Share

Tujuh

Anisa sudah tak tahan dengan segala hinaan. Kini ia pun mencoba membela diri dengan membantah semua ucapan ibu mertua.

“Ayo jawab, kalian bingung dengan apa yang saya lakukan. Saya muak, Bu dengan semua hinaan kalian. Terserah, kalian mau mengadakan aku pada Mas Wisnu atau tidak. Aku tidak peduli, mulai sekarang, lakukan apa yang kalian bisa. Kalau kalian lapar, masak sendiri. Kalau tidak pesan saja online. Mulai saat ini, jangan pernah berteriak lagi memanggil namaku!”

“Awas saja kamu, kami pasti melaporkan kamu,” oceh Bu Atik.

“ Terserah.”

Anisa melenggang ke kamar dan meninggalkan Bu Atik dan Windy yang melongok melihat sikap berontak dari menantu yang selama ini mereka perlakukan sebagai pembantu.

“Bu, si Nisa punya kekuatan dari mana bisa melawan ibu?” tanya Windy heran.

“Ibu juga heran, sejak beberapa hari sih ibu perhatikan, kira-kira kenapa, ya? Coba kamu telepon kakak kamu, tanyakan dan sekalian laporin aja tingkah istrinya itu. Biar tahu rasa si Nisa itu.”

Bu Atik menyunggingkan senyum puas karena setelah mereka melaporkan kelakuan Anisa, sudah pasti Wisnu akan memarahinya.

Bu Atik mencoba menghubungi Wisnu, sama seperti hanya Anisa tadi. Tak ada jawaban dan sudah jelas ponsel milik sang anak tak aktif.

“Win, kakak kamu ke mana sih, ibu sudah hubungi tapi kok enggak aktif, heran.” Bu Atik menggerutu kesal.

Windy pun mencoba menghubunginya lagi, sama saja tak ada jawaban. Keduanya menjadi kesal karena saat seperti ini malah tak bisa menghubungi Wahyu. Bu Atik pun duduk merengut sembari menyalakan TV.

“Bu, kayanya kita harus bikin Anisa ke luar dari rumah ini.”

“Terus, kalau dia ke luar, siapa yang mau bantu ibu, kamu? Heleh, kamu aja makan sama nyuci baju suami masih numpang di sini. Kalau enggak, kamu aja tinggal di sini, bantu-bantu ibu dan abis itu kita usir Anisa,” ujar Bu Atik.

Wajah Windy langsung berubah, ia tak sependapat dengan ibunya kali ini. Sama saja dia akan di perlakukan sebagai pembantu.

“Hih, enggak lah, aku tetep di rumah suamiku. Ini aja karena mesin cuci rusak, terus malas masak, namanya pengantin baru, Bu,” jawab Windy.

Bu Atik sudah menduga jawaban dari sang anak. Mana mau Windy menggantikan Anisa menjadi pesuruh di rumah ibunya sendiri.

***

Sudah Hampir 3 hari Wisnu tak ada kabar, kini pria itu datang dengan sebuah kejutan yang membuat Anisa merasa begitu sesak di dada.

Wisnu menggandeng Sinta datang ke rumah. Ia memberitahu pada sang ibu jika dirinya telah menikahi Sinta demi mendapatkan keturunan. Senyum kemenangan membuat Anisa geram menatap wanita sexy yang kini menjadi madunya.

“Kurang ngajar kamu, Mas!” pekik Anisa lantang. Ia mendorong tubuh suaminya dengan kencang, sedangkan Wisnu mencoba menenangkan Anisa.

“Heh, Nisa, kamu harus terima dengan keputusan Wisnu. Kamu kan enggak bisa kasih keturunan, wajar anakku menikah lagi,” cerca Bu Atik.

“Tapi enggak kaya gini ceritanya, aku enggak setuju Mas Wisnu menikah lagi, haram bagiku, Bu!”

“Sadar kamu, Nis. Harusnya kamu berterima kasih karena kamu masih di pertahankan anak saya, enggak di buang begitu saja.” Kalimat Bu Atik kembali membuat Anisa meringis perih. Bagaimana bisa ibu mertuanya sangat kejam memperlakukan dirinya. Bahkan, menyetujui pernikahan kedua sang suami.

Netra Anisa tak henti menatap Sinta yang kerap berada di samping sang suami. Jawa panas menjalar ke seluruh tubuh, ia pun murka dan menarik rambut panjang Sinta. Sang madu meringis kesakitan, sebuah tamparan keras mengenai pipi Anisa saat ia dengan brutal menarik dan menjambak rambut istri kedua suaminya.

