Share

Manusia atau Siluman?

Liu Shin sampai di tempat di mana terjadi sebuah pertarungan antara seorang kekek tua melawan empat Beast spirit yang sangat kuat.

Liu Shin mengamati Kakek tua itu dan mengagumi kehebatan jurus-jurus yang di keluarkan olehnya.

Beberapa saat berlalu, Kakek tua itu berhasil membinasakan keempat ekor Beast spirit.

"Siapa Kau?" Secepat kilat Kakek tua itu sudah berada di belakang Liu Shin dengan pedang di arahkan ke lehernya setelah mengalahkan empat ekor Beast spirit.

"Bagaimana Kakek tua ini mengetahui keberadaanku?" Liu Shin menelan ludahnya.

Liu Shin tidak memiliki kesempatan menghindar karena pergerakan Kakek tua itu yang sangat cepat dengan teknik meringankan tubuh. Bagi Liu Shin yang belum berkultivasi dan belajar satupun jurus, Kakek tua itu sangatlah hebat, bukanlah seseorang yang pantas untuk Dia remehkan. Selain kultivasinya berada di tingkat yang tinggi, teknik, jurus, dan pusakanya juga berada di tingkat yang tidak patut untuk di remehkan.

Tahapan Kultivasi

- Pendekar Pemula

- Pendekar Raja

- Pendekar Kaisar

- Pendekar Bumi

- Pendekar Langit

- Pendekar Petapa

- Pendekar Agung

- Pendekar Suci

- Pendekar Nirwana

Masing-masing tahapan terdiri dari empat tingkatan : awal, menengah, tinggi, dan puncak.

Tingkatan Kitab, teknik, jurus, dan juga pusaka :

- Tingkat Perak

- Tingkat Emas

- Tingkat Raja

- Tingkat Kaisar

- Tingkat Bumi

- Tingkat Langit

- Tingkat Suci

- Tingkat Surgawi

- Tingkat Legendaris

Untuk tingkatan diatasnya, kebanyakan Kultivator masih sangat jarang yang mengetahuinya seperti beberapa Kitab yang di miliki Liu Shin yang tingkatannya masih menjadi misteri.

"Meskipun kehabisan banyak tenaga, Aku masih mempunyai kemampuan," ucap Sang Kakek masih menempelkan pedangnya di leher Liu Shin.

"Maaf Kakek tua, Junior hanya ingin bertanya." Liu Shin menoleh tanpa rasa takut, Hidup dan mati adalah makanan sehari-harinya, bagaimana Dia takut dengan hal semacam itu. Selain itu, Zhu Lao juga tidak akan membiarkan sesuatu yang dapat membahayakan nyawa Liu Shin terjadi.

Kakek tua itu tersentak kaget dan melompat ke belakang setelah melihat wajah Liu Shin yang masih sangat muda. Tetapi Dia tetap waspada dengan Liu Shin, "Jangan coba membodohiku, apa Kamu berusaha mengambil keuntungan dari pertarunganku?"

"Maaf jika Junior telah mengganggu Kakek tua." Liu Shin menghela nafas lega setelah Kakek tua itu menjauhkan Pedang di lehernya.

"Mau bertanya apa? kenapa Bocah sepertimu berada di tempat ini? apa Kamu benar-benar manusia atau siluman?" Kakek tua itu tidak mengendurkan sedikitpun kewaspadaannya, tidak ada yang tidak mungkin baginya di hutan tengkorak seperti itu.

"Aku bukan siluman, Aku manusia sama seperti Kakek. Aku hanya tersesat dan ingin bertanya arah pada Kakek tua" Liu Shin berusaha meyakinkan Kakek tua itu agar tidak bertingkah konyol.

Kakek tua itu tidak mau mendengarkan Liu Shin dan mulai menyerangnya "Bukan siluman ya?"

Bommm

Tanah di tempat Liu Shin berada sebelumnya terbelah terkena hantaman pedang Kakek tua itu, Liu Shin berhasil mengindarinya sesaat sebelum pedang Kakek tua itu mengenainya.

"Kakek tua itu, benar-benar menakutkan," gumam Liu Shin.

"Kamu siluman, bocah tengik. Jangan berpikir setelah melawan empat Beast spirit Aku tidak mampu melawan siluman tengik sepertimu" umpat Kakek tua itu setelah melihat kecepatan pergerakan Liu Shin dalam menghindar.

Kakek tua itu tidak percaya seorang anak yang masih belia di matanya mampu bergerak cepat dan lincah bahkan tidak takut saat pedangnya menempel di lehernya. Meskipun Dia sudah menurunkan kekuatannya, tetap saja Liu Shin yang tampak tenang sangat tidak masuk akal baginya.

"Tahan Kakek tua, Aku bukan siluman," sanggah Liu Shin.

