Share

Perkara Mahar Satu Miliar
Perkara Mahar Satu Miliar
Penulis: Ina Qirana

Bab 1

"Mimpi apa kita, Pak, mau nikahkan anak pertama tanpa  pesta, Ibu malu," ucap ibu sambil cemberut sinis.

 

"Eh Dara, nanti kamu cari  suami yang kaya jangan seperti kakakmu ini, punya suami miskin, bikin pesta resepsi aja ga mampu, mau dikasih makan apa kamu nanti?" Ibu nyerocos lagi, meski Dara sudah memiliki kekasih.

 

Besok adalah hari pernikahanku, diadakan di rumah tanpa mengundang banyak orang hanya mengundang saudara dekat, kami pun hanya memasak untuk tamu dari pihak Feri saja--calon suamiku--

 

"Biarin lah, Bu, yang penting suaminya Naura tanggung jawab dan ngerti agama," sahut bapak santai.

 

Lelaki itu memang tak mata duitan seperti ibu dan Dara, ia juga yang menerima lamaran Feri meski calon suamiku itu hanya memberikan uang masak yang sedikit.

 

"Eh, Naura, kalau nanti udah nikah kamu ga punya beras jangan balik ke sini, makan aja tuh cinta!" Ibu melirikku dengan tatapan meledek.

 

Aku yang sedang memotong cabe dan ngupas bawang hanya mengedikkan bahu saja.

 

Aku harus pokus memasak enak agar keluarga Feri akan nyaman makan di rumah kami esok hari, walaupun mengerjakan ini sendiri tapi aku tak boleh bersedih hati

 

Toh setelah ijab kabul nanti Feri janji akan membawaku ke kota, hal yang sangat kunanti dari kecil yaitu pergi dari rumah ini, menjauh dari ibu dan Dara.

 

Sejak kecil ibu memang sudah pilih kasih kepadaku dan Dara, jika ia diberikan uang saku sepuluh ribu maka aku hanya diberi dua ribu atau seribu rupiah saja, itu yang ia lakukan ketika kami masih sekolah, dan bapak tak bisa berbuat apa-apa ketika sang istri zalim terhadap salah satu anaknya.

 

Aku dan Feri bertemu di tempat kerja, yaitu di sebuah pabrik garmen, aku sering melihat ia keluar masuk tempat itu, katanya ia bekerja di bagian office produksi.

 

Dan proses perkenalan pun tak begitu lama, kami hanya pernah jalan tiga kali saja makan di sebuah warung bakso sederhana, setelah itu ia melamarku pada bapak.

 

Keesokan harinya aku dihias oleh seorang MUA, ia merupakan kiriman dari keluarga Feri, meski tak mengadakan pesta tapi Feri sangat ingin aku dandan cantik seperti pengantin pada umumnya.

 

Kebaya putih yang begitu mengkilap indah menjuntai ke bawah di bagian belakangnya, dipadukan dengan batik corak warna hitam putih, siger beserta bunga melati pun sudah bertengger di kepala menambah keindahan yang terpancar di tubuhku, tak lupa aku mengenakan sepatu flat putih agar terlihat semakin sempurna.

 

"Udah selesai, cantik 'kan?" tanya perias yang  bernama Mawar.

 

"Cantik, Teh, makasih ya." Aku tersenyum senang melihat pantulan diri di cermin, riasan perempuan ini memang luar biasa, seperti makeup artis saja.

 

Namun, kesenanganku memudar kala ibu dan Dara masuk ke kamarku memasang tampang meledek, yang didandani memang hanya aku seorang sedangkan ibu dan Dara memakai kebaya biasa.

 

"Naura, calon suamimu yang kere itu jam berapa datangnya sih? jangan kelamaan tar keburu siang Ibu ada acara lain," sungut ibu.

 

Aku berdiri lalu balik badan menghadap mereka.

 

"Sebentar lagi juga datang kok, Bu." Aku tersenyum manis.

 

Sementara ibu dan Dara menganga melihatku dari atas hingga bawah.

