Share

Bab 2 - Hello Jakarta!

Sesosok dua wanita tengah mondar mandir di basement parkiran. Sampai akhirnya, seseorang datang untuk menuju mobil sport warna merah. Salah seorang wanita meminta temannya untuk bersiap-siap dan mengecek baju serta makeup-nya.

Ternyata, dua wanita tadi sengaja menunggu Prabu yang selesai nge-gym. Saat Prabu akan memasuki mobilnya, dua wanita tadi menghadang Prabu. Salah satu wanita berambut warm hazelnut maju dan menutup pintu mobil Prabu. Ia kemudian duduk di kap mobilnya, kemudian membuka cardigan yang menutupi sampai pahanya. Ia sengaja memperlihatkan kemulusan tubuhnya karena ia hanya memakai celana pendek dan tank topnya.

"Hai, tampan. Kamu mau pulang?" goda wanita itu sambil tangannya menyentuh wajah serta tubuh Prabu.

"Namaku Merin, aku sudah lama mengincarmu. Namamu Prabu, kan?" goda lagi wanita itu dengan mendesah.

"Oh iya, how do you know me?" tanya Prabu.

"Well, kita nge-gym ditempat yang sama dan aku mencari tahu siapa kamu. Aku rasa, aku suka kamu. Kamu hot! idaman aku." desah Merin kepada Prabu.

Prabu sudah biasa menghadapi beragam wanita yang mengejarnya. Ia akhirnya mengikuti permainan dari wanita tersebut. Prabu berpura-pura tergoda olehnya, agar wanita itu merasa bisa menaklukkan Prabu. Sampai akhirnya, Merin menjatuhkan ciuman di pipi Prabu dan membisikkan sesuatu.

"Aku bisa memberimu lebih dari ini, kita pulang bersama-sama yuk! Mungkin kita butuh waktu untuk mengenal lebih dalam." goda Merin lagi.

Prabu hanya tertawa smirk. Ia akhirnya menyanggupi. Prabu kemudian meminta Merin menunggunya dan pergi ke belakang mobil mengecek kendaraannya itu. Merin kemudian menengok ke temannya yang sedang memantau di belakang dan memberikan isyarat kalau dia berhasil menaklukkan Prabu. Tak lama, Prabu memanggil Merin.

"Uhmm.. sorry Merin. Kamu bisa ke belakang mobil gak? Aku mau mengeluarkan mobil dulu. Kamu ke belakang saja, biar aku tidak merusak kulit indahmu dengan goresan mobilku. Cantik," kata Prabu sambil menggodanya. Merin pun menuruti perintah Prabu dan berada di belakang knalpot mobilnya.

Prabu segera masuk ke mobil. Ia mulai menyalakan mesinnya dan sampailah tiba saatnya dia memberi pelajaran kepada Merin. Tak lama, dalam posisi mobil netral, ia menekan gas dengan keras sehingga membuat udara pada knalpot keluar dan sesuatu terjadi pada Merin.

"Ah.. ah... ah.. apa ini ah...!" teriak Merin.

Prabu mengerjai Merin dengan menaruh bubuk kopi di dalam knalpotnya. Saat ia di belakang, udara yang keluar dari knalpot saat Prabu menekan pedal gas dengan kencang yang membuat bubuk kopi berterbangan ke Merin.

Ia menengok Merin melalui spion, ia tertawa terbahak-bahak dan segera memacu mobilnya. Merin yang tadinya mulus dan bersih menjadi wanita yang habis dikerjai saat ulang tahun. Teman satunya menghampiri Merin untuk membantunya. Prabu kemudian menghentikan mobil di depan mereka berdua.

"Hey, Merin.. it's you? Haha.. wajahmu kenapa kotor? Dan bau?" tanya Prabu. Merin dan temannya terdiam.

"I'm sorry. Aku gak bisa mengantar kamu pulang, sepertinya mobilku ini tidak mau di tumpangi oleh wanita jorok sepertimu. Aku lebih merasa kasihan jika mobilku dikotori oleh mu. Haha.." sindir Prabu kepada Merin yang sudah berani memegang tubuhnya dan mobil kesayangannya.

Dengan kacamata Gucci hitamnya, Ia melambaikan tangan kepada kedua wanita tersebut dan memacu mobilnya dengan kencang sambil mengacungkan jari tengahnya. Setelah keluar dari parkiran, ia menekan tombol agar atap mobilnya tertutup.

Selama di jalanan ia mengomel di dalam mobil. Ia heran dengan para wanita yang mengejarnya rata-rata matre dan memanfaatkan dirinya. Mereka ingin menumpang gratis di mobil sport-nya serta memajang foto untuk status media sosial dan berlomba-lomba mendapatkan pengakuan "Who is the best!". Ia heran dengan pemikiran perempuan sekarang.

"Shit! ada-ada saja kelakuan cewek sekarang. Bikin gue muak!" Prabu yang meluapkan amarahnya saat menyetir. Tak lama ia terngiang oleh omongan Denias tadi mengenai Ninda.