Tatapan tajam penuh kebencian terpancar dari sorotan mata Anisa. Sembari memegangi pipinya yang perih, ia pun berjanji akan membuat mereka semua menyesal karena memperlakukannya seperti ini.

“Maaf, Sayang.” Wisnu mencoba mendekati Anisa. Ia menepis tangan sang suami, lalu memundurkan langkah.

“Cih, aku enggak sudi kamu sentuh. Setelah apa yang kamu dan keluarga kamu lakukan, kali ini enggak bisa terima. Aku memang miskin, aku memang orang dari kampung, tapi aku masih punya harga diri!”

“Halah, berapa sih harga diri kamu itu, orang miskin jangan belagu, mau minta cerai, yakin mau jadi gembel di luar sana?” Bu Atik malah terus saja memperkeruh.

“Bu, sudah. Aku dan Sinta datang untuk memberi tahukan kalau kamu sudah menikah, bukan untuk membuat keributan. Nisa, aku mohon kamu terima Sinta menjadi adik madu kamu, aku yakin kalian bisa akur.”

Anisa tertawa mendengar apa yang dikatakan sang suami. Lucu pikirnya, selama ini ia seperti pembantu, lalu sang suami dengan santai datang membawa madu dengan alasan mereka belum juga di karuniai anak.

“Lalu, kamu pikir aku bisa terima. Setelah ini, apa kamu yakin akan punya anak? Kalau dia tak bisa memberikan kamu anak, apa kamu akan menikah lagi sampai kamu memiliki anak tanpa tahu kalau sebenarnya mungkin kamu yang mandul!”

“Diam, cukup, Nis!” teriak Wisnu lantang. Ia kesal dengan apa yang di katakan oleh Anisa.

“Aku sehat, bisa memberikan banyak anak untuk suamimu. Tidak seperti kamu yang tidak sehat alias mandul. Lagi pula mana mungkin Mas Wisnu yang mandul,” ujar  Sinta.

“Oke, fine. Kita lihat, siapa di sini yang mandul. Tapi, aku enggak rela di madu, ceraikan aku, Mas!” Anisa berteriak lantang.

Mereka semua yang ada di sana tercengang mendengar permintaan Anisa, termaksud Wisnu yang tak akan menyangka jika sang istri akan serius meminta untuk bercerai.

“Gila kamu, kamu masih bisa menjadi istriku asal kamu mau menerima Sinta menjadi madumu,” ujar Wisnu.

“Iya, aku memang gila, lebih gila jika aku menerima dia menjadi maduku! Keputusan aku sudah bulat, ceraikan aku, Mas!”

“Baik, aku talak kamu, Nisa mulai sekarang.”

Sinta ingin bertepuk tangan merayakan kemenangannya, sedangkan ibu dan adiknya Wisnu ikut menyunggingkan senyum puas melihat Anisa di ceraikan Wisnu.

“Kalau begitu, sepertinya kamu enggak bisa berlama-lama di sini,” ujar Bu Atik.

“Iya, benar. Kemasi barang kamu dan silakan tinggalkan rumah ini,” tambah Windy.

Anisa langsung melangkah meninggalkan ruang tamu dan langsung gegas merapikan beberapa baju yang akan di bawanya. Tak lama ia pun ke luar dengan menggeret koper.

“Bagus deh, oh, iya cek aja dulu koper itu. Takutnya, dia bawa barang berharga,” ujar Sinta. Perempuan kedua itu sangat senang melihat Anisa keluar dari rumah Wisnu. Apalagi ia akan berkuasa karena hanya dirinya istri Wisnu satu-satunya.

“Silakan saja, tapi aku bukan kamu yang suka mencuri, apalagi merebut suami orang,” ujar Anisa sembari tersenyum lebar.

***

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Jee Esmael
Wahyu apa Wisnu sih? Menjadi penulis itu seharusnya tahu nama watak² pemerannya. Bukan asal nulis doang. Koq diulang² kesilapannya. Ga lucu sih
goodnovel comment avatar
Ayyubi _
karena penulisnya cewek, coba kalo penulisnya cwok, pasti certinya terbalik
goodnovel comment avatar
Yanie Abdullah
99 persen dari semua penulis kenapa hampir smua sama , istri di selingkuhi suami dn keluarga suami yang jahat lalu istri di ceraikan dn menjadi kaya setelah janda . apa gak ada ide cerita lain ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status