Share

Bertemu Mereka

Pintu dengan tinggi empat meter itu terbuka lebar dan memperlihatkan para pelayan yang sibuk mempersiapkan makan siang di meja makan. Leyna tersenyum sinis kala menyadari bahwa tidak seorangpun pelayan menganggap keberadaanya di sini. Melihat itu, ia memiliki ide cemerlang. Leyna melirik kursi pertama di meja makan, di mana itu adalah kursi terdekat dengan ayahnya.

“Nona, mari saya antar anda ke ruang tamu.” ucap seorang pelayan kala meliahat Leyna duduk di jajaran kursi meja makan.

Leyna yang mendengar itu hanya mendongak dan mengangkat sebelah alisnya,  memilih tak acuh dan kembali melanjutkan aktivitasnya dengan smarthpone miliknya. Itulah kebiasaan bodohnya di masa lalu, selalu menuruti perkataan orang lain tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. Bayangkan, kau adalah pemilik rumah, tetapi kau tidak bisa duduk di meja makan bersama keluargamu yang lain. Lelucon apa itu?

Merasa tak dihiraukan, sang Pelayan itu geram, “Nona cepat-“ ucapnya dengan menarik tangan Leyna kasar. Entah ini sejak kapan bermula. Leyna yang notabene putri sah dari keluarga Manston juga yang tertua malah diperlakukan seperti ini. Bahkan untuk makan bersama saja dipandang remeh bila berada di jajaran kursi meja makan. Lebay sekali menurutnya.

Tak tahan dengan sikap pelayan itu, Leyna menyiramnya dengan air minum yang sudah tertata rapi di meja makan. Pelayan lain yang lewat ataupun yang tadi menyaksikan hanya diam dan menutup mulut tak percaya.

Apa aku terlalu kasar? Namun, bibi ini di masa lalu juga menyiksaku juga.

Pelayan itu dengan tidak sopannya membelalakkan matanya ke arah Leyna seperti menantang.

Kali ini Leyna menghiasi pakaian pelayan itu dengan saos tomat di sampingnya. Pelayan itu telah kelewatan, batinnya. Sekali saja ia ingin melakukan tindakan kejam ini, meskipun mereka memang pantas mendapatkannya lebih awal.

“Jangan lupakan siapa aku! Kau, apakah Pelayan berani melawan majikannya? Apa itu dibenarkan, Bibi? Kau tahu siapa aku, bukan?” tanya Leyna dengan wajah yang mendekat pada sang pelayan. Tidak ada teriakan. Hanya ucapan yang lebih terdengar seperti gurauan.

“I-iya Nona. Saya salah no-nona. Maafkan saya.” Pelayan itu terus membungkuk sambil mengucapkan berlusin maaf.

“Pergilah.”  Leyna melambaikan satu tangannya, isyarat menyuruh sang Pelayan untuk menjauh darinya. Hanya dengan satu kata itu, setiap pelayan terlihat menjauh setelah melihat nona mudanya. Nona muda yang dulunya sangat pendiam, lugu, dan bodoh itu berubah sedemikian rupa.  Meskipun Nona mereka menegurnya dengan senyuman dan nada gurauan, tetap saja itu mengerikan.

Tentu saja Leyna harus berubah. Ia tak mau ditindas terus apalagi di daerah kekuasaannya sendiri. Hingga saat ia akan duduk kembali, ayahnya muncul dari lantai atas. Jangan lewatkan ekspresi terkejut mereka kala melihat Leyna berdiri di jajaran meja makan.

“Leyna?” tanya Logan, sang Ayah untuk memastikan. Tidak biasanya putrinya datang ke sini dengan penampilan baru seperti itu. Sungguh merubah aura Leyna menjadi 180 derajat. Dari yang dulu berpakaian rok dan sweater oversize, kini modis dengan celana jeans dan kaos oblong croptop bermerknya.

“Lihatlah dirimu, siapa kau? Apa benar kau  putriku, Leyna?” goda Logan sembari memegang dagu Leyna seraya menggerakkannya ke kanan dan kiri. Wajah Leyna saat ini terlihat lebih cerah dan segar. Berbeda dengan yang dulu, kusam dan berminyak kerena ia tak memakai  make-up apapun dan semua itu adalah perintah halus dari ibu tirinya dulu.

“Ayah.. Iya ini aku. Putrimu,” sebenarnya Leyna agak malas dengan ayahnya ini. Dimana beliau di masa lalu walaupun melihat sendiri putri kandungnya diperlakukan semena-mena oleh pelayan dan sang Saudara Tiri, ia tetap terdiam.

