Share

Bab 6

Plak!

Mas Gunawan memegang pipinya yang aku tampar.

"Seharusnya kamu itu tahu diri, Mas! Aku bertahan dengan kamu yang punya kekurangan! Kamu itu man ...!"

"Alina!" Pekik Mas Gunawan membuat ucapanku mengantung di udara.

"Apa, Mas! Kamu malu? Kamu mau menampar aku balik? Silahkan!" tantangku. Akal sehatku seakan hilang melihat kenyataan didepan mata. Mas Gunawan menatap mataku nyalang, laki-laki itu berjalan kian mendekat tanpa memutuskan pandangan ke mataku, hingga jarak kami tinggal beberapa senti saja. 

"Puas kamu mempermalukan diri sendiri!" lirihnya dengan menekan setiap kata. Kemudian berjalan ke belakangku. 

Laki-laki itu meraih tangan perempuan berkerudung yang duduk menunduk. Lalu berjalan melewatiku dengan tangan yang saling menyatu. Aku terpaku, apa yang kulihat seakan sebuah mimpi buruk yang mampir dalam tidur tanpa do'aku semalam. Bayangan Mas Gunawan akan menarik tanganku lalu memohon ampunan sambil bersujud di kaki, Tapi semua hanya mimpi belaka. Aku terduduk lemas.

"Bangun, Alina!" dengan cepat Lea menangkap tanganku lalu menarikku dari tempat yang mulai dikerumuni orang-orang itu. Pandangan mata mereka penuh iba, seakan aku seorang pesakitan yang dibuang saat membutuhkan bantuan, sangat menyedihkan.

Wajahku sudah basah oleh air mata, tak menyangka Mas Gunawan malah memilih wanita itu. Apa karena dia memakai kerudung? Sedangkan aku tidak?kalau dia menyukai wanita seperti itu, kenapa dia tak mengajariku? Aku tergugu saat tubuh ini sudah berada dalam mobil. Mobil Mas Gunawan yang tadi parkir di samping kami, sudah tak ada. jelas saja laki-laki itu sudah kabur duluan dengan selingkuhannya.

"Sudah Lin! penting amat nangisin laki-laki! kayak dia yang paling penting aja di dunia ini!" ketus Lea.

Aku tak menjawab, bagaimanapun, munafik jika aku tak sedih, jika tak sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh suamiku sendiri.

"Kemana?" tanya Lea.

"Kerumah Mama." jawabku singkat. Tanpa kata lagi, Lea melajukan mobil menuju kediaman Mama Mas Gunawan. Mama harus tahu apa yang dilakukan anaknya. 

Sejam kemudian aku sampai. Lea memutuskan untuk tetap di mobil. Setengah berlari aku menuju rumah. Mengetuk pintu dengan tergesa. Pintu terbuka lebar, sosok Mama muncul dengan wajah heran.

"Ya Allah, ada apa, Nak?"

Aku langsung menghambur ke pelukan Mama. Mama mengelus punggungku tanpa sibuk bertanya, Mama selalu menjadi tempat ternyaman untukku melepas resah. Entah apa jadinya jika aku berpisah dengan Mas Gunawan. Apakah aku akan sanggup jauh dari Mama.

"Hayo, kita masuk dulu." Mama membawaku ke sofa. Masih dengan isak tangis aku duduk sementara Mama berlalu ke belakang lalu kembali dengan membawa secangkir teh hangat.

"Minum dulu biar tenang." titah Mama.

Aku menerima pemberian Mama lalu menyesap hingga tandas. Setelah cukup tenang aku menceritakan semuanya pada Mama. Memperlihatkan rekaman yang tadi dibuat Lea.

Mama menghela nafas panjang, ketika baru saja selesai memutar ulang video itu.

"Alin, mau cerai saja dengan Mas Gunawan, Ma." kataku dengan suara bergetar. Berat untuk menjalani diawal, tapi aku rasanya tak akan mampu tetap bertahan. Sementara perlakuan Mas Gunawan sangat menyakiti hatiku, lebih sakit dari pada saat dulu aku ditinggalkan begitu saja oleh temannya yang menjadi calon suamiku.

"Alina, sebenarnya sedari dulu Mama ingin mengatakan pada kamu, Nak. Tapi, Mama tak tega. Kamu sudah seperti anak Mama sendiri. Mama sangat sayang sama kamu, sama seperti Mama menyayangi Gunawan."

Mama menjeda ucapan. Dadaku berdebar kencang, apa yang akan Mama katakan pasti sebuah kenyataan yang menyakitkan. Apakah Mama sudah tau dengan perempuan itu?

"Mama sudah tau semua?"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Umi Elly
bagaimana sih cara bayar gembok ny
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Setiap baca cerita di GoodNovel klo lg seru² nya pasti di gembok
goodnovel comment avatar
Rosdiana Ana
ujung2nya koin lagi padahal lagi seru2nya membaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status