Ninda merupakan wanita yang pernah singgah di hati Prabu. Hanya dia yang bisa mengubah Prabu yang playboy menjadi jinak di hadapan Ninda. Sikap Ninda yang perhatian dan sangat memperhatikan Prabu, menjadikan Prabu nyaman dan semakin cinta terhadapnya. Namun, suatu hari Ninda berubah menjadi mantan karena suatu kejadian.

Saat itu, Prabu yang habis pulang minum dari Kelab Malam melihat ada mobil yang ia kenali. Mobil itu merupakan pemberiannya kepada Ninda sebagai hadiah ulangtahun Ninda. Ia senang, Ninda mampir ke rumah keluarganya. Saat masuk ke dalam rumah, ia melihat Ninda memeluk erat Bima, kakak tertua Prabu.

"Kak Bima, aku mencintaimu kak! hanya kamu! Aku gak bisa mencintai Prabu. Prabu hanya ku anggap sebagai teman." tegas Ninda kepada Bima.

Bima hanya terdiam dan bingung. Karena tak ada jawaban, Ninda pun akhirnya memberikan ciuman di bibir Bima sebagai bukti ia mencintainya. Sampai akhirnya, ia berhenti karena ada seseorang wanita yang meneriakinya.

"Apa yang kalian lakukan di rumahku!" teriak seorang wanita tua yang keluar dari kamarnya. Ternyata, pemilik rumah itu adalah Nyonya Mira, yang merupakan nenek Prabu dan Bima. Tak lama, Nyonya Mira menengok ke arah Prabu.

"Prabu, kamu mabuk lagi! Kebiasaan kamu!" gertak nenek kepada Prabu.

Bima dan Ninda kaget kemudian menoleh karena Prabu datang. Prabu yang tersulut amarah langsung memukul wajah kakaknya, Bima. Semua orang di rumah itu membantu melerai perkelahian Bima dan Prabu. Akhirnya, Ninda menarik Prabu. Ia meminta maaf karena selama ini ia tidak mencintai Prabu, yang ia cintai selama ini hanyalah Bima. Bima merupakan cinta pertama Ninda, ia meminta mengakhiri hubungannya dengan Prabu. Setelah mendengar kata itu, Prabu sakit hati dan mengusir Ninda pergi dari rumah. Setelah kejadian itu, tidak ada satupun yang berani berbicara. Nyonya Mirna memberitahukan kepada yang terlibat kejadian itu untuk tidak memberi tahu kepada siapapun dan menganganggap kejadiaan saat itu tidak ada. Sampai saat ini, yang mengetahui kejadian itu adalah Nenek Mirna, Bima, Prabu, Pak Entis dan Cing Emon sebagai pembantu di rumah neneknya.

Hal itu menimbulkan efek hubungan Bima dan Prabu semakin renggang. Bahkan, Prabu seperti tidak mengenal kakaknya lagi, begitupun juga kepada Ninda. Ia mulai cuek kepada Ninda. Ninda akhirnya memilih pergi ke Paris untuk mengejar karirnya sebagai model internasional. Kejadian itu, yang akhirnya juga membuat Nyonya Mirna, neneknya sakit-sakitan. Dalam hati, ia tidak ingin berlama-lama berselisih dengan kakaknya. Karena ia tahu, neneknya pasti kepikiran hal tersebut. Namun, ego mengalahkan segalanya.

Lampu jalan menyala warna merah. Prabu menghentikkan mobilnya. Diluar, hujan semakin deras. Ditengah suara hujan dari luar, Prabu bergumam.

"Andai di dunia ini, ada seseorang yang bantu gue dari semua masalah ini. Yang buat nenek bahagia. Lucky me." gumam Prabu sambil menunggu lampu hijau menyala.

Tibalah saatnya, H-1 sebelum berangkat ke Jakarta. Saat di kelas, aku menyampaikan kepada siswaku tercinta untuk selama sebulan mengerjakan tugas yang kuberikan dengan mengerjakan sungguh-sungguh. Serta memfoto jawaban ke e-mail sembari melihat keefektifan materi yang ku berikan. Sepulang sekolah, aku mengucapkan terima kasih kepada Bu Siti dan berpamitan dengan guru dan karyawan di MTs Al Husna.

Keesokannya, Aku diantar oleh ibu dan Eyang di stasiun Weleri. Kami berpamitan dan saling berpelukan. Eyang merasa sedih karena tidak ada yang membelikannya Pisang Goreng lagi. Aku meledeknya karena ia punya masalah dengan kolestrolnya untuk puasa satu bulan dari makan gorengan. Klakson kereta berbunyi yang menandakan untuk penumpang segera memasuki gerbong kereta, dan aku bergegas menuju ke dalam gerbong. Perjalanan selama 8 jam ku tempuh dari Weleri ke Jakarta. Tak lupa selama di kereta, aku mengecek kembali akomodasi dan kelengkapan selama di Jakarta nanti.

