Nela sibuk membaca buku tentang pengobatan dan berbagai macam cara membuat ramuan, namun dia sedikit bingung melihat beberapa tulisan kuno."Ini tulisannya aneh, bagaimana cara memahaminya ?" Melati menghampirinya, "Kau ini aneh, kita kesini mau melihat peta tapi kau malah mempermasalahkan buku yang fidak bermanfaat.""Ini juga bermanfaat, coba lihat, walau tulisannya aneh tapi ini pasti tekhnik pengobatan alternatif."Tengah mencari berbagai judul buku, tiba-tiba nenek Kolona masuk ke perpustakaan, sehingga membuat kedua gadis itu terkejut. Untunglah Lady Sina segera menyamarkan diri dan bersembunyi di dalam buku yang berada di atas rak."Sedang apa kalian di sini ?" tanyanya dengan garang.Melati yang sudah menghafal watak nenek Kolona, segera menjawab."Merasa sumpek di dalam ruangan, jadi kami ingin membaca.""Kalian bersama siapa ?""Nenek kan bisa lihat sendiri jika kami hanya berdua saja."Melati menyenggol lengan Nela, dia takut nenek Kolona tersinggung dengan jawaban Nela. T
Kepulangan Puteri Balqis dari pengasingan membuat para selir istana waspada, mereka telah bersatu menjebak puteri sehingga dia di asingkan. Mereka mulai menyusun rencana untuk mencelakainya dan Putera Mahkota.Salah satu dari para selir itu memiliki seorang pangeran, dan mereka sedang berusaha untuk menjadikannya Putera Mahkota. Ketika Raja sedang sakit, selir kesayangan Raja duduk beraujud meminta perlindungan untuk pangeran,. "Aku akan memberikan jaminan untuknya, Putera Mahkota akan memberikan perlindungan.""Tolong berikan jaminan itu paduka."Setelah beberapa lama kemudian kondisi Raja mulai menurun, namun Raja tetap berusaha untuk bangun, namun gagal. Tubuhnya terasa sangat lemas. Dia merasa jika hidupnya tidak akan lama lagi."Panggilkan Putera Mahkota dan Puteri Balqis," piinta Raja dengan pelan nyaris tak terdengar.Hanya dalam beberapa menit kemudian keduanya tiba di hadapan Raja."Hamba datang menghadap paduka," ucap Batista dan Balqis bersamaan.Raja mengatakan sesuatu ka
Seluruh Negeri sedang berduka, mangkatnya Raja membawa kesedihan yang mendalam bagi seluruh penghuni istana, namun rakyatnya malah bersuka ria mendengarnya. Raja yang mereka kenal sangat kejam itu akhirnya pergi juga untuk selama-lamanya. Kondisi ini dimanfaatkan Melati dan Nela untuk menyusun rencana pelariannya. "Aku tak jadi ikut denganmu, maafkan aku !" ucap Melati."Kenapa ? Bukankah ini adalah kesempatan terbaik bagi kita untuk melarikan diri ?""Awalnya aku ingin pergi denganmu, tapi tahukah kau siapa calon suami puteri Balqis ?""Siapapun calon suaminya, bukankah tak ada hubungannya denganmu ? Ayolah, Istana sedang berduka. Katamu kau telah menemukan jalan keluar dari kerajaan ini.""Namanya Rendy, dia dulu tunanganku. Aku menyadarinya kini, jika dia mencampakkan aku karena puteri Balqis. Tapi kau jangan khawatir, aku akan membantu proses pelarianmu."Nela terdiam beberapa saat, "Jika kau terus bertahan disini, bukankah itu akan sangat menyakitkan bagimu menyaksikan kebahagia
Melati menimbang-nimbang apa yang di katakan Nela padanya. Suasana berkabung selama seminggu, jadi kesempatan mereka satu-satunya hanya dalam seminggu.Sementara itu Rendy berjalan-jalan seorang diri di seputar istana, tak sengaja dia bertemu Melati bersama dayangnya yang hendak kembali ke kediamannya."Apa kabar Melati ?" sapa Rendy.Dayang yang bersama Melati terkejut, apakah mereka saling mengenal ? Ia lalu teringat jika mereka berdua adalah manusia. Pantas saja sikap calon suami puteri Balqis seperti itu. Batinnya."Seperti yang kau lihat, tapi setidaknya kita perlu menjaga jarak karena aku calon kakak iparmu," jawab Melati ketus. Lalu mengajak dayangnya segera pergi."Tunggu Melati!""Ada apa lagi ? Ingat di antara kita tidak ada hubungan apapun lagi. Aku adalah calon permaisuri kerajaan ini. Camkan itu !" Geram Melati. Kebenciannya karena di campakkan dulu, membuatnya bersikap kasar seperti ini. Rendy tertegun dan hanya bisa menatap punggung wanita yang pernah mengisi relung ha