“Kau sudah datang. Kau tumbuh cantik seperti ibumu.” Timpal Logan sambil memegang pundak Leyna. Mendengar kata Ibu, Leyna jadi teringat sesuatu. ia akan melakukannya nanti.

“Tentu, kau yang memanggilku ke sini, Ayah.  Ada apa?”

“Benar, ayo duduk di sana.” Tanpa basa-basi Logan dan Leyna bergegas duduk di bangku meja makan. Selang beberapa menit, tibalah orang-orang tersebut dari lantai atas. Leyna menghela nafas, ia adalah putri keluarga ini, tetapi di sini seakan-akan menyatakan, “Kau orang asing!”

“Ayah!”

“Sayang!” serunya bersamaan. Mereka adalah Olivia, adik tirinya serta Maya, Ibu tirinya. Dua orang yang selama ini mengatur hidupnya menjadi sedemikian rupa dengan kelicikan yang setingkat iblis.

Saat mendekati meja makan, keduanya terkejut  dengan kehadiran Leyna. Baiklah, melihat ekspresi terkejut mereka semua menandakan jika tidak ada yang mengetahui bila Logan mengundangnya. Namun, khusus kedua orang itu, mereka juga terkejut karena penampilan Leyna saat ini. Tak menyangka bila Leyna akan mengabaikan pendapat mereka untuk mengenakan pakaian kuno. Mereka juga merutuki kecantikan Leyna yang terkuak dengan sedemikiannya.

“Kakak..kau di sini?” tanya Olivia. Tak mau membuang-buang suaranya, Leyna hanya membalas dengan anggukan semata. “Kak, bolehkah kau bergeser ke kanan? Itu tempatku.”pinta Olivia dengan manja. Inilah, kelicikan Olivia. Menggunakan sifat kekanakannya untuk topeng semata.

Sial, karakter polos licik seperti ini benar-benar ada rupanya

“Oh, benarkah? Apa namamu terukir di sini?” balas Leyna dengan mata yang menelisik setiap inci tempat yang ia duduki.

“Tapi Kak-“

“Maaf, Olivia. Tempat duduk ini milik siapa saja yang pertama kali datang. Bukan  untuk yang baru saja datang. Bukankah itu aturan umum? Apakah kau tak tahu?” Leyna berujar dengan tetap tenang, sambil mengekspresikan wajah seperti sedang benar-benar bertanya.

Tak punya pilihan lain, Olivia dan Maya hanya pasrah dan duduk di kursi kosong dengan wajah yang masam. Ternyata melihat mereka seperti ini benar-benar menyenangkan untuk Leyna.

“Ayah, kenapa kau memanggilku kemari?” tanya Leyna. Sebenarnya ia tahu alasannya, hanya saja ia ingin bertingkah normal dengan berpura-pura tidak tahu apapun. Aturan pertama dalam kehidupan ini, bersikaplah tak mengerti tentang apapun yang akan terjadi.

“Ayah ingin mengenalkanmu pada putra rekan bisnis Ayah. Siapa tahu kalian akan cocok, bukan?” di sinilah awal mulanya. Perjodohan yang telah diatur oleh kedua belah pihak, yang nyatanya menyimpan beberapa realita yang sungguh tak terduga.

Aku juga masih belum mengerti. Apa tujuan Ayah sebenarnya dalam menjodohkanku dengan pria ini? Bila tujuannya dalam ranah bisnis, tentu keluarga Manston masih lebih unggul dari Faramond. Lalu, apa ada hal lain? Perjanjian, mungkin?

Leyna juga masih tak mengerti mengenai tujuan dari perjodohan yang jika dilihat dalam pandangan mitra bisnis tidak terlalu menguntungkan. Ia hanya mengangguk sebagai bentuk respon terhadap pertanyaan sang Ayah.

Selang beberapa menit kemudian, nama-nama yang sempat dibicarakan tadi telah tiba. Dua orang yang terlihat mirirp namun terpaut umur itu terlihat menawan dengan pakaian casualnya. Pria yang lebih tua mengenakan kemeja hitam yang tak dibentuk macam-macam, sedangkan yang lebih muda terlihat mengenakan sweater tebal turtle neck  berwarna bronze serta celana jeans, persis seperti style korea. Mungkin, wajah yang lumayan tampan dan senyuman yang luar bisa menawan dari pria itulah yang dulu dapat membuatnya terjerat oleh pesonanya.

Leyna POV

“Hei, Logan. Maaf agak terlambat,” pria yang kuketahui namanya Marcos itu tersenyum lebar seraya berjabat tangan dengan Ayah.

