Dayang Kunti mengamati sekeliling, dia sangat ketakutan apalagi ketika dia melihat nenek Colona sedang menatapnya dengan tajam. Dia segera berdiri dan berjalan dengan pelan menghampiri Nela."Tuan Puteri, hamba akan menemani anda mandi dan berganti baju," dayang Kunti berkata dengan sangat pelan.Nela mengamatinya, dia tau ini adalah dayang yang membawakannya makanan tapi gelagat dayang ini tidak seperti tadi."Apakah kau ingat apa yang kau katakan padaku tadi ?" Nela ingin menguji dayang ini. Jika dugaannya benar, berarti Nathan sengaja menggunakan tubuh dayang ini entah bagaimana caranya."Hamba hanya mengatakan jika anda tidak makan, maka akan mati," jawab Kunti pelan nyaris tak terdengar. Nela memaklumi kenapa dayang bicara begitu pelannya, namun setidaknya dia harus berterima kasih pada dayang ini, karena melalui tubuhnya Nathan bisa berkomunikasi dengannya.Nenek Colona sedang mengamati mereka, terlihat Nela yang menarik tangan dayang ke belakang."Siapa namamu ?"Dayang Kunti
Keberadaan di dunia lain akan membutuhkan waktu yang lama, Nela mulai menyadari jika dia terhempas ke dunia antah berantah. Percakapannya dengan dayang Kunti mulai membuka cakrawala berpikirnya. Dia yang tak pernah percaya sedikitpun akan mahluk gaib kecuali malaikat, pelan namun pasti mulai mempercayainya. Semula Nela mengira dirinya sudah mati, tiba-tiba berada di hutan belantara membuatnya berpikir begitu. Lalu ketika Batista muncul dan menyinari matanya dengan sebuah senter barulah dia menyadarinya. Rupanya Batista bukan manusia, dia lalu teringat dengan petualangannya setahun yang lalu di hutan. Dia ingat Nathan seakan berbicara seorang diri, mungkin hal seperti inilah yang dialami kakaknya itu."Apakah ada manusia lain selain diriku di dunia ini ?" tanya Nela pada dayang Kunti.Setelah mandi dan memakai gaun zaman dahulu membuat Nela merasa segar kembali, lalu duduk berbincang dengan dayang Kunti."Isteri pertama Putera Mahkota adalah manusia," bisik dayang Kunti dengan perasaa
Pasukan yang lolos seleksi berjumlah dua puluh orang, termasuk Nathan salah satunya. Matahari begitu teriknya membuat punggung terasa terbakar. Pasukan itu di jemur dan di gembleng untuk tahan banting. Demi untuk menyelamatkan Nela, Nathan bersedia menjalani aktivitas yang menyakitkan ini.Nathan berpikir, pasti kehidupan di kerajaan ini tidak normal. Di lihat sekilas kehidupan di istana ini sangat aman dan tentram. Nathan ingin bertanya mengapa puteri Balqis harus diasingkan.Akhirnya setelah mengikuti beberapa latihan, pasukan baru ini di istirahatkan. Nathan duduk di bawah pohon yang rindang untuk menghilangkan lelah. Seorang pengawal duduk di sebelah Nathan sambil menyodorkan sebotol air untuk melepaskan dahaga."Kau berasal dari daerah mana ? Kau terlihat berbeda dari yang lain," tanya pengawal itu penasaran."Aku berasal dari seberang gunung di ujung sana, namaku Gilang. Dan kau ?""Namaku Dirga, aku berasal dari ujung perkampungan.""Apa tujuanmu menjadi pengawal ?" Nathan meng
Hawa panas menyelimuti gedung putih, semua itu dikarenakan kehadiran Melati yang muncul tiba-tiba. Batista menahan geram, rasanyanya ia ingin menghabisi para pengawalnya yang lalai. Nela melihat itu tersenyum gembira, setidaknya dia punya teman manusia.Melati menatap Nela, tak bisa di pungkiri jika gadis ini sangat cantik pantas saja suaminya tergila-gila. Melati tak menghiraukan Batista yang menyuruhnya pulang ke kediamannya."Kembalilah ke tempatmu, kita akan bicara nanti,"Melati hanya mencibir dan menghampiri Nela."Hai, apa kabar ? Siapa Namamu ?" Batista terdiam, tadinya dia bersiap-siap akan melindungi Nela jika Melati mengamuk, tak di sangka isterinya itu malah menyapa Nela dengan ramah."Namaku Nela, aku sedang tidak baik-baik saja. Suami gilamu itu menyekapku," jawab Nela.Melati menggelengkan kepalanya, dia meminta Nela untuk berhenti mencela suaminya. Setahun hidup bersama, dia sudah tahu bagaimana perangainya dan bagaimana kehidupan di kerajaan ini.Nela melihat gerakan
