Tepat dugaan Nela, Abilon jadi buah bibir para gadis di perguruan tinggi tempat mereka menimba ilmu. Pesona Abilon sangat berbeda dari pria di dunianya, apalagi Abilon kini sudah berubah wujud, tak ada yang tahu siapa pemuda tampan itu kecuali Nela dan Nathan. Entahlah jika dia bertemu dengan orang indigo mungkin ceritanya jadi lain. Abilon dan Nathan di terima di perguruan tinggi, ternyata mereka berdua hanya coba-coba ikut jalur mandiri Fakultas Kedokteran, tak taunya lulus. Nela bahkan tak sekalipun percaya jika mereka berdua bisa melewati tes dengan mudah. Tak taunya mereka lulus dengan nilai memuaskan."Pasti kalian berdua menggunakan ilmu kan?" tuding Nela saat keduanya baru saja melihat hasil pengumuman dari layar laptop."Emangnya kau tidak ingin kami berdua lulus?" protes Nathan."Maksudku bukan begitu kak, ikut tesnya itu yang wajar.""Loh apa buktinya jika kami ikut tes tak wajar, kau itu aneh. Kau mau kami berdua tak lulus terus masuk perguruan tinggi swasta, begitu?" Nat
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun telah berlalu, Nela menjalani magang di sebuah Balai pengawasan obat dan makanan, dan entah bagaimana ketika seorang pria tampan datang ke kantor itu dan melihat Nela."Itu pegawai baru ya pak?" tanya Nauval sang pengusaha muda pada kepala balai."Itu mahasiswa magang!" "Oh pantas baru saya lihat!"Nauval terus-terusan melirik Nela yang siang ini nampak sangat cantik dengan balutan blouse putih dan rok hitam. Karena penasaran Nauval menghampirinya dan mengajaknya kenalan."Hai Mahasiswa magang ya? Kenalkan namaku Nauval!"Nela terkejut melihat pria tampan yang datang menghampirinya, dengan gugup dia mengulurkan tangannya."Nela!""Singkat sekali namanya!""Nela Divya Magdalena!""Wow cantik sekali namanya secantik orangnya!"Perkenalan mereka berlanjut, Nauval sering berkunjung ke rumah Nela dan sesekali membawakan buah-buahan. Nathan bukannya tak tahu jika ada seorang pria yang sering berkunjung ke rumah adiknya, selama masih d
Wisuda para calon apoteker dan berbagai keilmuan lainnya berlangsung sangat meriah, Nela dengan makeup yang natural terlihat sangat cantik. Nauval turut bergabung bersama Abilon dan Nathan untuk menjadi pendamping Nela. Linda di dampingi kedua orang tuanya. Ramainya acara wisuda hari ini membuat jalan menuju ke universitas macet total.Para petugas lalu lintas mencoba mengurai kemacetan, nampak wajah-wajah bahagia para sarjana muda terpancar dari wajah para wisudawan dan wisudawati. Nauval nampak menatap Nela dengan penuh kekaguman, dia yang terpaut usia lima tahun lebih tua dari Nela ini sudah berpikir untuk menikahi gadis itu. Dia sudah menyiapkan sebuah acara yang akan mempertemukan kedua orang tuanya dan Nela."Aku ingin memperkenalkan Nela pada orang tuaku besok!" kata Nauval pada Nathan saat acara Wisuda usai."Boleh saja, nanti tanya dia bersedia apa nggak!" ujar Nathan.Mereka kembali ke rumah, Linda berpamitan kembali ke desa sehingga Nathan dan Abilon harus menemaninya. Tak
Keluarga Nauval sudah tiba sejak beberapa menit yang lalu, Ibu Astrid terus mengomeli putranya."Lihat, seperti ini yang kau akan kenalkan pada mama?" katanya Sebal."Sabar ma, mungkin mereka kena macet," tuan Budi membela anaknya."Huh! Entah seperti apa wajahnya, ibu sangat tidak yakin dia akan bisa menjadi menantu kita pa!"Tepat ketika ibu Astrid bicara seperti itu Nela dan kedua kakaknya muncul. Nela memang tak mendengar tetapi Abilon mendengarnya. Nela mengucapkan salam dan menjabat tangan calon mertuanya satu persatu. Ibu Astrid terlihat membuang muka, namun saat Abilon menjabat tangannya dia tersentak kaget."Mari silakan duduk!" tuan Budi mempersilakan mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk mereka.Ibu Astrid terus mencibir, dia mengakui dalam hati jika Nela sangat cantik tetapi dia terlanjur berjanji pada sahabatnya untuk menjodohkan anak mereka."Kirain Nela datang bersama orang tuanya!" ucap tuan Budi dengan ramah."Saya anak yatim piatu, saya hanya punya kaka
Nathan dan Abilon turun dari mobil namun Nela masih tetap.berdiam diri di dalam. Nathan bahkan sudah mengetuk kaca jendela tapi Nela masih terlalu serius dengan ponselnya."Hei, ayo turun!"Suara Nathan terdengar sangat nyaring namun Nela mengabaikannya."Jangan-jangan anak itu kesambet!" gerutu Nathan."Sudahlah biarkan saja dia, ntar lagi dia turun kok!" Abilon menarik tangan Nathan masuk ke dalam rumah.Di dalam nampak paman Badar dan Giri sedang duduk berbincang sedangkan Nita menyiapkan teh di dapur."Sudah lama paman?" tanya Nathan."Baru saja!" jawab paman Badar lalu menatap Abilon.Dari pandangan matanya tersirat dia menanyakan keberadaan Abilon."Adik ibu!" jawab Nathan.Percuma dia menyembunyikan Abilon toh paman tahu latar belakangnya."Oh! Mana Nela?" tanyanya sambil matanya melongok ke luar."Entahlah anak itu, tadi kami bertemu calon suami beserta kedua orang tuanya, namanya Nauval," jawab Nathan sambil duduk di samping paman Giri di susul Abilon."Oh benarkah? Serius?"
