Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00, perut Nela mulai melilit. Dia merasa sangat lapar, tapi ibunya melarangnya makan. Untuk menahan rasa lapar, Nela keluar dari kamarnya menuju dapur."Apa yang kau lakukan ! Bukankan ibu sudah katakan hari ini kau tak boleh makan ?" Bentak Ningsih.Nela yang sedang memegang gelas terkejut. Nyaris saja gelas itu meluncur dari tangannya, untung saja dia menggenggamnya dengan erat."Aku hanya mengambil air minum bu.""Ya sudah, ingat hukumanmu."Untunglah Ningsih hanya melarangnya makan, andai minumpun di larang maka Nela terpaksa minum air kran.Nela minum air yang banyak untuk mengganjal perutnya, Ningsih hanya mencibir melihatnya dan masuk ke dalam kamar. Nela membawa segelas air ke kamarnya, nantinya dia akan lapar kembali saat dia buang air kecil.Tok...tok...!!Nela mendengar seseorang mengetuk jendela kamarnya. Jendela kamarnya terbuat dari kaca dan terpasang terali besi. Karena tertutup gorden, dia tak tahu siapa yang mengetuk. Nela menggeser go
Diam-diam Ningsih bangun lebih awal pagi ini, dia ingin menyaksikan rencananya bersama dua berandalan itu berhasil atau tidak. Setelah melihat penampilannya di cermin dia tersenyum, penampilannya sedikit meyakinkan bafu bangun tidur, ia keluar dari kamarnya.Ningsih terperanjat ketika melihat Nela sedang membersihkan rumah seperti biasa, tak ada yang kurang dari dirinya seperti apa yang dia harapkan. Ningsih merasa heran, dia berjalan ke depan rumah ingin memastikan semalam dua berandal itu sempat masuk rumah atau tidak.Wanita berhati busuk ini membuka pintu, ada tanda goresan di lubang kuncinya. Jika mereka berhasil masuk, lalu kenapa Nela masih berjalan normal ?Ningsih sangat marah, dia akan membuat perhitungan dengan kedua berandal itu. Dia akan minta kembali uang yang sudah di berikan kepada mereka berdua.Karena dilarang memasak oleh ibunya, Nela bersiap-siap ke sekolah. Cukup minum air putih saja sudah bisa mengganjal perutnya yang terbiasa sarapan pagi selama ini. Dengan paka
Karena perut yang lapar membuat Nela tak bisa tidur malam ini. Dia bagaikan orang asing di rumahnya sendiri, Nela berjalan perlahan menuju ke dapur. Kulkas nampak kosong, sehari saja tak makan membuat Nela kepayahan. Bagaimana jika hal ini berlansung terus, bisa-bisa dia mati kelaparan. Terpaksa Nela hanya bisa bertahan dengan air minum. Benarkah ayahnya punya hutang yang banyak ? Seberapa besar hutang ayahnya sampai semua aset harus di sita ? Kata ibunya perlu menghemat, terus setiap hari ibunya pergi ke penggilingan padi mana hasilnya ?Nela tidak tahu jika Ningsih menjual semua aset ayahnya dan membeli sebuah rumah di kota. Gaya ibunya sekarang bagaikan seorang konglomerat.Karena tak menemukan apapun di dapur, akhirnya Nela kembali ke dalam kamar untuk melanjutkan tidurnya. Dia berharap besok pagi ada malaikat yang datang menolongnya.Pagi ini ponselnya berdering, mata Nela terlalu berat untuk sekedar melihat siapa yang telah membangunkannya di pagi buta. Nela tersentak kaget buk
Yang disukai Nathan tinggal di dunia lain ini karena dia bisa melihat terus permaisuri yang sangat mirip dengan ibunya. Pertama kali dia datang ke dunia ini dalam pelarian dari ibu tirinya, dia tinggal setahun lamanya. Setelah itu dia datang dan pergi sesuka hatinya, sampai akhirnya dia di tugaskan bersama Putera Mahkota menyelidiki kematian puteri Kalina.Nathan pertama kali mengenal Dewi dalam pelariannya, berusia yang sama, Dewi memiliki wajah yang cantik jelita. Dari Dewi dia mengenal Raja yang ternyata adalah kakeknya. Dewi pula yang mengajarinya berbagai hal selain Putera Mahkota dan Lady Sina. Sejak itu keduanya selalu berhubungan dan beberapa kali bertemu dan pergi menemui Raja bersama-sama. Tapi sayangnya, Nathan tak sekalipun tertarik atau jatuh cinta padanya."Paduka mau menjodohkanmu dengan Dewi" ucap Putera Mahkota saat keduanya sedang berlatih bela diri."Maaf, aku sudah menolaknya, dan baginda sudah berjanji untuk tidak memaksaku, jika aku menikah nanti maka yang kupili