Nela sibuk membaca buku tentang pengobatan dan berbagai macam cara membuat ramuan, namun dia sedikit bingung melihat beberapa tulisan kuno."Ini tulisannya aneh, bagaimana cara memahaminya ?" Melati menghampirinya, "Kau ini aneh, kita kesini mau melihat peta tapi kau malah mempermasalahkan buku yang fidak bermanfaat.""Ini juga bermanfaat, coba lihat, walau tulisannya aneh tapi ini pasti tekhnik pengobatan alternatif."Tengah mencari berbagai judul buku, tiba-tiba nenek Kolona masuk ke perpustakaan, sehingga membuat kedua gadis itu terkejut. Untunglah Lady Sina segera menyamarkan diri dan bersembunyi di dalam buku yang berada di atas rak."Sedang apa kalian di sini ?" tanyanya dengan garang.Melati yang sudah menghafal watak nenek Kolona, segera menjawab."Merasa sumpek di dalam ruangan, jadi kami ingin membaca.""Kalian bersama siapa ?""Nenek kan bisa lihat sendiri jika kami hanya berdua saja."Melati menyenggol lengan Nela, dia takut nenek Kolona tersinggung dengan jawaban Nela. T
Kepulangan Puteri Balqis dari pengasingan membuat para selir istana waspada, mereka telah bersatu menjebak puteri sehingga dia di asingkan. Mereka mulai menyusun rencana untuk mencelakainya dan Putera Mahkota.Salah satu dari para selir itu memiliki seorang pangeran, dan mereka sedang berusaha untuk menjadikannya Putera Mahkota. Ketika Raja sedang sakit, selir kesayangan Raja duduk beraujud meminta perlindungan untuk pangeran,. "Aku akan memberikan jaminan untuknya, Putera Mahkota akan memberikan perlindungan.""Tolong berikan jaminan itu paduka."Setelah beberapa lama kemudian kondisi Raja mulai menurun, namun Raja tetap berusaha untuk bangun, namun gagal. Tubuhnya terasa sangat lemas. Dia merasa jika hidupnya tidak akan lama lagi."Panggilkan Putera Mahkota dan Puteri Balqis," piinta Raja dengan pelan nyaris tak terdengar.Hanya dalam beberapa menit kemudian keduanya tiba di hadapan Raja."Hamba datang menghadap paduka," ucap Batista dan Balqis bersamaan.Raja mengatakan sesuatu ka
Seluruh Negeri sedang berduka, mangkatnya Raja membawa kesedihan yang mendalam bagi seluruh penghuni istana, namun rakyatnya malah bersuka ria mendengarnya. Raja yang mereka kenal sangat kejam itu akhirnya pergi juga untuk selama-lamanya. Kondisi ini dimanfaatkan Melati dan Nela untuk menyusun rencana pelariannya. "Aku tak jadi ikut denganmu, maafkan aku !" ucap Melati."Kenapa ? Bukankah ini adalah kesempatan terbaik bagi kita untuk melarikan diri ?""Awalnya aku ingin pergi denganmu, tapi tahukah kau siapa calon suami puteri Balqis ?""Siapapun calon suaminya, bukankah tak ada hubungannya denganmu ? Ayolah, Istana sedang berduka. Katamu kau telah menemukan jalan keluar dari kerajaan ini.""Namanya Rendy, dia dulu tunanganku. Aku menyadarinya kini, jika dia mencampakkan aku karena puteri Balqis. Tapi kau jangan khawatir, aku akan membantu proses pelarianmu."Nela terdiam beberapa saat, "Jika kau terus bertahan disini, bukankah itu akan sangat menyakitkan bagimu menyaksikan kebahagia
Melati menimbang-nimbang apa yang di katakan Nela padanya. Suasana berkabung selama seminggu, jadi kesempatan mereka satu-satunya hanya dalam seminggu.Sementara itu Rendy berjalan-jalan seorang diri di seputar istana, tak sengaja dia bertemu Melati bersama dayangnya yang hendak kembali ke kediamannya."Apa kabar Melati ?" sapa Rendy.Dayang yang bersama Melati terkejut, apakah mereka saling mengenal ? Ia lalu teringat jika mereka berdua adalah manusia. Pantas saja sikap calon suami puteri Balqis seperti itu. Batinnya."Seperti yang kau lihat, tapi setidaknya kita perlu menjaga jarak karena aku calon kakak iparmu," jawab Melati ketus. Lalu mengajak dayangnya segera pergi."Tunggu Melati!""Ada apa lagi ? Ingat di antara kita tidak ada hubungan apapun lagi. Aku adalah calon permaisuri kerajaan ini. Camkan itu !" Geram Melati. Kebenciannya karena di campakkan dulu, membuatnya bersikap kasar seperti ini. Rendy tertegun dan hanya bisa menatap punggung wanita yang pernah mengisi relung ha