Proses Ijab Qabul antara Nathan dan Linda berlangsung hikmad, Nathan mengucapkan ijab qabulnya dengan lancar, Nela tak ikut tapi Abilon melakukan video call sehingga dia bisa menyaksikannya dari rumahnya.. Tak terasa air mata Nela mengalir deras, andai saja ayahnya masih hidup pasti akan merasakan kebahagiaan seperti yang mereka rasakan saat ini.Nathan kini telah resmi mempersunting Linda sebagai isterinya, atas permintaan tetua adat resepsi akan diadakan di halaman rumah Aris di desa. Dekorasi resepsi sudah di siapkan dengan megah. Semua prosesnya diserahkan ke pihak Wedding organizer, sehingga tidak banyak yang dilakukan oleh keluarga.Besok pagi di adakan unduh mantu di rumah mendiang almarhum Aris, setelah itu dilanjutkan dengan proses Ijab Qabul Nauval Setiawan. Nauval hanya di dampingi ayahnya, ibunya tidak ikut. Mudah di maklumi karena ibu Astrid menolak dengan keras pernikahan ini.Berhubung Nathan juga adalah pengantin sehingga walinya di wakilkan kepada tetua adat. Pernikah
Abilon dan rombongan tiba di kerajaan Goro, setelah berganti pakaian dia di panggil Raja untuk menghadap."Hamba datang menghadap paduka!""Agar tidak mengganggu belajarmu sebaiknya bawalah Dewi ke dunia manusia!" "Tapi ayahanda, bagaimana dengan bayi junior, tak mungkin baginya untuk tinggal di sana!" Abilon sedikit keberatan."Tinggalkan dia bersama kami, bukankah pengasuhnya ada? Kalian bisa datang sewaktu-waktu. Saat kau belajar ilmu kedokteran, Dewi mengawasi kemanapun Nela pergi sampai dia benar-benar dinyatakan aman. Kita tak bisa menyerahkan tanggung jawab itu pada Nathan, keluarga istrinya orang yang taat beragama jadi sangat mustahil.bagi Nathan untuk.melindumgi Nela dan meninggalkan istrinya."Penjelasan Raja cukup masuk akal, Abilon akan mempertimbangkannya kembali dengan Dewi dan mertuanya.Ternyata baik Dewi dan mertuanya menyetujui usul Raja. Akhirnya Abilon mengirim telepati pada Nathan jika dia akan membawa Dewi."Itu bagus, setidaknya paman tidak kesepian lagi," can
Sesaat tak ada kalimat lagi yang terucap, Nela menyiapkan pakaian untuk suaminya. Lalu dia meminta izin untuk keluar kamar."Mau kemana?" cegah Nauval."Aku ingin ke dapur!" jawab Nela."Jangan biasakan meninggalkan suami sendirian, apakah kau tak ingin tahu siapa wanita tadi?" tegur suaminya.Nela mengurungkan niatnya untuk membantu menyiapkan makan siang di dapur. Akhirnya dia duduk di tepi ranjang."Siapapun dia kurasa kalian cukup dekat, bukankah tak ada hak bagiku untuk mengetahuinya?" Ucapan Nela membuat Nauval berusaha untuk mendalami perasaan istrinya. "Kau punya hak untuk bertanya sayang, sekarang kau adalah istriku. Wanita tadi namanya Zaskia, dia mantan kekasihku!"Nela sudah menduganya, saat ini dia tak ingin merusak momen indah di hari ke dua pernikahannya."Oh, aku sudah menduganya, kulihat sepertinya dia masih menginginkan dirimu!""Apakah kau cemburu?" pancing Nauval."Selama kau tak memberinya ruang untuk mengisi hatimu kenapa harus cemburu?" jawab Nela sambil terse