"Nona Freya anggita, bisa anda jelaskan apa motivasi anda untuk bisa diterima bekerja di perusahaan ini?" Vano pun memulai interview kerjanya."Uang," jawab Freya dengan yakin dan singkat."Maksut anda, nona Freya?" Vano terlihat bingung dengan jawaban singkat Freya itu."Motivasi terbesar saya untuk bekerja di perusahaan anda adalah demi uang, dari sekian banyak lowongan kerja di perusahaan yang saya lihat, perusahaan anda adalah satu-satunya perusahaan yang berani membayar gaji yang besar untuk posisi ini. Maaf kalau saya terlalu jujur, tapi memang itulah motivasi saya," jelas Freya dengan tenang dan jujurnya."Jadi anda memilih melamar ke perusahaan ini karena uang?" Vano mencoba meyakinkan sekali lagi."Yup, bukankah para karyawan bekerja memang untuk menghasilkan uang?" balas Freya."Baiklah nona Freya, kau di terima. Aku melihat CV mu dan itu sesuai standar yang kami butuhkan, dan kau juga adalah orang yang jujur," ucap Vano yang sebenarnya memang mau menerima Freya bekerja di p
"Cukup Vano! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi," Kenzi tiba-tiba saja menggebrak meja kerjanya."Berikan dia ruang untuk membuatmu percaya bahwa dia bukan wanita seperti itu, Kenzi. Beri dia kesempatan setidaknya uji coba selama 7 hari kedepan, ok?" bujuk Vano."Terserah kau saja!" Kenzi pun akhirnya mengalah, dia tak ingin berselisih dengan teman satu-satunya yang dia miliki itu hanya karena seorang gadis, Kenzi memilih untuk mengalah dan memberikan Freya kesempatan."Tapi ingat, Vano. Hanya satu minggu dan tidak lebih! Jika dia bisa bertahan dan membuktikan dia tidak seperti yang ku katakan, aku baru akan mengakuinya! Tapi jika dia berani menggoda atau bahkan memanjat ke ranjangku, kau tau apa yang akan ku lakukan, Vano!" tegas Kenzi pada Vano yang sudah merasa lega mendengar jawabanya."Tenanglah aku yakin, Freya tidak tertarik padamu. Apalagi setelah apa yang kau katakan tadi, dia pasti sangat membencimu," gumam Vano pelan sambil berjalan meninggalkan ruangan Kenzi dan kemba
"Apa menurutmu aku dan Kenzi itu mirip, makanya kau menanyakan apa kami saudara? Kami sudah berteman sejak kecil, orang tua kami juga sudah lama bersahabat jadi orang tuanya Kenzi sudah menganggapku seperti anak mereka sendiri," jawab Vano lalu menyeruput kopinya yang baru saja datang."Bukan begitu maksutku ... kalian memang sama-sama tampan tapi jika dari sifatnya kalian itu bagaikan langit dan bumi, yang satunya lagi baik dan yang satunya arrogant," ucap Freya dengan jujurnya."Ha ... Ha ... Ha ... Kau ini bisa saja nona Freya, sebenarnya Kenzi tidak seburuk itu hanya karena ada suatu hal yang membuatnya menjadi seperti itu," jawab Vano."Maaf nona Freya, kurasa aku harus segera kembali sebelum singa lapar itu menerkamku." Vano berdiri dan berjalan bersama Freya ke kasir, setelah membayar keduanya pun berjalan bersama keluar dari restoran itu."Sampai jumpa lagi tuan Vano, TTDJ." Freya melambaikan tanganya ke arah Vano dan berjalan menuju halte bus, kebetulan gerimis yang tadi empa
Prang!!!Freya pun ternganga sambil menutup mulutnya dengan tangan, hingga nampan yang tadinya dia pegang terjatuh dan gelasnya pun pecah membuat beling berserakan di lantai.Des*han wanita kini memenuhi gendang telinga Freya.Kedua orang yang tengah memperagakan adegan dewasa dengan tidak tahu malunya itu terus melanjutkan aktivitas mereka tanpa peduli keberadaan Freya. Saat mulai bisa mengendalikan diri, Freya sadar bahwa perempuan di sana adalah Calista.Kini mereka berada di atas meja kerja Kenzi. Keduanya seolah menikmati aktivitas mereka itu, terutama Calista yang sedang mendongakan kepalanya itu. Dan lebih parahnya lagi, saat ini dia sudah dalam keadaan telan*ang dan pakaiannya sudah tersebar ke berbagai arah."A ... apa itu?!" gumam Freya yang seketika merasa lemas, bahkan pandangan matanya mulai mengabur dan tiba-tiba saja semuanya menjadi gelap."Freya!!" Dengan sigap, Vano yang baru saja keluar dari ruanganya dan melihat Freya hampir jatuh pun, menahan tubuh Freya. Untungny
