Share

Tiga

Malam tiba, Anisa pun kembali mencoba mencari tahu tentang wanita selingkuhan suaminya. Saat Wisnu terlelap tidur, ia mulai kembali membuka w******p milik suaminya, dan mulai menjelajahi semua pesan yang ada di sana. Awalnya Anisa tidak melihat sesuatu yang aneh dari aplikasi w******p suaminya. Sampai pada akhirnya, dirinya melihat pesan yang disematkan oleh suaminya dan Anisa begitu yakin jika itu bukan nomor w******p miliknya karena profil yang terpasang di sana berbeda.

Akhirnya, dengan bermodal rasa penasaran, Anisa membuka profil pemilik pesan yang disematkan itu dan betapa terkejutnya Anisa saat melihat profil itu terpasang sebuah foto wanita dengan baju yang kurang bahan. Memang, Anisa akui wajah wanita itu cukup cantik, tetapi masih kalah jauh dengannya. Wanita itu berkulit kuning langsat sedangkan dirinya putih bersih.

Setelah puas memandangi foto wanita itu, Anisa mulai membuka pesan yang dikirimkan wanita itu pada suaminya.

[ Sayang, kamu ke mana saja, sih? Kenapa gak datang ke mari?] Itu isi pesan yang dikirimkan wanita itu.

[Maaf, Sayang. Tadi keluargaku datang ke rumah dan baru pulang setelah azan isya. Jadi aku gak bisa ke mana-mana.]

[Maaf, Sayang. Balas dong, Sayang. Please jangan marah.] Balas Wisnu.

[Oke, aku gak marah kalau besok kamu ke sini.]

[Siap, Sayang.]

[Love you.]

[Love you too, Sayang]

Itu adalah percakapan terakhir mereka. Anisa bahkan belum sempat membaca pesan yang berada di yang lainnya dan tunggu, mereka sing memanggil satu sama lain dengan sebutan sayang. Apakah itu pantas padahal suaminya sudah mempunyai seorang istri di rumah. Hati Anisa telanjur sakit melihat suaminya berbalas pesan seperti itu dengan wanita lain. Padahal jika dirinya dibandingkan dengan wanita itu, dirinya jauh bahkan sangat jauh di atas wanita itu. Dirinya yang memiliki kulit putih, bentuk tubuh yang sempurna. Lalu, perempuan itu? Kulit yang kuning langsat bahkan cenderung hitam, dan juga tubuhnya yang jauh dari kata semampai. Wanita itu bahkan gemuk.

Mata Anisa berkaca-kaca. Tangannya mengepal erat, dirinya tidak menyangka jika suaminya berbuat seperti itu di belakangnya. Selama ini apa yang kurang dari Anisa? Dirinya bahkan selalu memberikan yang terbaik untuk suaminya. Namun, apa yang suaminya berikan padanya? Pengkhianatan!

"Dasar laki-laki tidak tahu diri!" ujar Anisa pelan, tapi penuh amarah.

Dan akhirnya, air mata yang ditahannya tumpah juga. Dirinya tidak bisa Lagi menahannya. Hatinya benar-benar sakit mengetahui hal ini. Apa suaminya tidak pernah sadar jika selama ini dirinya berusaha untuk bersabar menghadapi ibunya yang begitu keterlaluan padanya hanya agar pernikahan mereka tetap terjaga? Memikirkan hal itu membuat kepala Anisa terasa ingin pecah saja.

Anisa menatap nyalang pada laki-laki yang sudah menikahinya tujuh tahun lalu itu. Laki-laki yang dicintainya dengan sepenuh hati, yang selalu dirinya prioritaskan. Namun, pada kenyataannya dirinya sudah kalah. Dirinya kalah mempertahankan posisinya, rumah tangganya.

"Awas kamu, Mas. Aku gak pernah nyangka kalau kamu sejahat ini sama aku. Selama ini aku percaya sama kamu, tapi kamu menyalah gunakan kepercayaan itu!" Anisa berucap dengan menekan kata-katanya.

Dirinya benar-benar merasa terluka. Terkhianati. Selama ini dirinya selalu menghormati suaminya, dan tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Namun, suaminya malah justru dengan begitu jahatnya bermain wanita di luar sana.

