Share

Bab 30

"Tadi jam sepuluh, Ayah suruh Haris buat pulang. Kami gak tega liat dia di depan rumah terus. Tetangga juga pada berkerumun karena kaget mendengar teriakan Haris.

Bunda, gak tega lihat dia begitu. Tapi, Bunda lebih gak tega lagi melihat anak perempuan Bunda hidup bersama bayang masa lalu suaminya. Kamu yakin sudah ikhlas, Rum?" tanya Bunda.

Untuk sesaat aku terdiam. Ikhlas? Sesuatu yang sangat sulit kugapai saat ini. Aku terpaksa mengangguk, karena tak ingin melihat Bunda kepikiran.

"Sabar. Akan ada pelangi setelah hujan," ucap Bunda.

"Aamiin."

-

Pagi hari.

"Haris tadi nitip kunci, sama nafkah buat kamu," ucap Bunda ketika aku keluar dari kamar.

"Kenapa Bunda terima uangnya? Harusnya kasihkan saja ke dia."

"Sudah, tapi dia maksa."

Aku mengangguk, lalu masuk lagi ke kamar untuk menaruh benda tadi, sekaligus mengecek amplopnya. Ternyata, selain uang juga ada surat di dalamnya.

[Dear, Arumi Putri Nur Handayani.

Aku tak salah menyebut nama, kan? Hehe. Aku minta maaf atas semua k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status