"Aaah!!" seru Freya saat tiba-tiba Kenzi mendekat ke arahnya dan menarik tanganya begitu saja, membuat wajah mungilnya itu menabrak dada bidang Kenzi skin to skin karena dia belum sempat merapikan kemejanya akibat ritual laknatnya tadi bersama Calista.Dag!!Dig!!Dug!!Duar!!Rasanya ada genderang perang yang tengah di tabuh di dalam tubuh Freya, yang membuat jantungnya serasa mau ikut meledak karena terlalu cepat berdetak. Dia takut dan juga salah tingkah karena ini pertama kalinya bagi seorang Freya Anggita, begitu dekat dengan seorang pria tanpa pembatas sedikit pun."Tu ... tuan?" ucap Freya dengan gugup sambil mencoba mendorong tubuh Kenzi, namun nihil karena ukuran tubuhnya yang terbilang kecil jika di bandingkan dengan Kenzi, dan tentu saja tenaga Kenzi pun lebih besar darinya membuat usahanya mendorong pria itu sia-sia belaka."Lain kali, saat kau mau masuk ke ruanganku jangan lupa untuk mengetuk pintu lebih dulu. Jika sekali lagi kau mengacaukan makan siangku, bersiaplah men
"Shitt!!" umpat Kenzi setelah menggebrak meja kerjanya dengan keras."Mereka kenapa jadi sedekat itu? Bahkan Vano tidak mengajakku makan siang, biasanya dia selalu makan siang bersamaku. Dasar wanita jal*ng apa kau berencana menjadikan Vano sebagai batu loncatanmu untuk meraihku, hah!? Aku pasti akan menggagalkan rencana licikmu itu!" Kenzi mengepalkan erat-erat tanganya dengan tatapan mata yang tajam.Freya dan Vano pun berjalan beriringan menuju lift, mereka berjalan sambil mengobrol dan sesekali bercanda dengan di selingi tawa renyah mereka.Ting!!Saat pintu lift terbuka, mereka pun segera masuk ke dalam lift dan memencet tombol ke lantai dasar perusahaan itu."Cih!! Pela*ur!!" sarkas Kenzi yang melihat mereka masuk ke dalam lift bersama, dia memperhatikan mereka berdua dari jarak yang lumayan jauh, setelah itu dia pun berjalan ke arah lift untuk menunggu lift sampai dan turun ke lantai bawah juga untuk makan siang.Ting!!Pintu lift yang mengantarkan Freya dan vano ke lantai dasa
Freya dan Vano pun terhenyak kaget saat Kenzi tiba-tiba saja menjatuhkan sendoknya, mereka pun sontak menoleh ke arah Kenzi dan melihat apa yang terjadi."Hah!! Hah!! Hah!! Makanan macam apa ini!? Kenapa pedas sekali!?" umpat Kenzi yang marah sambil mengipas-ngipas mulutnya dengan tangan, akibat rasa pedas yang membuat mulutnya terasa panas."Huek!! Huek!!" Kenzi pun segera berlari mencari toilet di kantin itu untuk memuntahkan makanan yang sempat di telannya tadi."Kenapa dia? Apa dia sedang hamil muda, Ha ... Ha ... Ha ..." tanya Freya sambil tertawa terbahak-bahak melihat Kenzi yang kelimpungan lari ke kamar mandi."Kenzi itu tidak suka makanan pedas," jawab Vano sambil menahan tawanya."Lalu kenapa kau diam saja tadi?" Freya pun sedikit bingung."Ya, siapa suruh dia main pesan apa yang kita pesan tanpa bertanya dulu," Vano pun ikut terkekeh geli mengingat ekspresi Kenzo tadi saat baru saja menelan, sesuap nasi goreng ekstra pedas level neraka jahanam
"What!! Berteman!? Ingat Vano, tidak pernah ada yang namanya pertemanan antara pria dan wanita!" seru Kenzi dengan wajah jengahnya."Lagi pula aku hanya sekedar respect padanya, kurasa dia itu berbeda dengan wanita yang biasa naik ke ranjangmu Kenzi. Dia itu apa adanya dan dia juga tidak pandai menyembunyikan perasaanya, kurasa kau lah yang sudah salah menilainya," Vano pun kembali membayangkan wajah Freya dengan senyum manis yang terukir di wajah cantiknya itu."Cih!! Dia itu hanya memasang tampang polos Vano! Aku mengingatkanmu karena kau sudah seperti saudaraku sendiri, aku tidak mau kau mengalami hal yang sama denganku!" Kenzi pun kembali mengingat masa dimana dia memergoki secara langsung alias live, adegan ranjang panas mantan kekasihnya yang bernama Viona."Tunggu dulu Ferguso, kau tidak bisa begitu saja menyamakan Freya dengan Viona kan?" protes Vano."Tunggu saja aku membuka topeng polosnya!" Kenzi pun beranjak dari sofa dan duduk di kursi kerjanya, membuka