Nathan terbangun dengan suara gedoran di pintu. Dilihatnya jam, pukul 08.00. Dia bangun kesiangan. Dengan sempoyongan ia beranjak ke pintu. Dewi, berdiri di sana dengan tersenyum manis."Kau kesiangan, tampaknya semalam tidurmu tak nyenyak.""Kau benar, semalam aku terus memimirkan adikku, aku mencoba bermeditasi menerobos ke dunia manusia tapi semuanya gelap.""Hehehe, makanya itu aku di suruh Lady Sina untuk menjemputmu. Masih banyak hal yang perlu kau pelajari, selama ini yang kau ketahui hanya dasarnya saja. Kurasa, kalau seminggu kau tekun mempelajarinya maka ilmumu akan semakin kuat. Ayo buruan, di tunggu Lady Sina.""Aku akan menyusulmu nanti, aku hanya perlu mandi sebentar saja.""Aku akan menunggumu, Lady Sina memintaku membawamu bersamaku.""Jika begitu tunggulah, aku tak akan lama." Setelah berkata seperti itu Nathan menghilang dalam sekejap. Dewi hanya tersenyum. Cucu Raja yang satu ini terlalu bersemangat, dia mulai jatuh cinta.Setelah mandi, Nathan mengenakan celana je
Ningsih pergi ke halaman untuk melihat Fuel meter bensin motor, ibu tiri jahat ini merasa heran akan keberuntungan yang selalu di alami Nela. Dia sudah memperkirakan bensin akan habis saat Nela tiba di pasar. Ningsih sangat marah, lagi-lagi upayanya gagal. Dia ingin menghukum Nela agar tidak mendapat jatah makan malam, tapi takutnya Badar datang lagi. Karena setiap hari Badar datang, jika pagi tak datang pasti diganti malam."Apakah aku harus meracuninya sama seperti ayahnya ? Tapi kalau dia cepat mati rasanya terlalu ringan baginya, aku masih ingin menyiksanya." Batin Ningsih.Dia lalu bergegas ke dapur, dia hendak melihat satu kesalahan Nela agar itu bisa di jadikannya jalan untuk memberikan hukuman. Lalu dia punya ide. Dia masuk ke dalam kamar mengambil pisau cuter dan keluar, tak lama dia masuk dan berteriak."Nela...!"Suara teriakan ibunya sangat jelas terdengar, Nela mematikan kompornya, dia menaruh ikan pada piring dan menutupnya di meja, takutnya di makan kucing. Dia segera b
Dokter menyarankan Nela untuk istirahat dan menyerahkan resep obat yang harus di minumnya secara teratur."Jika dalam tiga hari demamnya tidak turun, langsung opname ke rumah sakit saja."Badar mengangguk, setelah menerima resep dari dokter dan menebusnya di apotik, mereka segera kembali ke rumah. Untuk cuaca yang sangat dingin seperti ini, Nela harus makan bubur untuk menghangatkan perutnya.Di rumah Ningsih sangat marah, dia lalu memasak bubur dengan menambahkan garam yang banyak. Saat makanan itu masak, dia mencicipinya sedikit lalu mulutnya tersungging senyuman licik."Rasakan olehmu Nela. Makan ini masakanku, hahahaha."Suara deru dan klakson mobil di halaman membuat Ningsih buru-buru menyambut mereka."Apa kata dokter ?""Dia harus istirahat, saat ini jangan biarkan dia bekerja dulu. Besok aku akan memintakan izin pada wali kelasnya.""Anak ini terlalu keras kepala, lihat nih hasilnya." Ningsih pura-pura memapah Nela ke dalam kamar, diiringi tatapan tajam Badar. "Makanya kau ha
Hujan mulai reda, namun Badar enggan meninggalkan rumah itu. Dia sudah mengirimkan pesan pada isterinya jika dia akan pulang pada malam hari. Selang setengah jam kemudian, Budi datang membawa pesanan. Dari kantong plastiknya, Badar yakin jika soto ayamnya masih panas. Dia segera bergegas ke dapur dan menyalin makanan itu ke dalam mangkuk. Tak lama kemudian dia masuk ke dalam kamar dan membangunkan Nela yang sudah tertidur. Ningsih terlihat masih tetap duduk di kursi, seakan menunjuklan jika dia sangat perduli pada anak tirinya."Apa itu ?" tanya Ningsih saat melihat Badar membawa mangkuk dan membangunkan Nela.Badar tak menjawabnya. Dia meletakkan soto ayam di meja belajar dan membangunkan Nela dengan pelan."Nela, ayo bangun sayang, perutmu sedang kosong dan kau harus minum obat," Badar mengguncang perlahan tubuh kurus Nela.Nela menggeliat dan bangun perlahan. Dilihatnya pamannya mengambil mangkok dari atas mejanya, gadis cantik ini masih trauma, sehingga dia menggeleng dengan kera