Share

Bab 4 Taman Kanak-kanak

Di sebuah bangunan dengan cat berwarna-warni, seorang gadis yang mengenakan dress putih selutut, tengah mengajari malaikat-malaikat kecil bermacam-macam warna. Kelembutan dan keteduhan terpancar dari paras cantiknya. Senyuman indah terlukis di antara bibir nan tipis, bak dewi cinta yang menebarkan pesonanya.

"Siapa yang tahu ini warna apa?" tanya Carissa mengacungkan sebuah buku berwarna biru.

"Itu warna blue, Miss," jawab salah seorang anak laki-laki.

"Oke, good!" Carissa mengacungkan ibu jari ke arah murid yang bisa menjawab pertanyaannya tersebut.

"Coba tebak, kalau mainan itu warna apa?" tunjuk Carissa pada block berwarna hijau.

"Warna green, Miss," jawab muridnya serentak. Carissa mengacungkan kembali ibu jari lantas merentangkan tangan. Semua malaikat kecil beringsut dari atas kursi dan berlarian ke dalam dekapan hangat seorang Carissa.

"Anak-anak kalian hari ini sangat luar biasa, Miss benar-benar bangga!" puji Carissa pada murid-muridnya tersebut. "Tapi karena hari ini akan ada tamu ke sekolah kita, belajarnya kita lanjut esok pagi. Oke?" tanya Carissa mengangkat telapak tangan.

Anak kecil di dalam pelukan Carissa menekuk wajah seketika sebab mereka masih menginginkan berada dekat dengannya. Sosok gadis baik hati yang penuh kelembutan. "Ya... Miss aku 'kan, masih ingin belajar."

"Iya nih, Miss. Aku juga," timpal murid yang lain. Bibir-bibir mungil dilipat ke depan seraya tangan bersidekap. Memperlihatkan bahwa mereka tengah kecewa dengan apa yang didengar.

"Maafkan Miss ya... besok 'kan, kita masih bisa bertemu lagi." Carissa mengusap-usap kepala murid-muridnya secara bergantian. "Oke deh karena mom and dad sudah menjemput, kemasi tas kalian. Kita pulang...."

Semua anak kecil itu tidak ingin beranjak dari hadapannya menampilkan raut cemberut. Namun, amat menggemaskan. "Kami belum mau pulang, Miss. Kami masih ingin bermain dengan Miss...."

Carissa merangkul kembali tubuh-tubuh mungil yang tengah merengek. "Dengarkan Miss ya anak-anak... Miss sekarang ada urusan penting. Hari ini kalian pulang lebih awal, besok datang lagi ke sekolah dan Miss akan mengajak kalian ke danau. Bagaimana?" 

Anak-anak tersebut mengocek kelopak mata yang basah dan bersitatap dengan satu sama lain. Mereka mengangguk lanjut mengecup pipi Carissa. "Oke Miss, kami pulang. Besok janji ya mengajak kami bermain ke danau?"

"Janji, sayang..." Carissa mengacungkan jari kelingking dan diikuti semua muridnya.

Selepas anak-anak menghampiri orang tua mereka, Carissa lekas-lekas menuju ruang pertemuan. Nampak di sana semua orang tengah menanti kehadirannya. "Maaf, saya terlambat."

Semua orang mengangguk karena memaklumi alasan keterlambatannya datang. Tapi tidak dengan seorang pria mengenakan setelah jas hitam yang luput dari jangkauan pandangan Carissa. "Saya paling tidak suka pada orang yang tidak disiplin dan tidak menghargai waktu, Nona Carissa!"

Carissa yang semula menundukkan kepala, sontak menarik wajah dan melihat siapa yang tengah berbicara padanya. Kening gadis itu mengerut lantaran dia tidak mengerti kenapa pria menyebalkan itu bisa berdiri tepat di hadapannya saat ini. "Kau? Si pria dingin dan tidak tahu malu. Di sini?"

Rekan-rekan sejawat Carissa tercengang karena sikap berani yang ditampilkan wanita lemah lembut tersebut. Seseorang yang duduk di samping, menyenggol lengan Carissa lantas membisikkan sesuatu. "Kenapa kamu bicara seperti itu, Carissa? Tuan Carlos pemilik sekolahan ini!"

Carissa tentu saja terkejut, tetapi tidak peduli pada akhirnya. Dia malah semakin menyorot tajam ke arah pria yang pernah bersikap tidak hormat kepada sang ibu. Carlos menatap gadis itu tidak kalah tajam. Kilatan api kebencian nampak jelas dari netra keduanya.

Carlos menahan diri meski ingin sekali dia memberikan pelajaran pada gadis yang berani menantangnya di hadapan semua orang. Namun, dia tidak ingin merusak citra diri sebagai orang dermawan jua berwibawa. Dia memilih untuk membuka rapat kali ini, berdiri dengan gagah dan berbicara secara lugas. Semua orang terpana akan pesonanya, tetapi tidak dengan Carissa. 

"Karena itu saya membutuhkan seseorang untuk membantu mengelola acara amal minggu depan." Carlos menggantung ucapannya, membuat orang-orang menjadi penasaran. "Dan saya ingin Nona Carissa yang membantu saya," tegas Carlos dengan senyum misteriusnya.

"Sa-saya?" ulang Carissa tidak percaya.

"Iya Nona ... anda. Apa telinga anda kotor, sehingga tidak bisa mendengar dengan jelas perkataan saya?" jawab Carlos sinis.

"Bukan begitu, saya pikir rekan yang lain lebih berkompeten untuk kegiatan amal seperti ini," jelas Carissa karena tidak sudi membayangkan bila harus terus bersinggungan dengan pria arogan tersebut.

"Apa itu artinya anda melawan saya, Nona? Menolak permintaan seorang pemilik sekolah yang telah menggaji anda selama ini?" sahut Carlos dengan suara yang tertekan. 

"Baik, Tuan. Saya bersedia, kalau memang anda mempercayakan urusan tersebut pada saya." Carissa tidak ingin berbicara panjang lebar lagi agar meeting segera usai dan dia bisa cepat menghilang dari pandangan pria menjengkelkan. Akan tetapi, harapannya pupus begitu saja karena Carlos mengatakan sesuatu yang membuat wajah Carissa merah padam.

"Nona Carissa... anda pulang bersama saya. Berhubung arah rumah kita sama, lebih tepatnya kita memang tinggal di rumah yang sama."

Tatapan orang-orang seketika beralih pada Carissa. Tatapan penuh tanda tanya juga kecemburuan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status