“Tak apa, mari duduk,” tampak Ayah seperti biasa, ramah terhadap siapa saja.

Aku dapat merasakan dari sudut mataku, jika Edric sempat memandang ke arahku. Mungkin Leyna yang dulu akan belingsatan tak karuan jika ditatap Edric. Tetapi untuk saat ini, rasanya sangat menjijikkan hanya dengan berada di dekatnya.

“Ah, jadi ini Leyna? Putrimu benar-benar sangat cantik. kau mulai sekarang harus tegas terhadap rumor-rumor tak mengenakkan di luar sana tentang putri tertuamu, Logan,” saran Marcos yang entah kenapa membuatku senang. Marcos, biarpun aku telah membenci anaknya, ku tahu jika ayahnya ini berbeda. Dulu, sempat Marcos menasehatiku untuk mengawasi Olivia. Namun, karena aku terlalu buta oleh kebodohan dan cinta, aku tak menggubrisnya.

“Biarkan saja, lagi pula itu hanya rumor belaka, benar bukan, Leyna?” ujar Maya yang dengan seenaknya menanggapi. Nenek sihir ini, benar-benar definisi Ibu Tiri dari sinetron yang sering kutemui.

“Iya, kita tak bisa menyalahkan mereka. Mereka juga seperti itu karena terbujuk oleh omong kosong penyebar. Biar saja. Kita hanya bisa membuktikan saja. Entah itu benar, atau omongan bulat semata.” Aku memang sengaja mengatakannya panjang lebar. Kusempatkan juga melirik ke arah Olivia dan Maya saat berkata ‘Penyebar’. Biar saja, setidaknya mereka tahu aku tak sebodoh itu.  Aku ingin semua orang melihat progres yang kulalui. Dari Leyna yang terkenal buruk dalam akademi maupun penampilan, menjadi Leyna yang baik dalam hal keduanya. Aku juga ingin diakui dengan sejuta penghargaan atas prestasi yang sejak dulu ingin kucapai.

“Aku suka pemikiranmu, Leyna.” Suara ini. Suara Edric yang dulu aku idam-idamkan. Kurasa alur kehidupanku ini sedikit berbeda. Meskipun Edric terkenal baik hati, ia tak menunjukkan respon apapun selama perjodohan dahulu selain anggukan dan senyuman saja.

“Terima kasih. Oh, maaf. Siapa namamu? Ayah belum memberi tahuku.” Dan yang terakhir, tunjukkan jika kau tak tertarik dengannya. Bersikaplah jual mahal, agar harga dirimu tak dijatuhkan.

Normal POV

Orang-orang di meja makan itu tampak terkejut mendengar pengakuan Leyna. Memang, Logan tak memberitahu putrinya itu. Karena semua orang di sana menyangka Leyna menyukai Edric, bahkan seperti terobsesi. Lalu ini, mengapa mendadak Leyna seperti tak mengenal pria idamannya?

“Ah, Aku Edric Faramond, panggil saja Edric. Kita sekampus,” ucapnya setelah menetralkan raut bingungnya. “Senang bertemu denganmu, Leyna,” sambungnya sambil menjulurkan tangannya guna berjabat.

Tak perlu terbengong seperti dulu lagi. Dengan raut yang ia buat setenang mungkin, ia menerima uluran tersebut. tak lupa memberikan senyuman kecil sebagai bentuk ramah tamah,”Senang berkenalan denganmu, Edric,”

Entah kenapa Edric hanya terdiam dan tak mau melepaskan ulurannya. Leyna yang melihat itu hanya mengerutkan alisnya seraya menatap Edric yang tetap melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Ehm, , Edric,” tegur Leyna sambil mencoba menggerakkan jari-jarinya. Mencoba untuk melepas genggaman pria itu yang luamayan erat.

“Ada apa dengan dirinya?” batin Leyna kesal.

Edric yang tersadar karena tusukan kuku Leyna dengan segera meminta maaf. Ia menatap canggung pada semua orang yang ternyata melihatnya dengan tanda tanya. “Ah, maaf. Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu tadi,” ucapnya sembari menatap Leyna tak enak.

Melihat interaksi Edric yang tak biasa, Leyna sebenarnya bingung. Alur berubah. Apa berarti di kehidupan kali ini, ia bisa mendapatkan kebahagiaan, bukan? Ia sungguh berharap hal itu terjadi.

 Sedangkan di sisi lain, terdapat seseorang yang menatap tak suka akan kedekatan keduanya.

“Edric tak boleh menyukai Leyna. Rencana itu harus terjadi. Aku tak mau melihat Leyna bahagia.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status