Share

Sembilan Puluh Delapan

Wisnu merasa sang istri merendahkannya. Jelas-jelas mengatakan bila ialah yang mandul. Dirinya merasa terpojokkan, Nina benar-benar memancing emosinya.

"Kau—"

"Apa?" tanya Nina.

"Beraninya kau berbicara seperti itu pada suamimu, Nin?" tanya Wisnu.

Urat-urat leher lelaki itu sudah menegang. Matanya pun telah memerah.

"Memangnya kenapa jika itu fakta kamu tak bisa mengelaknya, Mas," sahut Nina.

Tak ada rasa takut, ia tetap menjawab apa yang Wisnu ucapkan. Dirinya lelah selalu dipojokkan dan disalahkan sang mertua dan juga suaminya.

"Diam!" seru Wisnu.

"Kalau aku tidak mau diam, kenapa?" sahut Nina.

Wisnu mengepalkan tangan. Ia menendang kursi rias milik sang istri. Lalu berbalik menatap Nina dengan mengangkat tangan.

Nina telah memejamkan mata, tetapi Wisnu mengurungkan niat untuk menamparnya.

"Kenapa tidak jadi?" tanya Nina.

Ia semakin menantang dengan mendekatkan pipi pada lengan Wisnu.

"Ayo tampar aku, Mas," ujar Nina sembari memegangi lengan sang suami.

Wisnu terdiam. H
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status