Share

Sembilan Puluh Tujuh

Bu Asih, tersenyum. Ia puas melihat wajah mantan besannya yang terlihat muram itu. Rencana Allah itu memang dahsyat. Dulu putrinya dihina dikata-katai jika mandul, nyatanyalah sekarang anaknya tengah mengandung.

"Hei, kamu, ajak Wisnu ke dokter kandungan siapa tahu memang dia memiliki masalah," ujar Bu Asih.

Nina terdiam, ia hanya menunduk malu. Memang benar sampai sekarang dirinya belum hamil juga.

Bu Asih bukan tanpa alasan mengatakan hal tersebut, tetapi dirinya tak mau jika wanita yang kini menjadi menantunya Bu Atik akan diperlakukan sama seperti Anisa waktu dulu. Ia hanya memberikannya sedikit peringatan.

Anisa menyentuh bahu sang ibu, agar tidak lagi mengatakan apa pun.

"Buahnya ini sudah cukup, Bu, Anisa juga udah capek," tutur Anisa.

Bu Asih menoleh, ia mengangguk.

"Kami pamit, dulu, ya, kan kalau wanita hamil itu tidak boleh kecapean," tutur Bu Asih.

Mereka segera membayar, lalu pulang.

Di dalam mobil Bu Asih bercerita kepada Bu Amira, bagaimana ia puas melihat reak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status