 

"Ya ampun, gaunnya bagus banget," gumam Dara dengan tatapan takjub

 

Aku juga heran sendiri, kenapa perias suruhan Feri ini membawa kebaya yang begitu indah, bahkan mutiara yang menghiasinya saja sangat mengkilap, kalau dipikir harga kebaya ini sepertinya sangat mahal.

 

"Teh, kamu ga salah bawa baju ya? Baju ini ga cocok sama Naura, apalagi dia nikah tanpa pesta, pakai kebaya biasa aja napa sih, yang murah biar ga berat uangnya." Ibu terlihat sewot, tapi dari tatapan matanya ia tak bisa berbohong jika dirinya memang mengagumi hasil kerja keras Teh Mawar dan penampilanku yang glamor ini.

 

"Engga kok, Bu, ga salah. Ini sesuai request Mas Feri, dia pingin pengantinnya tampil cantik." Teh Mawar tersenyum menatapku.

 

"Halaah kere aja banyak tingkah, ingetin tuh calon suamimu, Naura, nyewa kebaya dan perias ini pasti mahal, dia bisa bayar pakai apa nanti? jangan-jangan dapet ngutang lagi." Ibu menatap sinis.

 

"Rugi kamu, masih perawan dapat lelaki miskin," lanjutnya seperti belum puas mengejek.

 

Aku geleng-geleng kepala, tak bisa melawan semua hinaan ibu, biarlah ia memandang rendah yang penting aku bahagia akan segera menikah.

 

Saat Mas Feri melamarku ia mengatakan jika pekerjaannya hanya seorang buruh di pabrik itu sama sepertiku, padahal Feri ini kerja di bagian office produksi, aku tak mengerti kenapa ia tak mengatakan yang sejujurnya.

 

Oleh sebab itu ibu memandang rendah Feri, ia tak seperti pacar Dara yang seorang pengusaha, bila datang ke rumah suka bawa mobil bagus dan membawakan barang-barang mahal untuk kami semua.

 

"Lihat nih pacar Dara, kaya raya kalau ke sini bawa mobil dan bawa barang-barang mahal." Ibu tersenyum bangga begitu pula dengan Dara.

 

"Teh, pengantin pria udah datang. Cakep banget sih calon suamimu itu." Ria adik sepupuku datang membawa kabar gembira.

 

Aku pun keluar kamar tanpa menghiraukan tatapan sinis ibu dan Dara, tapi sepertinya ibu mengekor di belakang karena terdengar ia berbincang-bincang.

 

"Pernikahannya sederhana banget, Rita, kayak nikahkan janda." Itu suara Bi Ratih kakaknya ibu.

 

"Bukan kayak nikahkan janda, tapi kayak nikah digrebek," sahut ibu disambut tawa cekikikan Dara.

 

Hatiku memang panas dan ingin marah. Namun, rasa itu kuredam seketika karena mungkin sudah terbiasa dengan ejekan mereka

 

Di depan sana, Feri calon suamiku duduk bersila diantara keluarganya, penghulu pun sudah datang, bapak juga sudah duduk di samping pak penghulu.

 

Semua keluarga Mas Feri menatapku takjub begitu pula dengan calon suamiku, untuk beberapa saat pandangan kami beradu, Ria benar Feri sangat tampan sekali hari ini.

 

"Saya nikahkan Feri Hadinata Suryaningrat bin Bagus Suryaningrat dengan anak saya Naura Permatasari binti Endang Hamami, dengan mas kawin uang tunai satu milyar dan cincin emas lima gram dibayar tunai."

 

Aku mendongak karena kaget, apakah itu tak salah? Feri memberikan mahar uang satu milyar? ternyata bukan hanya aku yang kaget, ibu beserta saudara yang lain pun sama terkejutnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hairawan Medi
ini pernikahan gimana konsepnya? emang bintinya ibunya? anak diluar nikah kah? terus tidak ada tulisan saya "terima nikahnya ......" tapi tiba2 sah...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status