Seperti janijnya semalam, Lady Sina duduk di bawah pohon rindang, dia merubah dirinya menjadi daun kering yang jatuh tertiup angin di bawah pohon. Semilir angin sepoi-sepoi menambah suasana pagi ini begitu sejuknya."Aku di bawah pohon.""Puteri pergi ke tempat pemandian kan ? Aku mau duduk sebentar di bawah pohon itu, beri kode jika seseorang datang ya ?" Pesan Nathan pada Dirga.Nathan setengah berlari duduk di bawah pohon seakan hendak menghilangkan rasa lelah. Dia mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Lady Sina."Lalu bagaimana dengan rencana puteri Balqis ?""Serahkan padaku, aku akan pergi ke kediaman Melati."Dirga terlambat memberitahu, tiba-tiba nenek Kolona berdiri di hadapan Nathan."Apa yang kau lakukan di sini ? Jika tak bisa jadi pengawal segera mengundurkan diri saja."Nathan pucat bukan karena takut di pecat, dia takut Lady Sina masih berada di sebelahnya. Lady Sina pun tak kalah terkejutnya. Nathan segera berdiri dan berusaha menutupi keberadaan daun kering
Keadaan istana pada malam hari sangat lengang, yang terlihat para prajurit sedang berpatroli. Dayang Nina membawa sebuah bingkisan untuk Nela. Karena hanya seorang dayang, pengawal membiarkannya masuk.Lady Sina menunggu dayang dari dapur istana melewati pohon. Seperti biasa dia akan masuk ke dalam tubuh dayang Kunti.Nenek Kolona mengamati semua pergerakan yang terjadi di gedung putih. Nathan berdiri di samping gedung dengan perasaan was-was. Dia terus berdoa di dalam hati agar rencana malam ini berhasil. Nela harus kembali ke dunia manusia. Nathan sudah memperkirakan jika di dunia sana pasti waktunya sudah berbulan-bulan. Kasihan adiknya tidak bisa melanjutkan kuliah karena masalah ini.Dayang Kunti membisikkan sesuatu, Nela masuk ke dalam kamar bersama dayang Nina sambil membawa makanannya ke dalam kamar. Pengawal wanita hanya mengangkat bahu, karena Nela sering membawa makanannya ke dalam kamar. Lady Sina keluar dari tubuh dayang Kunti dan masuk ke dalam makanan."Tutuplah mata ka
Di dunia manusia waktu sudah menjelang siang, seorang gadis dengan topeng tipis turun dari gunung dan masuk ke sebuah desa. Gadis itu melihat seorang wanita yang sedang bergegas."Maaf bu, boleh tau ini desa apa ?"Karena buru-buru ibu itu tak melihat lagi wajah gadis itu dan pakaian yang dia kenakan."Desa Bulan!""Terima kasih!"Gadis yang tak lain adalah Nela itu merasa lega. Kalau dia tidak salah ingat, desa Bulan adalah desanya Linda. Dia ingin bertemu dengan Linda, mau menelpon sayangnya dia tidak tahu nomor ponsel Linda. Jalan satu-satunya hanyalah bertanya dimana rumah Linda. Nela merasa sangat lapar, dia harus bisa bertemu Linda. Untuk keamanannya dia harus memakai topeng tipis ini. Topengnya tidak terlalu buruk, orang hanya akan mengira dirinya adalah gadis dusun.Nela melihat sebuah warung dan mendekatinya."Selamat siang bu, rumahnya Linda Pratiwi dimana ya bu ?""Anaknya ustad Thohir itu ya ?" ibu pemilik warung balik bertanya."Iya benar bu," Nela ingat jika Linda perna
Linda menatap Nela yang tidur dengan memakai topengnya, dia ingin tahu petualangan apa yang telah di alami sahabatnya ini. Melihat pakaian p00yang dikenakan Nela saat masuk ke rumahnya, membuatnya berpikir keras.Lalu terdengarlah salam, Linda sudah menduga itu paman Badar. Linda melongok dari pintu kamar. Terlihat paman Badar sudah duduk di temani ayahnya. Sepertinya mereka sudah saling kenal. Linda lalu keluar dari kamarnya dan menjabat tangan paman Badar."Apa itu temanmu Nela yang sering kau ceritakan ? Melihat wajahnya sangat kusut begitu dia harusnya butuh pendampingan." ucap Ustad Thohir.Linda menatap wajah paman Badar, dia lupa memberitahu jika ayahnya tak mengetahui Nela. Tapi semua sudah terjadi. Tak perlu ada yang di sembunyikan. Benar kata ayahnya, Nela butuh pendampingan psikologis.Sementara itu setelah memastikan Nela bertemu sahabatnya, Lady Sina kembali ke penginapan. Disana pasukan bayangan menunggunya sampai tertidur. Lady Sina membiarkan mereka tidur, dia lalu meng