Kakek tua itu tidak menghiraukan Liu Shin dan kembali menyerangnya. Liu Shin melompat kesana kemari menghindari serangan kakek tua itu, "Apa benar Dia manusia? kemampuannya cukup menakutkan untuk bocah sepertinya," batinnya.

Kakek tua itu melemahkan serangannya untuk menguji kemampuan Liu Shin. Akan tetapi, tempat di sekitar Mereka menjadi berantakan dan porak poranda.

"Baiklah kalau kakek tua tidak mau memberitahuku, Aku akan pergi, maaf karena sudah mengganggumu."

Liu Shin hendak melesat meninggalkan Kakek tua itu.

"Tunggu!" cegah Kakek tua itu menghentikan Liu Shin yang hendak melesat pergi.

"Kamu mau bertanya apa?" lanjut Kakek tua itu mulai penasaran dengan Liu Shin.

"Aku tersesat Kek, bermaksud untuk bertanya jalan keluar," jawab Liu Shin.

"Apa Kamu bukan siluman, Bocah?" tanya Sang Kakek.

"Lurus saja ke utara, akan ada sebuah kota di sana," balas Sang Kakek.

"Terimakasih Kek" Liu Shin menelangkupkan kedua tangannya, kemudian kembali akan melesat meninggalkan Sang Kakek.

"Tunggu dulu" Kakek tua itu masih penasaran dengan Liu Shin "Apa Kamu benar-benar bukan siluman?" selidik Sang Kakek.

"Apa itu siluman? Akupun tidak tahu apa itu siluman, bagaimana Aku membuktikan kalau Aku bukan siluman?" Liu Shin menjadi sedikit kesal karena Kakek tua itu terus menyebutnya sebagai siluman.

"Ambil ini, siluman akan binasa jika menyentuh Batu ini." Kakek tua itu melemparkan sebuah batu giok ke arah Liu Shin.

Kakek tua itu sedikit membual, batu itu merupakan artefak langka hanya untuk mengetes seseorang manusia atau bukan, tidak bisa membuat binasa. Jika siluman maka akan berubah warnanya menjadi berwarna merah, jika iblis maka akan berubah menjadi berwarna hitam.

Liu Shin dengan sigap menangkapnya "Apa yang harus Aku lakukan dengan batu ini?"

"Tidak perlu, lemparkan kembali ke sini" Kakek tua itupun mulai mempercayai Liu Shin bahwa Dia bukanlah siluman setelah melihat artefak batu gioknya tidak berubah warna.

"Duduklah bocah, Aku sangat penasaran dengan bocah sepertimu" Kakek tua itu menyuruh Liu Shin untuk duduk di depannya.

"Tidak perlu Kek, Aku akan segera pergi ke Kota yang kakek sebutkan" Liu Shin menolak untuk beristirahat di sana.

"Ambilah ini!" Kakek tua itu melemparkan sebuah jubah, Dia melihat Liu Shin hanya mengenakan penutup dari kulit kayu kering karena pakaian satu-satunya terbakar saat berada di Dunia jiwa. Liu Shin kemudian mengenakan pakaian yang di berikan oleh Kakek tua itu meskipun agak kebesaran.

"Terimakasih Kek," ucap Liu Shin kemudian permisi untuk melanjutkan perjalanannya.

"Bocah, tunggu sebentar!!! siapa yang mengizinkanmu pergi? duduklah," Kakek tua itu ingin mengetahui Liu Shin lebih jauh.

"Aku Wang Bei. Siapa namamu? kenapa Kamu tersesat di tempat seperti ini? apa Kamu tau tempat seperti apa ini?" Wang Bei mulai penasaran dengan Liu Shin.

"Aku Shin Liu kek. Aku tidak tahu tempat seperti apa hutan ini," jawab Liu Shin tidak memberitahukan identitasnya. Zhu Lao menyuruhnya untuk melakukan hal itu dengan telepati jiwanya.

"Ini hutan tengkorak, bagaimana kamu bisa berada di hutan tengkorak, Aku sudah lebih dari sepuluh tahun berada di sini dan tidak pernah sekalipun bertemu dengan manusia, apalagi masih bocah sepertimu."

Sejauh ini, tidak ada yang berani memasuki hutan tengkorak. Mungkin, hanya orang-orang tertentu saja yang berani masuk ke dalamnya, dan itu dapat di hitung jari. bahkan, tidak ada yang benar-benar tahu ada atau tidaknya seseorang yang berani masuk ke dalam inti hutan tengkorak.

Jika saja Wang Bei mengetahui Liu Shin bahkan sudah melewati salah satu bagian dari inti hutan tengkorak, Dia pasti akan memuntahkan darahnya.

Liu Shin hanya menghela nafas, duduk di depan Wang Bei seperti perintahnya, "Memangnya kenapa jika Aku berada di hutan tengkorak?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status