Share

Kekuarga Ular 2

Ibu dan Sasya berjalan ke arahku. Mataku membulat sempurna melihat penampilan kedua perempuan beda usia itu. Sasya memakai rok di atas lutut dengan kaos ketat. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Sedang ibu memakai dress bermotif bunga-bunga dengan warna pink cerah. Dandanan wanita paruh paya itu cetar membahana. Lipstik merah menyala dan bulu mata palsu menambah penampilannya semakin sempurna. Bahkan ibu sudah seperti ondel-ondel.

Astaga, aku ingin tertawa tapi takut ibu merajuk dan gagal lah rencanaku.

"Kamu yakin mau pakai baju itu Sa?"

"Yakinlah mbak, aku cantik gini."

Aku hanya diam tanpa berdebat.

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan ibu dan Sasya terlihat riang. Tunggulah kebahagiaan kalian tak akan berlangsung lama.

"Nah gini dong Mbak,ke salon biar cantik tidak gembrot dan dekil?" Ibu langsung mencubit tangan Sasya dari belakang.

"Ibu apaan sih! Memang kenyataannya begitu," ucap Sasya tanpa disaring.

Kuhembuskan nafas kasar. Memang benar ucapan Sasya tapi rasanya sakit jika mendengar kata itu diucapkan tepat di depanku.

"Maafkan Sasya ya Al. Adik kamu ngomongnya suka ceplas-ceplos."

Aku hanya mengangguk, bukankah dalam hati ibu menyetujui ucapan Sasya. Dasar munafik.

Mobil berhenti tepat di depan salon muslimah. Salon mewah yang biasa ku kunjungi. Ini adalah salon dengan tarif menguras kantong karena pelayanan yang sangat memuaskan.

Ibu dan Sasya berjalan terlebih dahulu. Aku mengekor di belakang. Mereka berdua tengah sibuk memilih perawatan apa.

Aku berjalan ke arah lita pegawai salon yang sering menangani ku.

"Lita!" Tangganku melambai ke arahnya.

"Mbak Alia lama gak kemari. Mau perawatan apa, mbak?"

"Biasa tapi hari ini aku mau dengan yang lain dulu."

"Pelayanan Lita tidak memuaskan ya mbak?" tanyanya dengan raut kecewa.

"Gak kok, kamu layanin adik iparku saja." Ku tunjukkan wanita dengan kaos merah muda.

"Tapi kenapa, mbak? Kok gak dia saja yang sama orang lain?"

Kubisikkan sebuah rencana di telinganya. Awalnya dia menolak, tapi aku bisa meyakinkan Lita jika semua tanggung jawabku.

Kita lihat apa yang akan terjadi pada kalian, keluarga ular!

"Mau perawatan apa bu?" tanya Sasya.

Ibu masih diam, bingung mungkin karena ini kali pertama dia ikut ke salon. Selama ini ibu hanya suka berbelanja tanpa mau ke salon. Aku sedikit heran kenapa kali ini wanita dengan penampilan norak itu ikut ke salon.

"Sama kaya kamu saja, Sa. Ibu gak tahu," jawabnya dengan suara pelan. Mungkin dia malu.

Aku sendiri saja harus tutup muka saat ibu mertua ikut ke salon. Bukan karena dia baru pertama kali menginjakkan kaki di sini. Tapi karena penampilannya sangat kampungan. Hari ini hancurlah reputasi ku sebagai Alia pengusaha mebel.

Dulu aku selalu maklum dan berusaha memahami bagaimana pun penampilan ibu Mas Alvan. Namun setelah mengetahui pengkhianatannya, rasa benci pun tubuh dengan sendirinya di hati.

Dengan wajah sumringah Sasya memilih semua perawatan tubuh. Dari facial, spa, dan lain sebagainya. Aku sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Terlihat jelas jika mereka memanfaatkan harta kekayaanku. Mereka memang keluarga parasit.

Hari ini aku hanya memilih perawatan rambut saja. Bukan tanpa alasan, aku ingin menjalankan rencana agar mereka berdua sedikit kapok bermain-main denganku.

Senyum mengembang tergambar jelas di wajahku saat membayangkan terkejutnya duo ular. Ya Tuhan, semoga Engkau memaafkan diriku ini.

Kami menjalani perawatan masing-masing. Aku dan duo ular menjalani perawatan di tempat yang berbeda karena memang kami memilih perawatan yang tidak sama.

Guyuran air mendinginkan panasnya kepala. Memikirkan berbagai cara cantik untuk membalas pengkhianatan mereka tidaklah mudah. Jika bisa dilihat mungkin kepalaku sudah mengeluarkan asap saking panasnya. Pijitan pelan dari Mbak Umi membuatku merasa mengantuk saja.

Walaupun mengantuk tapi aku berusaha untuk tidak terlelap. Aku tak ingin rencanaku hancur karena tertidur.

Tak terasa sudah satu jam aku menjalani perawatan rambut. Sasya dan ibu masih ada di dalam karena perawatan yang mereka pilih banyak. Hampir semua perawatan di salon ini mereka jalani.

"Mbak bayarnya nanti ya, ibu saya masih di dalam. Saya mau mengambil dompet di mobil dulu." ucapku pada karyawan bagian kasir.

"Baik mbak."

Mereka pasti memperbolehkan aku membayar nanti karena aku adalah salah satu pelanggan tetap di salon ini. Walau sudah lama tak berkunjung kemari. Namun mereka masih hafal betul denganku.

Melangkah menuju mobil yang terparkir tak jauh dari salon. Ku buka bagasi mobil. Ku keluarkan kartu kredit dan kartu debit lalu memasukkannya ke paper bag yang berisi pakaian bayi.

Ya, peper bag berisi pakaian bayi itu sempat ku pindahkan tanpa sepengetahuan ibu maupun Sasya. Sebelum kami berangkat ibu mengeluh sakit perut dan harus ke kamar mandi. Sasya sendiri lebih memilih menunggu di ruang tamu. Kesempatan itu ku gunakan untuk memindahkan peper bag ke bagasi mobil.

Allah memang menyayangi hambanya. Terbukti hari ini Allah memberi banyak pertolongan. Mulai membuka kebusukan keluarga Mas Alvan hingga mempermudah rencanaku hari ini.

Alhamdulillah,tak hentinya aku bersyukur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status