahu, kenapa Tuan membawa Nyonya Beatrize. Apa Tuan kenal dengan dia?" 

Carlos meruncingkan kedua kelopak mata. "Apa kamu harus mengetahui urusanku, David?" 

David tertunduk takut. "Ma-maafkan atas kelancangan saya, Tuan." 

Carlos tidak menjawab permintaan maaf dari David. Dia langsung masuk ke dalam kendaraan miliknya dan melesat begitu saja meninggalkan pria yang tengah berdiri mematung dengan segenap rasa takut. 

"Sepertinya Tuan Carlos marah besar padaku. Itu artinya nasibku di ujung tanduk." 

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
꧁ꪜꫝ𝓲𝘲_ʟᴜᴄᴀɪᴍ꧂✯༆
habis lah kau betrise lgian jd ibu mementingkan ego sndri
goodnovel comment avatar
꧁ꪜꫝ𝓲𝘲_ʟᴜᴄᴀɪᴍ꧂✯༆
akan d apakan s betrise
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status