Kereta mengakhiri perjalanannya di stasiun Senen. Tas ransel, tas jinjing dan koper aku bawa keluar dari stasiun. Di depan pagar Stasiun Senen, untuk menunggu jemputan ojek online pesananku. Dari arah utara, datanglah seseorang pengendara yang melajukan sepeda motor bebeknya dengan pelan sambil beberapa kali menoleh ke sebelah kiri sampai tepat dia berhenti di hadapanku.

"Dengan Mbak Eka?" tanya pengemudi ojek.

"Anda Pak Sarto?" tanyaku mengenai nama pengemudi tersebut dan dijawab dengan anggukkan. Ternyata ojek pesananku sesuai aplikasi telah datang.

Akhirnya aku mengendarai ojek online itu untuk menuju ke tempat penginapanku, yaitu Kost Tiara. Terpaksa memilih tempat itu karena penginapan tersebut jaraknya lebih dekat dengan Universitas Pandawa, tempat dimana aku akan menjalani pelatihan di sana. Selain itu juga murah. Jadi, tidak repot-repot membuang pengeluaran yang besar.

Selama di perjalanan, Pak Sarto menceritakan tentang kehebatan Universitas Pandawa kepadaku. Universitas tersebut merupakan universitas swasta paling bergengsi di Jakarta. Rata-rata mahasiswa di sana adalah kalangan kelas atas seperti artis, anak-anak pengusaha yang punya pabrik dimana-mana serta anak pejabat. Dan bahkan, lulusannya sukses bekerja di luar negeri. Bekerja sebagai dosen di sana bisa mengkoleksi tiga mobil mewah selama satu tahun.

Tapi, Aku mengelak mengenai cerita Pak Sarto. Menurutku, sebagus apapun Universitas jika orang yang memasukinya tidak memanfaatkan kesempatan yang ada, maka akan sia-sia. Pak Sarto pun menyetujui pendapatku. Karena aku seseorang yang baru pertama kali di Jakarta, ia memberi rekomendasi tempat makanan yang enak, harga kaki lima. Sampai akhirnya perjalanan berakhir di Kost Tiara. Pak Sarto kemudian memberikan kartu namanya dimana ada foto kepalanya yang diedit menjadi besar. Jika butuh bantuan, bisa menghubungi Pak Sarto. Aku menerimanya dan berpamitan kepada Pak Sarto. Dan, tak lupa satu kebiasaanku adalah mengucapkan "Terima Kasih" karena itu sebagai bentuk penghargaan orang telah membantu kita.

Beralih ke Balairung Universitas Pandawa, panitia acara dan para vendor sedang sibuk mempersiapkan acara untuk besok. Disudut lain datanglah tiga pria. Semua mata wanita tertuju pada tiga pria itu. Ternyata mereka adalah "trio PAD" yaitu Prabu, Alvaro dan Denias. Mereka sedang kroscek persiapan acara.

"Nih balairung tiap hari gak pernah sepi, ada aja acaranya. Nanti gue nikahan bakal ngadain di sini ah. Kek-nya keren nih." kehaluan dari Denias.

"Mau nikah gimana, cewek aja belum jelas. Pikirin tuh barisan mantan lo kalau datang trus nambah masalah. Bisa-bisa kampus ini jadi trending topik di berita, ya gak Prab?" tanya Alvaro kepada Prabu.

Karena tidak ada jawaban, Alvaro dan Denias menoleh ke Prabu. Ternyata, dirinya sedang sibuk dengan handphonenya yang tengah bernegosiasi dengan sales motor balap impiannya. Motor balap tersebut terdapat tanda tangan idolanya, Fabio Quartararo.

"Ada cewek baru ya Prab?" tanya Denias sambil merangkul Prabu yang akhirnya ditepis oleh Prabu.

"Diem lo, nih gue lagi deal-dealan nih. Susah banget negonya." keluh Prabu.

Karena tidak ada jawaban dari sales motor itu, akhirnya ia memutuskan pergi ke dealer motor sambil mengajak teman-temannya.

Sesampainya di sana, Prabu bersaing dengan seorang anak SMA berumur 16 tahun yang meminta dibelikan motor tersebut sebagai hadiah ulang tahunnya. Peperangan tawar-menawar harga pun dimulai dihadapan sales tersebut. Sempat hampir kalah, ia akhirnya mengeluarkan jurus kegantengannya dan rayuan mautnya untuk memikat sales wanita tersebut. Tangan sales itu dipegang dan gombalan-gombalan ia keluarkan membuat sales tersebut terpesona. Dan akhirnya, pemenangnya adalah Prabu. Kedua temannya pun geleng-geleng melihat kelakuan Prabu demi mendapatkan motor impiannya yang kemudian ia bawa pulang ke apartemennya, sambil merasakan kemenangannya mendapatkan motor balap impiannya yang sekaligus terdapat tanda tangan eksklusif dari Fabio Quartararo. Ia selalu mengelus-elus motor tersebut layaknya kekasih. Sampai-sampai orang terheran-heran. Ganteng sih, tapi pacaran sama motor?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status