Pun selama ini Anisa begitu mempercayai suaminya. Diirinya tak pernah sekali pun membuka ponsel suaminya dan ini pertama kalinya bagi Anisa membumka ponsel suaminya. Dirinya terlalu dibodohkan dengan rasa percaya hingga semua ini terjadi. Suaminya melakukan sesuatu sesuka hatinya tanpa memikirkan perasaannya sebagai seorang istri.

Dulu, dirinya merasa jika rasa percaya sudah cukup untuk dijadikan landasan dari sebuah rumah tangga. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu. Dirinya malah menjadi korban perselingkuhan suaminya karena terlalu menjunjung tinggi kepercayaan di dalam sebuah pernikahan.

Belum hilang rasa sakit hatinya akibat perkataan ibunya Wisnu yang menuduhnya mandul dan tidak sehat. Kini, dirinya harus dihadapkan dengan sesuatu yang bahkan tidak pernah dirinya bayangkan. Perselingkuhan yang dilakukan suaminya sendiri. Tidak. Anisa tidak boleh membiarkan ini terus terjadi.

Anisa harus bisa membongkar seluruh perlakuan suaminya yang telah berani berselingkuh di belakangnya. Ya, harus.

Anisa akhirnya mengembalikan ponsel suaminya ke tempat semula. Karena terlalu lelah, Anisa akhirnya memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya. Malam ini, dirinya tidak tidur satu ranjang dengan suaminya, melainkan tidur di sofa. Sebelumya Anisa sudah mengambil bantal miliknya dan segera membaringkan tubuhnya di sofa. Dirinya terlalu malas dan sakit saat melihat wajah suaminya. Maka sari itu, dia lebih memilih tidur di sofa.

Anisa ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu, sebelum merencanakan pembalasan untuk perbuatan suaminya. Anisa akan memikirkannya dengan matang-matang, dirinya tidak boleh gegabah. Tak berapa lama, Anisa akhirnya terlelap dan mulai mengarungi pulau mimpi.

***

Matahari mulai menampakkan diri, Anisa yang sudah terbangun sedari tadi segera bergegas menuju dapur untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Yakni memasak makanan untuk keluarga ini. Tanpa membangunkan suaminya terlebih dahulu, Anisa sudah pergi ke bawah dan berkutat di dapur. Ini bukan perilakunya dan Anisa tahu itu. Namun, sakit di hatinya masih belum bisa dirinya lupakan.

Tak ingin terlalu memikirkan hal itu, Anisa bergerak cepat, tak ingin mendengar kalimat pedas yang nanti akan keluar dari mulut mertuanya hanya karena dirinya yang telat menyajikan sarapan. Anisa sudah hafal betul bagaimana sikap mertuanya itu. Dirinya menjadi menantu di keluarga ini bukan setahun atau baru beberapa bulan saja, tetapi tujuh tahun. Maka dari itu dirinya merasa sudah tidak asing dengan sikap atau perlakuan mereka yang terkadang tidak mengenakkan untuknya.

Setelah masakannya selesai, Anisa segera menghidangkannya di meja makan. Lalu, mulai membereskan rumah, mulai dari lantai dua hingga lantai bawah.

Sementara itu, ibu Wisnu menatap aneh pada Anisa. Tidak biasanya perempuan yang sudah menjadi menantunya selama tujuh tahun ini bersikap seperti itu. Biasanya gadis itu akan mengeluh lelah atau sebagainya. Meminta diizinkan untuk beristirahat terlebuh dahulu, dan berakhir dengan omelan yang keluar dari mulutnya.

Ibu Wisnu tak acuh melihat perubahan menantunya. Bahkan dirinya berpikir jika menantunya itu sudah berubah. Jadi, dirinya tidak perlu lagi mengeluarkan tenaganya hanya untuk memarahi gadis itu.

Anisa lalu duduk di sofa depan dan bermain ponsel. Bu Atik tak suka melihat Anisa yang santai dengan bermain ponsel seperti itu. Lalu, ia menghampiri sang menantu.

"Sekarang kamu sudah berani mengabaikan saya? Lalu, duduk santai seperti ini. Apa kamu mau saya suruh Wisnu menceraikan kamu, hah!" 

Anisa berankak dari sofa, sudah muak dengan semua ucapan sang ibu mertua. 

"Bu, aku sudah mengerjakan semuanya, apa masih kurang?" Anisa yang biasanya tak pernah membantah kini berani bicara keras di depan sang mertua.

"Kamu--"

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status